Kamis, 2 November 2023
Mari Jadi Orang Bahagia!
Tataibadah Harian
Rabu, 1 November 2023
Mari
Jadi Orang Bahagia!
Saat Teduh
Nyanyi Bersama
PKJ 219 – Di Saat
Ini Kuangkat Tembang
Di saat ini,
kuangkat tembang,
kuangkat tembang
bagi Yesus.
Di saat ini kuucap
syukur,
kuucap syukur
pada-Nya.
Kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau,
Yesus, Tuhanku.
Di saat ini, ‘ku
datang, Tuhan
‘ku datang bersujud
pada-Mu.
Di saat ini Engkau
kusembah,
Engkau kusembah, ya
Tuhan.
Kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau,
Yesus, Tuhanku.
Mazmur 34
dibaca secara berbalasan;
laki-laki dan perempuan bergantian
Persiapan merenung
PKJ 255 – Firman-Mu Kupegang Selalu
Firman-Mu kupegang selalu,
saat duka saat senang.
Jalan hidup yang akan
datang
tangan Tuhan yang memegang.
Pencobaan menghimpit aku
dan menjadi keluhanku,
firman-Mu kupegang selalu,
sayap-Mu tempat berteduh.
Firman-Mu, Tuhan,
kupegang s’lalu
hilanglah keraguanku!
Bila hatiku rasa susah,
pada-Mu aku berserah,
firman-Mu kupegang selalu,
maka amanlah jiwaku.
Pembacaan Alkitab
Seorang
membacakan 1 Yohanes 3.1-3
Seorang
lain membacakan Matius 5.1-12
Ketika
Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk,
datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Yesus
pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya,
“Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.
Berbahagialah
orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah
orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah
orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah
orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas kasihan.
Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah
orang yang dianiaya karena kebenaran, karena merekalah yang punya Kerajaan
Surga.
Berbahagialah
kamu, jika karena Aku orang mencela dan menganiaya kamu, serta menujukan segala
fitnah kepadamu.
Bersukacita
dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah
dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (TB2, LAI)
Renungan: Mari Jadi Orang Bahagia!
Apa
tanda-tanda orang Bahagia?
Jawabnya
bisa macam-macam, bergantung dari sudut mana orang melihatnya.
Namun
jika kita mau mengetahui apa jawab Yesus, maka bacaan Injil hari ini
memberitahukannya. Menurut Yesus, kebahagiaan diukur dari bagaimana seseorang
menghadirkan kemurnian hidup bagi seluruh ciptaan.
Ini dijelaskannya
dengan berbagai kategori. Pertama, Ia mengatakan miskin di hadapan Allah, yang
artinya merasa tak berdaya sehingga membutuhkan Allah dalam seluruh hidupnya. Orang
seperti ini akan senantiasa merindukan Allah sehingga ingin Allah terus berada
dalam hidupnya.
Kedua,
Ia menerangkan keadaan orang yang berbahagia dikarenakan dukacita. Istilah ini
dipakai untuk menggambarkan kesedihan orang karena dosa. Orang yang sedih
karena melakukan kesalahan akan mengalami penghiburan dari Tuhan, yang berupa
kemampuan bangkit dari salahnya dan memperbaiki diri.
Ketiga, Yesus
menyebut mereka yang lemah lembut. Ini berkonotasi orang yang tidak memiliki
apa-apa, tidak menguasai apapun, dan karenanya bisa diartikan sebagai orang
yang tidak menuntut. Hidup dengan selalu bersedia menerima apa adanya merupakan
prasyarat bahagia.
Keempat,
tentunya mencari kehendak Allah. Walau tidak mudah menemukannya, dia yang
hidupnya dipakai mencari kehendak Allah, akan lebih berbahagia ketimbang hanya
mencari sesuatu yang sifatnya fana alias sementara. Kerinduan pada kebenaran Tuhan
akan mendapat pemuasannya, dalam berbagai kesempatan.
Kelima,
murah hati. Frase ini dapat diterjemahkan sebagai orang yang mengasihani orang
lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan berbagi makanan, perhatian, kepedulian,
atau bahkan pengampunan.
Keenam,
suci hati. Hal ini dijelaskan Yesus sebagai kerinduan melayani Tuhan dengan
hati yang tidak bercabang, alias tulus dan setia. Hal ini juga sejalan dengan
orang yang bersemangat melayani Tuhan sebagai bentuk ketaatannya kepada Tuhan.
Ketujuh,
membawa damai artinya menjadi penengah atau pembawa damai di antara orang-orang
yang berseteru atau bermusuhan. Memang, kalau dibayangkan, terasa menyeramkan
juga berada di tengah orang yang berkonflik dan mesti mendamaikannya, namun
kerinduan untuk melihat yang berseteru akhirnya berdamai sudah bisa jadi awal
yang baik. Artinya ada kepedulian yang bisa mendorong seseorang melakukan
sesuatu di kemudian waktu.
Kedelapan,
menderita karena melakukan kebenaran Allah. Misalnya ketika kita harus lapar
karena mengantri. Dalam kesabaran dan kesediaan mendahulukan orang lain, kita
memang mengalami kesakitan. Akan tetapi itu layak kita rasakan demi keadilan
dan menjunjung nilai kesetaraan.
Apa yang
diajarkan Yesus berangkat dari apa yang sebelumnya Ia alami dan teladankan,
yakni kemampuan mengendalikan keinginan ragawi dan kepentingan sendiri (Matius
4). Itulah yang perlu kita latih dan upayakan dalam hidup sehari-hari, jika mau
bahagia!
Doa Syafaat
Mari
mendoakan supaya setiap anggota jemaat memahami arti pelayanan dalam hidup
berjemaat
Nyanyi Bersama
NKB 129 – Indah
Mulia, Bahagia Penuh
Indah mulia, bahagia
penuh,
bersandarkan lengan
yang kekal.
Damai dan berkat
sungguh milikku,
bersandarkan lengan
yang kekal.
Aman,
aman dari bencana dan sesal,
aman,
aman, bersandarkan lengan yang kekal.
O indah benar, ikut
jalan-Nya,
bersandarkan lengan
yang kekal.
Langkahku teguh,
jalanku cerah,
bersandarkan lengan
yang kekal.
Bukan Sekadar Slogan
(Selasa, 31 Oktober 2023)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
Hai Orang yang Beriman
(NKB 52 : 1-2)
Hai orang yang beriman, tetap waspadalah!
Sebab t'lah larut malam kelam bertambahlah.
Hai jagalah pelita dan janganlah cemas,
berjaga dan berdoa, k'lak datang Pelepas.
B'ri lampu t'rus bernyala dan tambah minyaknya.
Janganlah putus asa, tetap bersiaplah.
Pengawal di dewala memandang ke masyrik,
menanti datang fajar yang hilangkan pedih.
Pembacaan Mazmur 119 : 41-48
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Ulangan 10 : 10-22
Perjanjian Baru : Yakobus 2 : 14-26
Renungan
Jika kita amati dalam sebuah poster atau baliho atau iklan, seringkali kita menjumpai ungkapan-ungkapan singkat yang menarik perhatian dan mudah diingat untuk diceritakan atau diungkapkan kembali. Contohnya: "Budayakan membaca walau hanya sebentar", "Cerdas dan beriman adalah simbol generasi muda bangsa Indonesia, atau "Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro", dsb. Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat-kalimat yang pendek dengan pesan yang jelas dan mudah untuk diingat oleh setiap orang yang membacanya. Itulah yang disebut dengan 'slogan'. Tujuan orang membuat slogan adalah untuk menarik perhatian orang yang membacanya dan mengajak mereka untuk bertindak atau menahan diri untuk tidak bertindak terhadap sesuatu yang sedang ditawarkan.
Pertanyaannya, apakah sang pembuat slogan sendiri mengikuti apa yang diungkapkan dalam kalimat tersebut? Belum tentu. Apalagi jika slogan itu merupakan slogan untuk mempromosikan sebuah produk. Sekalipun kata-katanya bagus dan menarik, si pembuat belum tentu memakai produk yang ditawarkan dalam slogan itu. Contohnya: tidak berarti bahwa sang pembuat slogan Teh Sosro pasti selalu minum teh botol sosro selesai makan. Bisa saja dia minum air putih atau es teh atau jenis-jenis minuman yang lain sesuai dengan seleranya saat itu. Jadi tidak ada keharusan bagi sang pembuat slogan untuk melakukan apa yang dia tuliskan dalam kalimat tersebut. Dia melakukannya semata-mata karena ada tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya untuk mengiklankan sebuah produk.
