Anugerah, Bukan Karena Kehebatan Kita

Sabtu, 1 Maret 2025

 

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

SEMUA KARENA ANUGERAHMU

 

Bukan kar’na kebaikanmu

Bukan kar’na fasih lidahmu

Bukan kar’na kekayaanmu

Kau di pilih, kau dipanggilNya

 

Bukan kar’na kecakapanmu

Bukan kar’na baik rupamu

Bukan kar’na kelebihanmu

Kau dipanggil, kau dipakaiNya

 

Bila engkau dapat, itu karuniaNya

Bila engkau punya, semua daripadaNya

Semua kar’na anug’rahNya

Di b’rikanNya pada kita

Semau anug’rahNya bagi kita

Bila engkau dipakaiNya


PEMBACAAN KITAB MAZMUR 99

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

 

PEMBACAAN ALKITAB

Ulangan 9:1-5; Lukas 10:21-24


RENUNGAN 

"Anugerah, Bukan karena Kehebatan Kita"

 

Sering kali kita merasa bahwa berkat yang kita terima adalah hasil dari usaha dan kehebatan kita sendiri. Namun, firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi karena anugerah-Nya, bukan karena kehebatan kita. Mazmur 99 mengajak kita untuk memuliakan Tuhan yang kudus dan berdaulat atas seluruh bumi. Ia adalah Raja yang adil dan berkuasa, yang memerintah dengan keadilan dan kebenaran. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan bukan hanya pengasih, tetapi juga kudus dan patut dihormati. Ulangan 9:1-5 Tuhan mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan merebut tanah Kanaan bukan karena kebaikan atau kekuatan mereka sendiri, tetapi karena janji Tuhan kepada nenek moyang mereka dan karena kejahatan bangsa-bangsa yang akan mereka kalahkan. Ini menunjukkan bahwa kemenangan dan berkat yang mereka terima bukanlah hasil dari perbuatan mereka, melainkan karena anugerah Tuhan semata. Lukas 10:21-24 Allah menyatakan rahasia Kerajaan-Nya kepada orang-orang sederhana dan bukan kepada orang bijak menurut dunia. Ini menegaskan bahwa pengenalan akan Tuhan bukanlah hasil dari kepintaran manusia, tetapi pemberian Allah. Para murid beruntung karena mereka dapat melihat dan mengalami apa yang para nabi dan raja dahulu rindukan. Berdasarkan penjelasan teks alkitab tersebut maka marilah terus menjalani hidup dengan tindakan yang nyata sebagai berikut:

1.    Kesadaran akan Anugerah Tuhan
Jangan pernah berpikir bahwa keberhasilan dan berkat yang kita alami adalah karena kehebatan kita sendiri. Kita hidup dan menerima anugerah-Nya karena kasih setia-Nya.

2.   Merendahkan Hati di Hadapan Tuhan
Seperti yang diajarkan dalam Lukas 10, Tuhan berkenan kepada mereka yang rendah hati dan mau menerima wahyu-Nya dengan hati yang terbuka, bukan kepada mereka yang merasa dirinya bijak dan kuat.

3.   Memuliakan Tuhan dalam Segala Hal
Sebagaimana Mazmur 99 mengajarkan kita untuk meninggikan Tuhan, hendaknya kita selalu mengingat bahwa Dialah yang patut dimuliakan dalam hidup kita.

Akhirnya mari kita belajar untuk hidup dalam kesadaran bahwa segala sesuatu adalah karena anugerah Tuhan. Kiranya kita tidak menjadi sombong atas pencapaian kita, tetapi selalu bersyukur dan merendahkan diri di hadapan-Nya.


DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Keluarga yang saling terbuka dan percaya kepada Tuhan 

 

NYANYIAN PENUTUP

NKB 188 - Tiap Langkahku

 

Tiap langkahku diatur oleh Tuhan
dan tangan kasihNya memimpinku.
Di tengah badai dunia menakutkan,
hatiku tetap tenang teduh.

 

Reff:
Tiap langkahku ‘ku tahu yang Tuhan pimpin
ke tempat tinggi ‘ku dihantarnNya,
hingga sekali nanti aku tiba
di rumah Bapa sorga yang baka.

