Taat pada Pemimpin?

(Senin, 1 September 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

TUHAN, PIMPIN ANAKMU

(KJ 413: 1-2)

 

Tuhan, pimpin anak-Mu, agar tidak tersesat.

Akan jauhlah seteru, bila Kau tetap dekat.


Refrein:

    Tuhan pimpin! Arus hidup menderas;

    agar jangan 'ku sesat, pegang tanganku erat.


Hanya Dikau sajalah Perlindungan yang teguh.

Bila hidup menekan, Kau harapanku penuh.

(kembali ke refrein)


Pembacaan Kitab Mazmur 119: 65-72

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : 2 Tawarikh 12: 1-12

Perjanjian Baru    : Ibrani 13: 7-21


Renungan 

    Situasi akhir-akhir ini di negeri kita membuat kita sadar bahwa ada sesuatu yang salah yang telah dilakukan oleh para pemimpin kita. Sebagai orang yang diberi tanggung jawab oleh Tuhan melalui masyarakat, sebagian dari mereka ternyata belum bisa menunjukkan sikap hidup sebagai seorang pemimpin yang mengayomi dan memberi teladan yang baik bagi masyarakat. Mereka masih hidup dalam kepentingan diri dan kelompok mereka sendiri. Perilaku dan tindakan mereka tidak mencerminkan perilaku dan tindakan seorang pemimpin yang berempati dengan kondisi hidup masyarakat yang dipimpinnya. Kenyataan-kenyataan itulah yang kemudian membuat masyarakat menjadi kecewa dan marah.

    Lalu terhadap pemimpin yang seperti ini, bagaimana kita harus bersikap? Firman Tuhan hari, salah satunya mengajarkan kepada kita tentang ketaatan kepada pemimpin, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atasnya, supaya mereka melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17) Apakah ketaatan ini termasuk kepada oknum-oknum pemimpin yang mempertontonkan perilaku buruk mereka di tengah masyarakat? Tentu tidak. Jika kita memperhatikan bagian dari ayat tersebut, setidaknya ada 2 pra syarat bagi pemimpin untuk ditaati dan diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya.

    Pertama, "berjaga-jaga atas jiwa orang-orang yang dipimpinya". Seorang pemimpin adalah orang yang dipercaya Tuhan untuk menjaga kehidupan orang-orang yang dipimpinnya, agar tetap dalam kondisi baik dan benar. Pemimpin adalah pengayom bagi kehidupan orang yang dipimpinnya. Sebab itu, kepada mereka dipercayakan tanggung jawab untuk merawat kehidupan agar dapat berjalan secara benar dan baik. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pemimpin, semestinya merupakan keputusan-keputusan yang berdampak pada kebaikan hidup orang-orang yang dipimpinnya. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin haruslah merupakan perilaku-perilaku yang menjaga dan merawat kehidupan orang-orang yang dipimpinnya agar tetap dalam kondisi yang baik dan aman. Pemimpin yang seperti inilah yang oleh firman Tuhan dinyatakan untuk ditaati dan dan turuti.

    Kedua, "melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan gembira bukan dengan keluh kesah". Setiap kita punya tanggung jawab dalam kehidupan, termasuk seorang yang dipilih untuk menjadi pemimpin. Mereka juga punya tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada mereka. Jika mereka adalah orang-orang yang sadar, maka mereka akan melakukan tanggung jawab itu dengan gembira. Sebab mereka menjadi orang kepercayaan Tuhan dalam menjalankan tugas penggembalaan kepada umat-Nya. Mereka tidak akan mengeluh dan menggerutu. Pemimpin yang seperti inilah yang Tuhan maksud untuk ditaati dan diteladani dalam hidup.

    Pertanyaannya, apakah pemimpin-pemimpin kita dalam kehidupan ini sudah menjadi pemimpin-pemimpin yang Tuhan kehendaki? Jika iya, maka taatilah mereka dan tunduklah kepada mereka. Jika belum, maka tegur dan ingatkanlah mereka, agar mereka kembali kepada jalan kepempimnan yang benar, sebagaimana maksud Tuhan menempatkan mereka dalam posisi mereka sekarang ini. Tuhan memberkati. Amin. 

    

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah agar Indonesia tetap aman dan demonstrasi yang berlangsung tidak membuat kekacauan dan kerusuhan di berbagai tempat.


Nyanyian Penutup

 

TUHAN, PIMPIN ANAKMU

(KJ 413: 3)

 

Sampai akhir hidupku, Tuhan, pimpin 'ku terus

K'lak kupuji, kusembah Kau Tuhanku Penebus.


