PERTOBATAN BUKAN SEKADAR PERKARA BICARA! - 26 Februari 2025

 

Tataibadah Harian

Rabu, 26 Februari 2025

 

PERTOBATAN BUKAN SEKADAR PERKARA BICARA!

 

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

NKB 3 – Terpujilah Allah

 

Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar,
begitu kasih-Nya ‘tuk dunia cemar,
sehingga dib’rilah Putra-Nya Kudus
mengangkat manusia serta menebus.


Pujilah, pujilah! Buatlah dunia bergemar,
bergemar mendengar suara-Nya.
Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya,
b’ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.

 

Tiada terukur besar hikmat-Nya;
penuhlah hatiku sebab Anak-Nya.
Dan amatlah k’lak hati kita senang,
melihat Sang Kristus di sorga cerlang.

 

 

Bacaan I: Imamat 5.1–13

Pesan yang penting dalam perikop ini

Tentang kesalahan yang diperbuat seseorang, ia harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Dalam kebiasaan waktu itu, ia harus membayar kesalahannya dengan membawa sesuatu, misalnya kurban sembelihan atau uang, ke rumah Tuhan.

Kompensasi itu dianggap sebagai permohonan agar ia ditebus, dan dirinya dipulihkan. Imam berperan sebagai penghubung yang memohonkan pengampunan Tuhan bagi orang yang bersalah. Diharapkan dengan cara ini pertobatan seseorang mendatangkan pengampunan baginya, sehingga ia dipulihkan dan dapat kembali beraktivitas dan diterima di tengah masyarakat, seperti sebelum ia melakukan kesalahan.

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 38

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

 

1.    Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan

2.    Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan

3.    Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Lukas 17.1-4

Pesan melalui perikop       

Yesus mengingatkan para murid agar tidak jadi batu sandungan yang mengakibatkan orang lain melakukan kesalahan. Tentu yang dimaksudkan-Nya juga termasuk menghasut dan mengajak orang lain ikut serta dalam perbuatan yang jahat dan salah, sehingga menjerumuskan mereka dalam jurang. Hal ini dimungkinkan dalam konteks ketika kita sudah melakukan kesalahan, kita ingin tidak hanya kita yang disoroti atau dihukum karenanya. Secara psikologis, lebih ‘nyaman’ menanggung hukuman secara kolektif ketimbang sendirian, kita menerima aib dan orang lain menghakimi kita.

 

Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

·      Ketika kita melakukan kesalahan, apa yang pertama kali ingin kita lakukan?

·      Kita tahu bahwa idealnya kita hidup tanpa salah. Namun kita juga tahu bahwa melakukan kesalahan adalah bagian yang tak terlepaskan juga dari diri kita. Bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

·      Jika melihat orang lain hidup lebih ‘benar’ atau ‘suci’ dibanding kita, kemudian menuai pujian dan sanjungan orang lain, apakah kita jadi merasa sirik terhadapnya dan ingin ia juga melakukan kesalahan? Apakah kita merasa puas melihat orang yang dinilai baik pada akhirnya juga berbuat salah seperti yang kita alami?

·      Jika kita merasa bersalah atas perbuatan yang kita lakukan, seberapa besarkah keinginan kita bertobat dan tidak mengulangi perbuatan itu?

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

·      Di tengah pengampunan yang ditawarkan Tuhan Yesus, kita bisa saja tetap tergoda melakukan kesalahan yang sama. Rindukah kita mengalami perubahan sikap dengan berjuang keras meninggalkan perbuatan (atau perkataan) yang menyebabkan kita jadi orang bersalah?

·      Pertobatan bukan sekadar niat atau omongan yang disebarluaskan; ia harus ditunjukkan dengan bukti nyata yang diupayakan lewat perjuangan

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:

·      Berilah semangat kepada setiap pelayan Tuhan dalam gereja-Nya, sehingga mereka dapat tetap menjalankan pelayanan tanpa mengorbankan perhatian dan tanggung jawab kepada keluarganya, pekerjaannya, dan hal-hal lain yang perlu dipedulikannya.

·      Ibadah dalam masa raya prapaskah, diawali Rabu Abu, tanggal 5 Maret yang akan datang. Kiranya semua persiapan yang dirancangkan dalam rangka menghayati masa prapaskah dapat berjalan baik.

 

Nyanyian Umat

KJ 364 – Berserah Kepada Yesus

 

Berserah kepada Yesus
tubuh, roh, dan jiwaku;
kukasihi, kupercaya,
kuikuti Dia t’rus.


Aku berserah, aku berserah;
kepada-Mu, Jurus’lamat,
aku berserah!

 

Berserah kepada Yesus
di kaki-Nya ‘ku sujud.
Nikmat dunia kutinggalkan;
Tuhan, t’rima anak-Mu!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025