 

Di dalam Tuhan saja harapanku,
sebab di tanganNya sejahtera;
DibukaNya Yerusalem yang baru,
kota Allah suci mulia.

TATA IBADAH HARIAN

Jumat, 07 Maret 2025

 

 

Pujian Pembukaan

KJ 412 : 1 – 2 – Tuntun Aku, Tuhan Allah

 

Tuntun aku, Tuhan Allah, lewat gurun dunia.

Kau perkasa dan setia; bimbing aku yang lemah.

Roti sorga, Roti sorga, puaskanlah jiwaku, puaskanlah jiwaku.

 

Buka sumber Air Hidup, penyembuhan jiwaku,

dan berjalanlah di muka dengan tiang awanMu.

Jurus’lamat, Jurus’lamat, Kau Perisai hidupku, Kau Perisai hidupku.

 

 

PEMBACAAN Mazmur

Salah Seorang anggota persekutuan membacakan Mazmur 91:1-2, 9-16

 

 

Doa Pembukaan dan Perenungan Firman

Oleh Salah Seorang Anggota Persekutuan

 

 

Pembacaan dan perenungan Firman

 

·       Keluaran 5:24- 6:12

·       Kisah Para Rasul 7:35-42

 

Hidup Percaya kepada Tuhan

 

Menjadi seorang perantara itu tidak mudah. Ia harus memahami dan memahamkan apa yang menjadi kehendak dua pihak.

Itulah peran Musa ketika Tuhan mengutusnya kepada umat Israel dan kepada Firaun. Kisah Para rasul mencatat penolakan-penolakan itu (Kis. 7:35-42).

Tuhan mengutus Musa memimpin bangsa Israel dengan menegaskan dua hal; yang pertama perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka, dan Tuhan mendengar jeritan permintaan tolong umat (Kel. 6:1-4);

 

Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat. Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN." (Keluaran 6:5-7) 

 

Itulah pernyataan kepedulian Tuhan kepada umat-Nya di Mesir, sebagaimana pengakuan pemazmur tentang Tuhan;

 

Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:1-2) 

 

Tuhan itu bisa dipercaya dan tempat umat-Nya mempercayakan diri kepada-Nya. 

Dalam perjalanan kehidupan sebagai orang percaya, tidakkah kita bisa menjadi hamba yang beriman kepada Tuhan? 

 

 

SAAT HENING

 

Doa syafaat dan Penutup
Berdoa untuk :

·       Pemerintah yang memikirkan kehidupan rakyatnya.

·       Kesehatan keluarga

·       (Bisa ditambahkan sendiri oleh anggota keluarga)

·       Penutup

 

 

Pujian Penutup

KJ 412 : 3 – Tuntun Aku, Tuhan Allah

 

Pada batas Sungai Yordan hapuskanlah takutku.

Ya Penumpas kuasa maut, tuntun aku sertaMu.

Pujianku, pujianku bagiMu selamanya, bagiMu selamanya.

 

Tidak Tahu - Kamis, 27 Februari 2025

 Kamis, 27 Februari 2025

PERTOBATAN BUKAN SEKADAR PERKARA BICARA! - 26 Februari 2025

 

Tataibadah Harian

Rabu, 26 Februari 2025

 

PERTOBATAN BUKAN SEKADAR PERKARA BICARA!

 

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

NKB 3 – Terpujilah Allah

 

Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar,
begitu kasih-Nya ‘tuk dunia cemar,
sehingga dib’rilah Putra-Nya Kudus
mengangkat manusia serta menebus.


Pujilah, pujilah! Buatlah dunia bergemar,
bergemar mendengar suara-Nya.
Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya,
b’ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.

 

Tiada terukur besar hikmat-Nya;
penuhlah hatiku sebab Anak-Nya.
Dan amatlah k’lak hati kita senang,
melihat Sang Kristus di sorga cerlang.

 

 

Bacaan I: Imamat 5.1–13

Pesan yang penting dalam perikop ini

Tentang kesalahan yang diperbuat seseorang, ia harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Dalam kebiasaan waktu itu, ia harus membayar kesalahannya dengan membawa sesuatu, misalnya kurban sembelihan atau uang, ke rumah Tuhan.