Berbeda dengan iman. Iman bukanlah sekadar slogan. Iman bukan sekadar rumusan kalimat-kalimat singkat yang menarik perhatian dan mudah untuk diingat dan diceritakan kembali. Iman adalah kalimat-kalimat pengakuan yang lahir dari kesadaran diri dan dari praktik kehidupan yang dijalani. Sebab itulah, dalam Yakobus 2:14-26, Paulus mengingatkan kepada kita tentang pentingnya perbuatan yang sesuai dengan iman atau keyakinan yang kita hidupi. Jika kita adalah orang beriman, maka seharusnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan juga sejalan dengan iman yang kita hidupi dalam dunia ini. Jika ada orang yang di dalam kehidupan ini mengaku diri sebagai orang beriman, namun perbuatan-perbuatannya tidak sejalan dengan imannya, maka pada orang itu layak untuk dipertanyakan tentang kebenaran imannya. Apa gunanya kita menyakini sesuatu dengan kata-kata atau dengan kalimat yang indah, jika sesuatu itu tidak kemudian kita lakukan dalam kehidupan kita? Apa gunanya kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Allah adalah sesembahan kita, namun perbuatan-perbuatan yang kita tunjukkan ternyata tidak membuktikan bahwa kita adalah orang-orang yang percaya dan takut akan Allah? Pengakuan itu menjadi tidak ada gunanya. Dalam bahasa Paulus, ia mengatakan "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yak. 2:26)
Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, marilah kita dengan tunjukkan iman kita melalui perbuatan-perbuatan kita. Marilah kita belajar untuk terus mempraktikkan apa yang kita imani dalam kehidupan ini melalui perbuatan-perbuatan kita yang sejalan dengan iman kita itu. Jika di dalam kehidupan ini, kita mengimani bahwa Allah adalah Penguasa kehidupan, maka tunjukkanlah itu dengan perbuatan-perbuatan yang takut akan Allah. Jika kita mengimani bahwa Allah adalah kasih, maka marilah kita juga hidup dalam kasih terhadap orang lain yang ada di sekitar kita, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab Ulangan 10:10-22. Tunjukkanlah imanmu melalui perbuatan-perbuatanmu. Jangan hanya sekadar berucap dan mengaku dengan lidah, melainkan buktikanlah iman itu melalui perbuatan-perbuatan kita. Sebab Iman bukan sekadar slogan dalam kehidupan kita. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah agar gereja-gereja terus dapat membangun kerjasama dengan masyarakat luas dalam mengupayakan keadilan dan kedamaian di tengah lingkungan sosial masyarakat.
Nyanyian Penutup
Ya Tuhan, Kuatkan Imanku
(PKJ 249 : 1-3)
Ya Tuhan, kuatkan imanku,
jauhkan dari pencobaan
dan bimbing hamba-Mu selalu
setia turut kehendak-Mu.
Ya Tuhan, Kaulah Pelindungku,
Bersama-Mu tenang hidupku.
Si Jahat pun tak 'kan berdaya
jikalau Tuhan besertaku.
Ya Tuhan, 'ku yakin kuasa-Mu
menuntun setiap langkahku.
Ajarlah aku menyerahkan diriku
ke dalam tangan-Mu.
Jika Tak Mau Dihukum, Bersikaplah Adil!
Tataibadah Harian
Senin, 30 Oktober 2023
Jika Tak Mau Dihukum, Bersikaplah Adil!
Saat Teduh
Nyanyi Bersama
NKB 35 – Seluruh
Alam Tak Henti
Seluruh alam tak
henti memuliakan Hu;
Mentari, bintang
berseri bernyanyilah merdu.
Samud’ra raya, hujan
pun mengiringnya serta
memuji riang bertekun
Sang Khalik semesta.
Kub’rikan seluruh
hidupku pada-Mu, Tuhanku;
Baik jiwa maupun
ragaku menjadi milik-Mu
B’ri kasih-Mu di
hatiku tetap berkuasalah
Sehingga seg’nap
hidupku menjunjung Dikaulah.
Mazmur 119.41-48
dibaca secara berbalasan;
laki-laki dan perempuan bergantian
Persiapan merenung
NKB 98 – Roh Kudus,
Ilhami Kami
Roh Kudus, terangi
hati umat-Mu,
agar memahami Kitab
yang kudus.
Roh Kudus, jadikan
kami umat-Mu,
meneladan Yesus yang
lemah lembut.