Refrein:

    Tuhan pimpin! Arus hidup menderas;

    agar jangan 'ku sesat, pegang tanganku erat.

Pimpinan yang Melayani, Hidup yang Berarti

Sabtu, 30 Agustus 2025

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

NKB 210 - ‘Ku Utus ‘Kau

 

‘Ku utus ‘kau mengabdi tanpa pamrih,

berkarya t’rus dengan hati teguh,

meski dihina dan menanggung duka;

‘Ku utus ‘kau mengabdi bagiKu.

 

‘Ku utus ‘kau membalut yang terluka,

menolong jiwa sarat berkeluh,

menanggung susah dan derita dunia.

‘Ku utus ‘kau berkurban bagiKu.

 

‘Ku utus ‘kau kepada yang tersisih,

yang hatinya diliputi sendu,

sebatang kara, tanpa handai taulan.

‘Ku utus ‘kau membagi kasihKu.

 

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 112

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

 

PEMBACAAN ALKITAB

Ams. 21: 1-4, 24-26 Mat. 20: 20-28

 

RENUNGAN

“Pemimpin yang Melayani, Hidup yang Berarti”

 

Dunia saat ini memandang kepemimpinan sebagai simbol kuasa, kedudukan, dan prestise. Banyak orang berlomba untuk menjadi yang terdepan, paling dihormati, dan dilayani. Namun, firman Tuhan hari ini justru membalik paradigma itu: yang terbesar adalah dia yang melayani. Pemimpin sejati bukanlah yang menuntut dilayani, tetapi yang rela merendahkan diri untuk melayani orang lain. Renungan hari ini mengajak kita melihat bagaimana hidup yang benar, takut akan Tuhan, dan rendah hati menghasilkan pengaruh yang besar di hadapan Allah dan sesama.

 

Mazmur 112 – Hidup Orang Benar Diberkati dan Menjadi Berkat
Mazmur ini menggambarkan orang yang takut akan Tuhan dan sangat suka kepada perintah-Nya. Hidupnya diberkati, keturunannya akan kuat, dan ia menjadi terang di tengah kegelapan. Orang benar bukan hanya diberkati secara materi, tetapi juga dikenal karena kebaikan, keadilan, dan kemurahannya. Kehidupan yang takut akan Tuhan menghasilkan warisan yang bermakna dan dampak yang luas.

 

Amsal 21:1–4, 24–26 – Sikap Hati yang Menentukan Jalan Hidup
Amsal mengajarkan bahwa Tuhan mengarahkan hati raja-raja seperti aliran air (ay.1). Hidup yang benar tidak didasarkan pada tindakan luar saja, tetapi pada motivasi batin yang murni. Kesombongan dan hati congkak adalah dosa. Sebaliknya, orang benar menunjukkan kemurahan dan memberi dengan tulus. Kepemimpinan dan tindakan yang benar dimulai dari hati yang takut akan Tuhan dan rendah hati.

 

Matius 20:20–28 – Yang Terbesar adalah Yang Melayani
Permintaan ibu anak-anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) kepada Yesus untuk menempatkan mereka di posisi terhormat menunjukkan pandangan duniawi tentang kekuasaan. Namun Yesus menjawab bahwa posisi dalam Kerajaan Allah bukan soal kehormatan, melainkan kesediaan memikul penderitaan dan melayani. Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya. Kepemimpinan sejati dalam Kerajaan Allah adalah kerendahan hati dan pelayanan yang rela berkorban.

 

Ketiga bacaan hari ini mengajarkan bahwa kehidupan yang berarti bukanlah tentang posisi atau kuasa, melainkan tentang bagaimana kita hidup takut akan Tuhan, memiliki hati yang rendah, dan siap melayani. Dunia bisa saja mengangkat orang yang kuat, tetapi Allah meninggikan orang yang rendah hati. Yesus telah memberi teladan tertinggi: menjadi pemimpin dengan hati hamba.

 

Saudaraku …

1.  Latih diri untuk rendah hati, tidak mencari pujian atau kedudukan, tetapi siap melayani dalam hal-hal kecil maupun besar.

2. Tanyakan motivasi hati sebelum bertindak: apakah untuk kemuliaan Tuhan atau untuk kepentingan pribadi?

3. Teladani Kristus dalam keluarga, gereja, dan masyarakat dengan menjadi pelayan, bukan penguasa.

4. Tunjukkan kemurahan hati, seperti orang benar dalam Mazmur 112 dan Amsal 21, dengan memberi dan menolong tanpa pamrih.