Kompensasi itu dianggap sebagai permohonan agar ia ditebus, dan dirinya dipulihkan. Imam berperan sebagai penghubung yang memohonkan pengampunan Tuhan bagi orang yang bersalah. Diharapkan dengan cara ini pertobatan seseorang mendatangkan pengampunan baginya, sehingga ia dipulihkan dan dapat kembali beraktivitas dan diterima di tengah masyarakat, seperti sebelum ia melakukan kesalahan.

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 38

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

 

1.    Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan

2.    Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan

3.    Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Lukas 17.1-4

Pesan melalui perikop       

Yesus mengingatkan para murid agar tidak jadi batu sandungan yang mengakibatkan orang lain melakukan kesalahan. Tentu yang dimaksudkan-Nya juga termasuk menghasut dan mengajak orang lain ikut serta dalam perbuatan yang jahat dan salah, sehingga menjerumuskan mereka dalam jurang. Hal ini dimungkinkan dalam konteks ketika kita sudah melakukan kesalahan, kita ingin tidak hanya kita yang disoroti atau dihukum karenanya. Secara psikologis, lebih ‘nyaman’ menanggung hukuman secara kolektif ketimbang sendirian, kita menerima aib dan orang lain menghakimi kita.

 

Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

·      Ketika kita melakukan kesalahan, apa yang pertama kali ingin kita lakukan?

·      Kita tahu bahwa idealnya kita hidup tanpa salah. Namun kita juga tahu bahwa melakukan kesalahan adalah bagian yang tak terlepaskan juga dari diri kita. Bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

·      Jika melihat orang lain hidup lebih ‘benar’ atau ‘suci’ dibanding kita, kemudian menuai pujian dan sanjungan orang lain, apakah kita jadi merasa sirik terhadapnya dan ingin ia juga melakukan kesalahan? Apakah kita merasa puas melihat orang yang dinilai baik pada akhirnya juga berbuat salah seperti yang kita alami?

·      Jika kita merasa bersalah atas perbuatan yang kita lakukan, seberapa besarkah keinginan kita bertobat dan tidak mengulangi perbuatan itu?

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

·      Di tengah pengampunan yang ditawarkan Tuhan Yesus, kita bisa saja tetap tergoda melakukan kesalahan yang sama. Rindukah kita mengalami perubahan sikap dengan berjuang keras meninggalkan perbuatan (atau perkataan) yang menyebabkan kita jadi orang bersalah?

·      Pertobatan bukan sekadar niat atau omongan yang disebarluaskan; ia harus ditunjukkan dengan bukti nyata yang diupayakan lewat perjuangan

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:

·      Berilah semangat kepada setiap pelayan Tuhan dalam gereja-Nya, sehingga mereka dapat tetap menjalankan pelayanan tanpa mengorbankan perhatian dan tanggung jawab kepada keluarganya, pekerjaannya, dan hal-hal lain yang perlu dipedulikannya.

·      Ibadah dalam masa raya prapaskah, diawali Rabu Abu, tanggal 5 Maret yang akan datang. Kiranya semua persiapan yang dirancangkan dalam rangka menghayati masa prapaskah dapat berjalan baik.

 

Nyanyian Umat

KJ 364 – Berserah Kepada Yesus

 

Berserah kepada Yesus
tubuh, roh, dan jiwaku;
kukasihi, kupercaya,
kuikuti Dia t’rus.


Aku berserah, aku berserah;
kepada-Mu, Jurus’lamat,
aku berserah!

 

Berserah kepada Yesus
di kaki-Nya ‘ku sujud.
Nikmat dunia kutinggalkan;
Tuhan, t’rima anak-Mu!