Pembacaan Alkitab
Seorang
membacakan Ulangan 6.1-9, 20-25
Seorang
lain membacakan Yakobus 2.8-13
Tetapi
jika kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci, “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. Namun, jikalau kamu
memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata bahwa kamu
melakukan pelanggaran. Sebab, siapa saja yang menuruti seluruh hukum itu,
tetapi tersandung dalam satu bagian saja, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Sebab, Ia yang mengatakan “Jangan berzina”, Ia mengatakan juga “Jangan
membunuh”. Jadi, jika kamu tidak berzina tapi membunuh, kamu menjadi pelanggar
hukum juga. Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi
oleh hukum yang memerdekakan orang. Sebab, penghakiman yang tidak berbelas
kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Namun, belas
kasihan akan menang atas penghakiman. (TB2, LAI)
Renungan: Jika Tak Mau Dihukum,
Bersikaplah Adil!
Dalam
kaidah kehidupan ada berbagai macam aturan. Di antara berbagai aturan yang
dibentuk dalam komunitas, ada prioritas hukum. Artinya, hukum tertentu bisa
saja ditempatkan di atas hukum yang lain.
Dalam
kehidupan kita sebagai pengikut Yesus juga ada hukum yang dianggap prioritas,
oleh karena itu penulis Yakobus mencantumkan kata “utama” sebagai penanda bahwa
hukum itu tempatnya ada di atas hukum lain.
Hukum yang
dimaksud adalah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Jelaslah bahwa
dalam hukum ini ada 2 perintah, yakni (1) mengasihi diri sendiri; dan (2)
mengasihi sesama manusia.
Siapakah
yang dimaksud dengan sesama manusia? Kategori ini tertuju kepada setiap orang,
tanpa kecuali. Tidak ada anggapan bahwa sesama itu hanyalah orang-orang yang hobinya
sama dengan kita, misalnya sama-sama penyuka mi instan, atau sama-sama suka
bermain catur. Sesama itu adalah semua orang, tidak dilihat dari kasta atau bahkan
agamanya!
Oleh
karena itu tulisan ini mau memperbaiki sikap orang-orang yang memilih
memperlakukan sesamanya secara tidak adil, sebab pada waktu itu penulis Yakobus
melihat ada orang-orang yang mengasihi orang lain berdasarkan penampilan
lahiriahnya. Misalnya seseorang cenderung lebih mengasihi orang kaya dan tidak
mengasihi yang miskin. Kata memandang muka dipilih untuk menyebutkan orang yang
membeda-bedakan perlakuan terhadap orang yang dilihatnya.
Nah, penulis
Yakobus menekankan bahwa kedua perintah ini harus dilakukan dengan tepat. Kita tidak
bisa memilih mau menaati perintah yang satu sesempurna mungkin, namun tidak
memberlakukan yang lain. Kalau seorang berhasil melakukan satu perintah namun
gagal menjalankan perintah yang lain, maka dia tetap dikategorikan gagal
menjalankan atau menaati perintah tersebut. Sebab perintah itu merupakan
kesatuan; tidak terbagi atau terpecah. Ketika seseorang dengan terang-terangan
menunjukkan sikap membela yang dia sukai dan menjerumuskan atau mengabaikan
yang dia tidak sukai, maka itu merupakan sebuah pelanggaran. Betapapun dia
sukses memberlakukan perintah pertama (tentang mengasihi diri sendiri), dia
tetap dianggap gagal menerapkan perintah itu.
Jadi,
mengasihi sesama perlu dipahami sebagai sikap menyamakan kualitas kasih atau
perlakuan terhadap siapapun. Entah orangnya menyebalkan, entah orangnya
menyenangkan. Bukankah Yesus juga tidak pilih kasih ketika menawarkan
keselamatan bagi setiap orang? (Bdk. Mat 5.45)
Doa Syafaat
Mari
mendoakan supaya kehidupan masyarakat semakin dibangkitkan dari keterpurukan
pascapandemi
Nyanyi Bersama
NKB 116 – Siapa Yang
Berpegang
Siapa yang berpegang
pada sabda Tuhan
dan setia mematuhinya,
hidupnya mulia dalam
cahya baka
bersekutu dengan
Tuhannya.
Percayalah dan pegang sabda-Nya;
hidupmu dalam Yesus sungguh bahagia!
Bayang-bayang gelap
‘kan dihapus lenyap
oleh sinar senyum
wajah-Nya;
rasa takut dan syak
‘kan menghilang cepat
dari yang berpegang
pada-Nya.