 

Ungkapan Komitmen:

Kiranya firman hari ini menolong kita menata ulang cara pandang kita terhadap kepemimpinan dan keberhasilan, dan membawa kita untuk hidup seperti Kristus: 

melayani dengan kasih dan ketulusan hati.

 

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Keluarga yang berbagi bercerita. 

 

NYANYIAN PENUTUP

NKB 210 - ‘Ku Utus ‘Kau

 

‘Ku utus ‘kau, tinggalkan ambisimu,

padamkanlah segala nafsumu,

namun berkaryalah dengan sesama.

‘Ku utus ‘kau bersatulah teguh.

 

‘Ku utus ‘kau mencari sesamamu

yang hatinya tegar terbelenggu,

‘tuk menyelami karya di Kalvari.

‘Ku utus ‘kau mengiring langkahKu.

 

Coda:

Kar’na Bapa mengutusku, ‘Ku utus ‘kau

 

 

 

Kebahagiaan sebagai Dasar - 28 Agustus 2025

 Kamis , 28 Agustus 2025


NYANYIAN PEMBUKA

Ku Masuki Gerbangnya

Kumasuki Gerbangnya Dengan Hati Bersyukur

Halamannya Dengan Pujian

Ku Tau Hari Ini Harinya Tuhan

Ku Bersuka Sbab Dia Girangkanku

 

Dia Girangkanku.. O.. Dia Girangkanku

Kubersuka Sbab Dia Girangkanku

Dia Girangkanku.. O.. Dia Girangkanku

Kubersuka Sbab Dia Girangkanku

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 112

Amsal 15: 13-17

1 Petrus 3: 8-12

 

RENUNGAN

Dalam perjalanan hidup kita, kita sering kali menjadikan kebahagiaan sebagai sebuah tujuan akhir, sebuah destinasi yang harus dicapai dengan mengumpulkan berbagai hal: kekayaan, prestasi, pengakuan, atau hubungan yang harmonis. Namun, Firman Tuhan hari ini dengan lantang membalik narasi tersebut dan mengungkapkan sebuah paradoks yang indah: kebahagiaan sejati bukanlah destinasi, melainkan buah yang dihasilkan dari cara kita hidup dan di mana kita membangun fondasi hidup kita. Mazmur 112 menancapkan fondasi itu dengan tegas: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya." Ayat ini menyatakan bahwa sumber kebahagiaan yang paling utama, dan yang paling awal dan mendasar, adalah ketaatan dan kesukaan kita akan Tuhan. Ini adalah kebahagiaan yang tidak reaktif terhadap keadaan eksternal, karena ia bersumber dari realitas internal yang kekal. Yaitu keyakinan bahwa kita dikasihi, dipimpin, dan dimiliki oleh Allah yang berdaulat. Kebahagiaan model seperti ini ibarat sebuah bangunan yang fondasinya tertanam di atas batu karang; ketika hujan dan badai kehidupan datang menerpa, bangunan itu tidak rubuh karena kekuatannya berasal dari dalam, dari hubungan yang tidak tergoyahkan dengan Sang Sumber Hidup.

Dari fondasi yang kokoh inilah, kebahagiaan itu kemudian menemukan ekspresinya yang alami dan otentik. Amsal 15:13 melukiskan proses ini dengan indah: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Sukacita yang berpusat pada Tuhan ini bukanlah sesuatu yang bisa kita palsukan atau paksakan. Sukacita ini adalah sebuah realitas yang memancar dari dalam hati yang telah disentuh oleh kasih karunia, kemudian menerangi seluruh keberadaan kita. Mulai dari raut wajah, semangat juang, hingga cara kita memandang tantangan. Ini adalah kebahagiaan yang menjadi kekuatan kita, sebuah semangat yang tidak mudah patah karena diisi ulang secara konstan oleh sumber yang tidak terbatas. Ia adalah cahaya yang bersinar dari dalam, yang membuat kita menjadi saksi yang hidup akan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.