 

TIDAK SEMUA KESEMPATAN HARUS DIAMBIL - Selasa, 25 Februari 2025

Selasa, 25 Februari 2025 – TIDAK SEMUA KESEMPATAN HARUS DIAMBIL

 

NYANYIAN PEMBUKA
KJ 467 – TUHANKU, BILA HATI KAWANKU
Syair: If I Have Wounded Any Soul Today / An Evening Prayer, C. Battersly, disesuaikan Charles H. Gabriel, 1934,
Terjemahan: E. L. Pohan Shn., 1963,
Lagu: Charles H. Gabriel (1856 – 1932)

 
Tuhanku, bila hati kawanku
terluka oleh tingkah ujarku,
dan kehendakku jadi panduku,
ampunilah.
 
Jikalau tuturku tak semena
dan aku tolak orang berkesah,
pikiran dan tuturku bercela,
ampunilah.
 
Dan hari ini aku bersembah
serta padaMu, Bapa, berserah,
berikan daku kasihMu mesra.
Amin, amin.


 

DOA PEMBUKA

BACAAN ALKITAB      

1 SAMUEL 24:1-22

 

RENUNGAN

Ada kalanya relasi yang semula dekat lalu berubah menjadi tersekat. Tadinya saling rangkul berubah saling pukul. Sebabnya bisa dalam segala hal. Hari ini kita mendapati hal itu dalam bacaan kita. Saul yang tadinya dekat dengan Daud berubah menjadi benci karena iri yang mengeruhkan hati. Karena keruhnya hati, Saul mencari dan mengejar Daud bak musuh. Apakah 3000 orang menjadi wajar untuk mencari seorang Daud? Bukankah kebencian memang selalu menjadikan seseorang menjadi tidak wajar dan “terlaluuuu” (seperti kata Rhoma Irama 😊).

Saul memiliki kuasa tapi digunakan menjadi kesempatan untuk menyingkirkan Daud. Berbeda dengan Daud, ia memiliki kesempatan untuk membalas dan membunuh Saul, tapi tidak dilakukan. Daud hanya mengambil sepotong dari jubah Saul, sebagai bukti bahwa sebenarnya ia punya kesempatan untuk mengalahkan dan membunuh tapi tidak diambil. Mengapa? Karena Daud menghormati Allah. Saul adalah raja yang diurapi oleh Allah, bagi Daud tidak benar mencelakakan seorang yang diurapi. Daud memiliki kedalaman spiritualitas yang membuatnya tetap jernih di tengah ancaman jiwanya. Spiritual yang menghormati Allah menolong Daud tetap tenang menjadi seorang yang benar.

Pembalasan adalah hal yang memuaskan diri tapi tidak memberi kehidupan. Daud tidak mengambil kesempatan membunuh karena tidak memberi kehidupan. Daud memberi Saul kesempatan untuk tetap hidup. Pembalasan bukan menjadi haknya. Haknya adalah memilih untuk mengampuni. Mengampuni bukan berarti abai terhadap ketidakadilan dan kejahatan, tapi memberi kesempatan untuk mengalami kasih Allah.

 

Bagaimana dengan kita:

Apakah jabatan dan kekuasaan dipakai sebagai kesempatan untuk kebenaran atau sebaliknya?

Jika Saudara ada dalam kemelut permusuhan, apakah Saudara mengijinkan kehendak diri yang berkuasa atau kehendak Allah yang menuntun pada kejernihan hati?

Kesadaran seperti apa yang menolong Saudara untuk tidak mengambil kesempatan – jika itu tidak benar dan mencelakan?

 

DOA SYAFAAT

·         Menjaga hubungan baik antara gereja dan masyarakat sekitar

 

NYANYIAN PENUTUP
NKB 200 – DI JALAN HIDUP YANG LEBAR, SEMPIT
Syair: Out in the Highways and Byways of Life / make Me a Blessing; Ira B. Wilson,
Terjemahan: E. L. Pohan,
Lagu: George S. Schuler, Hak Cipta: Rodeheaver Co., 
Hak Cipta: George S. Schuler
 
Di jalan hidup yang lebar, sempit,
orang sedih mengerang.
Tolong mereka yang dalam gelap;
bawalah sinar terang!
Refrein:
Pakailah aku, jalan berkatMu,
memancarkan cahayaMu!
Buatlah aku, saluran berkat
bagi siapa yang risau penat.
 