TATA IBADAH HARIAN KELUARGA
Jumat,
27 Oktober 2023
Pujian Pembukaan
KJ 422 : 1 – 2 – YESUS BERPESAN
Yesus
berpesan: Dalam malam g’lap
kamu
harus jadi lilin gemerlap;
anak
masing-masing di sekitarnya,
dalam
dunia ini bersinarlah!
Yesus
berpesan: Bersinarlah t’rang;
lilinmu
Kulihat malam dan siang.
Anak
masing-masing di sekitarnya,
untuk
hormat Tuhan bersinarlah!
PEMBACAAN MAZMUR
Salah Seorang Anggota Keluarga membacakan Mazmur
90:1-6, 13-17
Doa Pembukaan dan Perenungan
Firman
Oleh
Salah
Seorang Anggota
Keluarga
Pembacaan dan perenungan Firman
·
Ulangan 32:1-14, 18
·
Titus 2:7-8, 11-15
Tetaplah
Percaya
Mengingatkan, itulah tugas orang tua kepada
anak-anaknya, dan itulah yang dituliskan Musa atas perintah Tuhan (band.
Ul. 31:14-22). Mengingatkan bahwa Tuhan adalah Gunung Batu keselamatan
umat, dan dari-Nya segala berkat diberi. Pengingatan ini sebagaimana maksud
awal pemberiannya adalah supaya umat ingat Tuhan adalah sumber kehidupan, dan
mereka berbalik kepada Tuhan (Ul. 32:3-14, 18).
Umat Tuhan hendaklah ingat kepada Tuhan dalam
hidup yang mereka jalani -entah baik atau tidak baik- karena yakin Tuhan
selalu ada dalam apapun yang dialami oleh umat-Nya.
Paulus mengingatkan kepada Titus supaya ia menjadi
teladan bagi jemaat di Kreta (Tit. 2:7-8). Ini semua karena
Paulus mengingatkan:
Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua
manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan
beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan
kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk
membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya
suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. (Titus 2:11-14)
Tidakkah kita menjadi sebagai orang beriman
bersyukur atas karya kasih Tuhan yang menyelamatkan, dan memberikan pengharapan
di dalam karya kasih-Nya?
SAAT HENING
Doa syafaat dan Penutup
Berdoa
untuk :
·
Pemilih berpikir untuk 5 tahun ke depan, bukan
hanya saat memilih saja.
· Kesehatan keluarga
· (Bisa ditambahkan sendiri oleh
anggota keluarga)
· Penutup
Pujian Penutup
KJ 422 : 3 – YESUS BERPESAN
Yesus
berpesan: Dunia penuh
banyak
macam dosa, duka dan keluh;
anak
masing-masing di sekitarnya
untuk
sesamamu bersinarlah!
Kesalahan yang Berbuah Manis
Tataibadah Harian
Rabu, 25 Oktober 2023
Kesalahan Yang Berbuah Manis
Saat Teduh
Nyanyi Bersama
PKJ 58 – Semua Yang
Tercipta
Semua yang tercipta
, hai alam semesta
agungkan nama Tuhan
dan puji kasih-Nya.
Matahari, bulan,
bintang, burung-burung, ikan-ikan,
seluruh margasatwa
di gunung dan lembah.
Semua manusia, hai
ikutlah serta
memuji kasih Tuhan
yang agung mulia.
Dalam Yesus,
Putera-Nya, kita s’lamat selamanya
segala sesuatu
dibaharui-Nya.
Mazmur 98
dibaca secara berbalasan;
laki-laki dan perempuan bergantian
Persiapan merenung
PKJ 15 – Kusiapkan
Hatiku, Tuhan
Kusiapkan hatiku,
Tuhan,
menyambut firman-Mu,
saat ini.
Aku sujud menyembah
Engkau
dalam hadirat-Mu,
saat ini.
Curahkanlah
pengurapan-Mu
kepada umat-Mu, saat
ini.
Kusiapkan hatiku,
Tuhan,
mendengar firman-Mu.
Firman-Mu, Tuhan,
tiada berubah,
sejak semulanya dan
s’lama-lamanya
tiada berubah
Firman-Mu, Tuhan,
penolong hidupku.
Kusiapkan hatiku,
Tuhan,
menyambut firman-Mu.
Pembacaan Alkitab
Seorang
membacakan Daniel 6.1-28
Seorang
lain membacakan Matius 17.22-27
Pada
waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada
mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, mereka akan
membunuh Dia, dan pada hari ketiga ia akan dibangkitkan.”
Murid-murid-Nya
pun sedih sekali.