Namun, puncak dan sekaligus ujian terbesar dari kebahagiaan sejati ini terletak pada bagaimana ia beroperasi dalam relasi kita yang paling rumit dan berpotensi menyakitkan. Inilah yang menjadi inti dari 1 Petrus 3:9-10, yang memerintahkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan memberkati. Di titik inilah kebahagiaan duniawi akan hancur berantakan, karena ia bergantung pada keadaan yang adil dan menyenangkan. Sebaliknya, kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan justru membuktikan ketangguhannya di medan yang paling sulit sekalipun. Kemampuan untuk mengampuni, menahan diri, dan aktif memberkati, yang bersalah kepada kita adalah bukti definitif bahwa kebahagiaan kita bukanlah milik kita sendiri, yang  adalah buah Roh, sebuah anugerah yang mengalir dari hati Tuhan sendiri melalui kita. Tindakan memberkati ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan demonstrasi kekuatan yang luar biasa karena kita mempercayakan pembalasan kepada Tuhan yang adil, dan kita memilih untuk tetap terhubung dengan Sumber kasih itu sendiri. Dengan melakukan ini, kita bukan hanya mengalami "hari-hari baik" yang dijanjikan, tetapi kita menjadi saluran yang memberinya kepada orang lain, sehingga kebahagiaan itu pun berlipat ganda. Dengan demikian, kebahagiaan sejati adalah sebuah siklus ilahi yang mulia. Berawal dari ketaatan dan hubungan kita dengan Tuhan, memancar keluar sebagai sukacita dan ketahanan diri, diuji dan disempurnakan melalui praktik pengampunan dan perdamaian, dan pada akhirnya kembali memuliakan Sang Sumber dari mana semua itu berawal.  @vals.13

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi dan keluarga agar dapat dipulihkan dan terus menjaga kekudusan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia
  • Anak-anak muda dalam kehidupan pelayanan dan pekerjaan di ladang Tuhan

 

NYANYIAN PENUTUP

https://youtu.be/pmX-6Xt5mCo?si=iOUdIta21LUiumrY

Hati yang Gembira Adalah Obat

Hati yang gembiraaaa Adalah obat

Seperti obat hati yang senang

Tapi semangat yang patah

Keringkan tulang Hati yang gembiraaaa

Tuhan senang.

 

TATA IBADAH HARIAN

Jumat, 29 Agustus 2025

 

 

Pujian Pembukaan

KJ 450 : 1 – 3 – HIDUP KITA YANG BENAR

 

Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur.

Dalam Kristus bergemar, janganlah tekebur.

 

Refrein :

Dalam susah pun senang; dalam segala hal,

aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendak-Nya!

 

Biar badai menyerang, biar ombak menerjang,

aku akan bersyukur kepada Tuhanku.

 

Apa arti hidupmu? Bukankah ungkapan syukur,

kar’na Kristus Penebus, berkorban bagimu!

 

 

PEMBACAAN Mazmur

Salah Seorang anggota persekutuan membacakan Mazmur 81:1-2, 11-17

 

 

Doa Pembukaan dan Perenungan Firman

Oleh Salah Seorang Anggota Persekutuan

 

 

Pembacaan dan perenungan Firman

 

·       Yeremia 12:1-13 

·       1 Petrus 4:7-11

 

Hidup Benar Karena Diselamatkan

 

Hidup di tengah reruntuhan dan puing, dan melihat orang-orang jahat yang tetap melakukan ritual keagamaan di tengah bangsa mereka (Yer. 12:1-2), itulah yang menjadikan Yeremia bertanya;

 

Berapa lama lagi negeri ini menjadi kering, dan rumput di segenap padang menjadi layu? Karena kejahatan penduduknya binatang-binatang dan burung-burung habis lenyap, sebab mereka telah mengira: "Ia tidak akan melihat tingkah langkah kita!" (Yeremia 12:4 (TB)) 

 

Tuhan mengungkapkan: umat sendirilah yang telah melakukan pemberontakan, itulah yang membuat Tuhan murka (Yer. 12:5-13). Padahal sejak semula Tuhan sudah mengingatkan mereka untuk taat dan setia kepada-Nya (Mzm. 81:11-13), bahkan Tuhan memberikan janji pemeliharaan jika mereka kembali kepada-Nya (Mzm. 81:14-17).

Sebagai orang yang sudah diselamatkan oleh karya kasih Tuhan, dan mendapatkan berkat-berkat-Nya sepanjang hidup, setiap orang percaya diingatkan;

 

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:7-8 (TB))

 

Jadilah umat yang menyatakan syukur kepada Tuhan dengan perubahan hidup; dari hidup lama yang dikendalikan dosa menjadi orang yang hidup dalam anugerah yang menyelamatkan dengan hidup penuh kasih.

 

 

SAAT HENING

 

Doa syafaat dan Penutup
Berdoa untuk :

·       Pemerintah melakukan program yang memikirkan kesejahteraan rakyat.

·       Kesehatan keluarga

·       (Bisa ditambahkan sendiri oleh anggota keluarga)

·       Penutup

 

 

Pujian Penutup

KJ 450 : 4 – 5 – HIDUP KITA YANG BENAR

 

Bertekun bersyukurlah hingga suara-Nya kaudengar:

“Sungguh indah, anak-Ku, ungkapan syukurmu.”