Wartakan Kristus dengan kasihNya;
pengampunanNya penuh.
Orang ‘kan datang ‘pabila engkau
menjadi saksi teguh. Refrein:
 


Indahnya Perdamaian

(Senin, 24 Februari 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

KELUARGA YANG DAMAI

(PKJ 286 : 1, 3)

 

Keluarga yang damai dan saling mengerti,

sehati dalam suka dan di dalam duka.


Refrein:

    Anug'rah Allah Bapa tercurah baginya,

    membimbing kehidupan di jalan Tuhan.


Keluarga beriman beralaskan firman,

hidupnya bahagia, damai sejahtera.

(kembali ke refrein)


Pembacaan Kitab Mazmur 38

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : Kejadian 33: 1-17

Perjanjian Baru    : 1 Korintus 11: 2-16


Renungan 

    Perseteruan adalah hal yang terkadang terjadi dalam kehidupan kita bersama dengan orang lain. Perseteruan bisa saja terjadi dalam relasi dengan keluarga, dengan tetangga, dengan teman kerja atau sekolah, atau bahkan dengan orang lain yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Penyebabnya bisa macam-macam. Bisa karena perbedaan pendapat, bisa karena kesalah pahaman, bisa karena kecemburuan, dsb. Persoalannya adalah bagaimana kalau kita ada dalam situasi itu? Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita perlu untuk mempertahankan memperpanjang perseteruan kita dengan orang lain?

    Jika kita belajar dari kisah kehidupan Yakub dan Esau, maka kita menjumpai pelajaran bahwa perseteruan tidak seharusnya kita pertahankan dalam kehidupan kita. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tidak memperpanjang perseteruan yang terjadi dalam kehidupan kita. Bacaan kita hari ini dalam kitab Kejadian 33: 1-17 menyajikan kepada kita bagaimana indahnya perdamaian yang dilakukan oleh Yakub dan Esau. Mereka yang tadinya berseteru, akhirnya dapat membangun perdamaian di antara mereka. Relasi mereka yang tadinya terputus, menjadi kembali tersambung dengan baik. Ketakutan dan kekuatiran Yakub tidak menjadi kenyataan. Esau menerima Yakub dengan penuh kasih sayang. Dia tidak lagi menyimpan kebencian terhadap Yakub. Kita justru melihat bagaimana dipulihkannya relasi di antara mereka berdua sebagai satu saudara. 

    Demikian jugalah dalam kehidupan kita. Kesediaan kita untuk tidak memelihara perseteruan, akan menghantar kita pada perdamaian dengan orang yang berseteru dengan kita. Hal itu akan membuat relasi kita dengan orang itu dipulihkan. Tentu, untuk dapat mewujudkan hal ini, kita perlu untuk menjaga hati kita, agar dapat mengampuni kesalahan orang tersebut. Sebab tanpa pengampunan akan sulit terwujud perdamaian di antara kita. Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita, supaya kita tidak hidup dalam perseteruan dengan orang lain. Tuhan memberkati kita. Amin.

    

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah agar masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan diet plastik.


Nyanyian Penutup

 

DAMAI DI DUNIA

(PKJ 267)

 

Damai di dunia dan kitalah dutanya.

Damai sejahtera, amalkanlah maknanya,

Allah, Bapa kita, kita anak-Nya,

rukun bersaudara penuh bahagia.

Damai di dunia dan inilah saatnya.

Ucapkan ikrarmu, jalankan perintah-Nya,

setiap kata dan karya kita memuji nama-Nya.

Damai di dunia, kini dan selamanya.

Kini dan selamanya.


HIDUP DALAM KEPERCAYAN DAN REKONSILIASI

 SABTU, 22 Februari 2025


NYANYIAN PEMBUKA

PKJ 37 - Bila Kurenung Dosaku


 

Bila kurenung dosaku padaMu, Tuhan,


Yang berulang kulakukan dihadapanMu,

 


Reff:

Kasih sayangMu perlindunganku.


Di bawah naungan sayapMu damai hatiku.


Kasih sayangMu pengharapanku.


Usapan kasih setiaMu s’lalu kurindu.