Ketika
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum, datanglah pemungut pajak Bait
Allah kepada Petrus dan berkata, “Apakah gurumu tidak membayar pajak sebesar
dua dirham itu?”
Jawabnya,
“Tentu membayar.” Ketika Petrus masuk rumah, “Yesus mendahuluinya dengan
pertanyaan, “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini
memungut bea atau pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?”
Jawab
Petrus, “Dari orang asing!”
Kata
Yesus kepadanya, “Jadi, bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya kita tidak membuat
mereka gusar, pergilah memancing ke danau. Tangkaplah ikan pertama yang
kaupancing. Bukalah mulutnya dan engkau akan menemukan mata uang empat dirham
di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu
juga.” (TB2, LAI)
Renungan: Kesalahan Yang Berbuah Manis
Zaman
dahulu, di Bait Allah diberlakukan aturan atau ketentuan bea atau pajak, yang
dikenakan kepada setiap orang Yahudi. Uang yang harus dibayarkan jumlahnya dua dirham
setahun, yang digunakan untuk pemeliharaan Bait Allah. Imam dan guru-guru agama
dibebaskan dari kewajiban ini.
Pada
suatu ketika Yesus dan Petrus dijumpai pemungut pajak Bait Allah dan menanyakan
apakah mereka membayar iuran yang diberlakukan ini, Petrus menjawab, “Tentu
saja Gurunya (Yesus) akan membayar”.
Tentang
hal itu Yesus bertanya kepada Petrus, “Siapa yang seharusnya membayar iuran kepada
raja-raja dunia ini? Rakyat atau orang asing?” Rakyat merujuk kepada penghuni
istana di mana sang raja tinggal, yakni para kerabatnya, atau orang-orang yang
dikategorikan VIP di situ, sementara orang asing adalah orang lain yang bukan
famili atau kerabat Kerajaan. Petrus menyatakan bahwa tentulah rakyat yang dibebaskan
dari kewajiban itu, alias tidak usah membayar. Yesus menyetujui jawaban itu.
Jika disetarakan
dengan Bait Allah, siapa yang seharusnya dianggap rakyat alias keluarga Bait Allah
tersebut? Bukankah Yesus, yang adalah Anak Allah, merupakan penghuni (atau
bahkan pemilik) rumah tersebut? Lalu, mengapa Dia harus membayar?
Namun
perhatikanlah reaksi Yesus. Ia mengatakan kepada Petrus untuk membayarkan saja atas nama Yesus meskipun harusnya Ia tidak membayar.
Yesus memang
menanggung apa yang tidak seharusnya Ia tanggung. Manusia yang berdosa, Ia yang
menanggung hukuman, di atas salib. Sadarkah kita bahwa seharusnya kita yang
membayar dan bukan Yesus? Akan tetapi karena kemurahan kasih-Nya Ia rela
menanggung dosa kita dan mati bagi kita. Bukankah dampaknya manis bagi kita, manusia dan seluruh ciptaan yang dosanya ditanggung oleh-Nya?
Doa Syafaat
Mari
mendoakan supaya setiap anggota keluarga memiliki kerinduan bersekutu
Nyanyi Bersama
PKJ 146 – Bawa
Persembahanmu
Bawa persembahanmu
dalam rumah Tuhan
dengan rela hatimu,
janganlah jemu.
Bawa persembahanmu,
bawa dengan suka.
Bawa persembahanmu, tanda sukacitamu.
Bawa persembahanmu, ucaplah syukur.
Rahmat Tuhan padamu
tidak tertandingi
oleh apa saja pun
dalam dunia.
Kasih dan karunia
sudah kau terima.
Persembahkan dirimu
untuk Tuhan pakai
agar kerajaan-Nya
makin nyatalah.
Damai dan sejahtera
diberikan Tuhan.
Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 11 Desember 2025
-
Sabtu, 18 Oktober 2025 SAAT TEDUH PUJIAN PEMBUKA KJ. 318 _ Berbahagia Tiap Rumah Tangga Berbahagia tiap rumah tangga, di mana Kaulah Tam...
-
Tataibadah Harian Rabu, 2 Juli 2025 IKUT TUHAN TIDAK SELALU MUDAH, NAMUN … Saat teduh Umat berdiam diri sekitar 30 detik...
-
Sabtu, 5 Juli 2025 SAAT TEDUH PUJIAN PEMBUKA NKB. 206 – Mercusuar Kasih Bapa Mercusuar kasih Bapa memancarkan sinarNya. Namun suluh yang...