 

Refrein :

Dalam susah pun senang; dalam segala hal,

aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendak-Nya!

 

Tuhan Yesus, tolonglah, sempurnakan syukurku,

Roh Kudus berkuasalah di dalam hidupku!

KASIH DI ATAS SEGALANYA - 27 Agustus 2025

 

Tataibadah Harian

Rabu, 27 Agustus 2025

 

KASIH DI ATAS SEGALANYA

 

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

NKB 73 – Kasih Tuhanku Lembut

 

Kasih Tuhanku lembut! Pada-Nya ‘ku bertelut
dan ‘kudambakan penuh: Kasih besar!
Yesus datang di dunia, tanggung dosa manusia;
bagiku pun nyatalah: Kasih besar!

Kasih besar! Kasih besar!
Tidak terhingga dan ajaib benar: Kasih besar!

 

Ditolong-Nya yang penat dan yang berbeban berat
juga orang yang sesat, Kasih besar!
Walau hatimu cemar, kasih-Nya lebih besar
dan membuat ‘kau benar, Kasih besar!

 

Bacaan I: Yehezkiel 20.33–44

Pesan yang penting dalam perikop ini

Manusia berdosa butuh pimpinan dan tuntunan Allah agar bisa kembali hidup dalam persekutuan yang indah dengan-Nya. Akan tetapi manusia punya kecenderungan menyukai jalan yang berbeda dengan jalan yang diajarkan dan ditentukan-Nya. Terhadap hal ini, Allah menunjukkan bahwa Ia tetap menegaskan diri-Nya sebagai raja yang berdaulat, terlepas dari manusia menolak dipimpin oleh-Nya. Allah bersikeras menunjukkan bahwa manusia perlu berada dalam arahan dan panduan-Nya, supaya mereka selamat. Ini memperlihatkan kasih-Nya yang besar bagi kita.

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 109.21-31

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

1.    Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan

2.    Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan

3.    Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Lukas 6.6-11

Pesan melalui perikop 

 

Yesus menyembuhkan orang di hari Sabat. Hal ini kerap ditentang, terutama oleh pemuka agama dan ahli Taurat. Bagi mereka, perbuatan Yesus menentang ketentuan yang sudah disepakati. Padahal sebetulnya peraturan tentang hari Sabat dibuat demi kebaikan hidup manusia. Hari Sabat sejatinya merupakan perayaan kehidupan, yang tentunya menjunjung tinggi semangat menjalani hidup dalam kebahagiaan yang utuh.

 

Tentang hal ini, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

·      Apakah bagi kita peraturan dibuat untuk menyenangkan pembuatnya? Jika tidak, sebetulnya untuk apa ia dibuat?

·      Ketika kita sudah menyadari bahwa ketentuan atau peraturan dimaksudkan demi kebaikan manusia – melalui ketertiban dan keteraturan – maka kita perlu mengutamakan hakekat aturan tersebut, sebagaimana dipraktekkan oleh Yesus dalam perikop ini. Manusia serta hidup seluruh ciptaan lebih penting daripada aturan!

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

·      Bagaimana perasaan kita melihat orang yang tadinya sakit kemudian sembuh?

·      Yesus lebih bergembira melihat harkat hidup manusia didahulukan ketimbang menaati aturan secara kaku. Bagaimana dengan kita? Apakah kemanusiaan dirasakan lebih penting dan utama daripada pemberlakuan ketetapan, apalagi yang didahulukan demi kepentingan dan keinginan orang tertentu?

 

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

·      Ibadah sejati dilakukan bukan hanya lewat sikap menaati peraturan formal, melainkan dengan kasih yang tulus.

·      Dalam ibadah dan pelayanan, mari kita utamakan nilai penjabaran kasih di atas prosedur, agar hidup dipulihkan, bukan membuat orang terbebani.

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:

·      Kesatuan gereja, khususnya GKI, sebagai implementasi hidup beriman

·      Semangat gereja hidup dalam kasih Kristus dan menjalankannya di atas segalanya

 

Nyanyian Umat

KJ  396 – Yesus Segala-galanya

 

Yesus segala-galanya,
Mentari hidupku.
Sehari-hari Dialah
Penopang yang teguh.
Bila ‘ku susah, bekesah,
aku pergi kepada-Nya:
Sandaranku, Penghiburku,
Sobatku.

 

Yesus segala-galanya,
Temanku terdekat;
pada-Nya aku berserah
sekarang dan tetap.
Hidupku indah mulia,
bersama-Nya bahagia,
hidup kekal, kar’na kenal
Sobatku.

 

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025