 

Rasa angkuh dan sombongku masih menggoda,

Iri hati dan benciku kadang menjelma


DOA PEMBUKA


BACAAN ALKITAB

Mazmur 37:1-11; Kejadian 44:18-34; Lukas 12:57-59


RENUNGAN

Hidup Dalam Kepercayaan dan Rekonsiliasi


Hidup sering kali dipenuhi dengan ketegangan, baik dalam hubungan, pekerjaan, 


maupun keputusan-keputusan besar. Dalam bacaan hari ini, kita diajak untuk hidup 


dengan kepercayaan penuh kepada Allah, menjalankan kasih di tengah konflik, dan 


bertindak dengan bijak dalam menyelesaikan masalah. Mazmur 37 mengajarkan 


tentang kedamaian dalam Tuhan di tengah kekhawatiran. Kejadian 44 menunjukkan 


pentingnya sikap pengorbanan dan rekonsiliasi dalam hubungan, sementara Lukas 


12 mengingatkan kita untuk bertindak bijak dan menyelesaikan konflik sebelum 


terlambat. Beberapa hal penting yang dapat direnungkan sebagai berikut:

 


Percaya kepada Allah di Tengah Kekhawatiran (Mazmur 37:1-11)


Mazmur ini mengingatkan kita untuk tidak iri terhadap orang yang tampaknya berhasil 


dengan cara yang salah. Sebaliknya, kita diajak untuk mempercayakan hidup kita 


kepada Tuhan. Kedamaian sejati hanya dapat ditemukan ketika kita menyerahkan 


kekhawatiran kepada-Nya dan hidup dalam kehendak-Nya.


Mari renungkan:


Apakah ada kekhawatiran atau rasa iri yang saat ini membebani hati kita?


Bagaimana kita dapat mempercayakan hidup kita lebih lagi kepada Tuhan?



Kasih dan Pengorbanan dalam Rekonsiliasi (Kejadian 44:18-34)


Bacaan ini menceritakan keberanian Yehuda yang bersedia menggantikan Benjamin


sebagai tawanan di Mesir demi menyelamatkan ayah mereka, Yakub. Tindakan


Yehuda adalah contoh kasih yang penuh pengorbanan dan keinginan untuk


memperbaiki hubungan yang retak. Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada situasi


yang membutuhkan pengorbanan demi kebaikan bersama dan rekonsiliasi.


Mari renungkan:


Apakah ada hubungan yang memerlukan rekonsiliasi dalam hidup kita?


Bagaimana kita dapat menunjukkan kasih yang rela berkorban seperti Yehuda?



Bertindak Bijak dalam Menyelesaikan Konflik (Lukas 12:57-59)


Yesus mengajarkan pentingnya menyelesaikan konflik dengan segera dan bijaksana.


Kita dipanggil untuk berdamai sebelum situasi menjadi lebih buruk. Hal ini relevan


dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun komunitas.


Mari renungkan:


Apakah ada konflik yang belum kita selesaikan?


Bagaimana kita dapat mengambil langkah pertama untuk berdamai dengan sesama?

  


  Melalui bacaan hari ini, kita diajarkan untuk hidup dalam kepercayaan kepada Allah, 

  

  menunjukkan kasih dan pengorbanan dalam hubungan, serta bertindak bijak dalam 

  

   menyelesaikan konflik. Ketika kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan, 

  

   mencintai sesama dengan tulus, dan bertindak cepat dalam mendamaikan konflik, 

  

   kita hidup dalam kehendak-Nya. Kedamaian sejati hanya dapat ditemukan ketika kita 

  

   mengikuti jalan ini.


DOA SYAFAAT

Keluarga yang mengasihi dan bersedia mengampuni


NYANYIAN PENUTUP

PKJ. 467 - Tuhanku, Bila Hati Kawanku 

 

Tuhanku, bila hati kawanku terluka oleh tingkah ujarku,


dan kehendakku jadi panduku, ampunilah.



Jikalau tuturku tak semena dan aku tolak orang berkesah,


pikiran dan tuturku bercela, ampunilah.

 


Dan hari ini aku bersembah serta padaMu, Bapa, berserah,


berikan daku kasihMu mesra. Amin, amin.

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025