Tataibadah Harian
Senin, 30 Oktober 2023
Jika Tak Mau Dihukum, Bersikaplah Adil!
Saat Teduh
Nyanyi Bersama
NKB 35 – Seluruh
Alam Tak Henti
Seluruh alam tak
henti memuliakan Hu;
Mentari, bintang
berseri bernyanyilah merdu.
Samud’ra raya, hujan
pun mengiringnya serta
memuji riang bertekun
Sang Khalik semesta.
Kub’rikan seluruh
hidupku pada-Mu, Tuhanku;
Baik jiwa maupun
ragaku menjadi milik-Mu
B’ri kasih-Mu di
hatiku tetap berkuasalah
Sehingga seg’nap
hidupku menjunjung Dikaulah.
Mazmur 119.41-48
dibaca secara berbalasan;
laki-laki dan perempuan bergantian
Persiapan merenung
NKB 98 – Roh Kudus,
Ilhami Kami
Roh Kudus, terangi
hati umat-Mu,
agar memahami Kitab
yang kudus.
Roh Kudus, jadikan
kami umat-Mu,
meneladan Yesus yang
lemah lembut.
Pembacaan Alkitab
Seorang
membacakan Ulangan 6.1-9, 20-25
Seorang
lain membacakan Yakobus 2.8-13
Tetapi
jika kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci, “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. Namun, jikalau kamu
memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata bahwa kamu
melakukan pelanggaran. Sebab, siapa saja yang menuruti seluruh hukum itu,
tetapi tersandung dalam satu bagian saja, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Sebab, Ia yang mengatakan “Jangan berzina”, Ia mengatakan juga “Jangan
membunuh”. Jadi, jika kamu tidak berzina tapi membunuh, kamu menjadi pelanggar
hukum juga. Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi
oleh hukum yang memerdekakan orang. Sebab, penghakiman yang tidak berbelas
kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Namun, belas
kasihan akan menang atas penghakiman. (TB2, LAI)
Renungan: Jika Tak Mau Dihukum,
Bersikaplah Adil!
Dalam
kaidah kehidupan ada berbagai macam aturan. Di antara berbagai aturan yang
dibentuk dalam komunitas, ada prioritas hukum. Artinya, hukum tertentu bisa
saja ditempatkan di atas hukum yang lain.
Dalam
kehidupan kita sebagai pengikut Yesus juga ada hukum yang dianggap prioritas,
oleh karena itu penulis Yakobus mencantumkan kata “utama” sebagai penanda bahwa
hukum itu tempatnya ada di atas hukum lain.
Hukum yang
dimaksud adalah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Jelaslah bahwa
dalam hukum ini ada 2 perintah, yakni (1) mengasihi diri sendiri; dan (2)
mengasihi sesama manusia.
Siapakah
yang dimaksud dengan sesama manusia? Kategori ini tertuju kepada setiap orang,
tanpa kecuali. Tidak ada anggapan bahwa sesama itu hanyalah orang-orang yang hobinya
sama dengan kita, misalnya sama-sama penyuka mi instan, atau sama-sama suka
bermain catur. Sesama itu adalah semua orang, tidak dilihat dari kasta atau bahkan
agamanya!
Oleh
karena itu tulisan ini mau memperbaiki sikap orang-orang yang memilih
memperlakukan sesamanya secara tidak adil, sebab pada waktu itu penulis Yakobus
melihat ada orang-orang yang mengasihi orang lain berdasarkan penampilan
lahiriahnya. Misalnya seseorang cenderung lebih mengasihi orang kaya dan tidak
mengasihi yang miskin. Kata memandang muka dipilih untuk menyebutkan orang yang
membeda-bedakan perlakuan terhadap orang yang dilihatnya.
Nah, penulis
Yakobus menekankan bahwa kedua perintah ini harus dilakukan dengan tepat. Kita tidak
bisa memilih mau menaati perintah yang satu sesempurna mungkin, namun tidak
memberlakukan yang lain. Kalau seorang berhasil melakukan satu perintah namun
gagal menjalankan perintah yang lain, maka dia tetap dikategorikan gagal
menjalankan atau menaati perintah tersebut. Sebab perintah itu merupakan
kesatuan; tidak terbagi atau terpecah. Ketika seseorang dengan terang-terangan
menunjukkan sikap membela yang dia sukai dan menjerumuskan atau mengabaikan
yang dia tidak sukai, maka itu merupakan sebuah pelanggaran. Betapapun dia
sukses memberlakukan perintah pertama (tentang mengasihi diri sendiri), dia
tetap dianggap gagal menerapkan perintah itu.
Jadi,
mengasihi sesama perlu dipahami sebagai sikap menyamakan kualitas kasih atau
perlakuan terhadap siapapun. Entah orangnya menyebalkan, entah orangnya
menyenangkan. Bukankah Yesus juga tidak pilih kasih ketika menawarkan
keselamatan bagi setiap orang? (Bdk. Mat 5.45)
Doa Syafaat
Mari
mendoakan supaya kehidupan masyarakat semakin dibangkitkan dari keterpurukan
pascapandemi
Nyanyi Bersama
NKB 116 – Siapa Yang
Berpegang
Siapa yang berpegang
pada sabda Tuhan
dan setia mematuhinya,
hidupnya mulia dalam
cahya baka
bersekutu dengan
Tuhannya.
Percayalah dan pegang sabda-Nya;
hidupmu dalam Yesus sungguh bahagia!
Bayang-bayang gelap
‘kan dihapus lenyap
oleh sinar senyum
wajah-Nya;
rasa takut dan syak
‘kan menghilang cepat
dari yang berpegang
pada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar