Kebahagiaan sebagai Dasar - 28 Agustus 2025

 Kamis , 28 Agustus 2025


NYANYIAN PEMBUKA

Ku Masuki Gerbangnya

Kumasuki Gerbangnya Dengan Hati Bersyukur

Halamannya Dengan Pujian

Ku Tau Hari Ini Harinya Tuhan

Ku Bersuka Sbab Dia Girangkanku

 

Dia Girangkanku.. O.. Dia Girangkanku

Kubersuka Sbab Dia Girangkanku

Dia Girangkanku.. O.. Dia Girangkanku

Kubersuka Sbab Dia Girangkanku

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 112

Amsal 15: 13-17

1 Petrus 3: 8-12

 

RENUNGAN

Dalam perjalanan hidup kita, kita sering kali menjadikan kebahagiaan sebagai sebuah tujuan akhir, sebuah destinasi yang harus dicapai dengan mengumpulkan berbagai hal: kekayaan, prestasi, pengakuan, atau hubungan yang harmonis. Namun, Firman Tuhan hari ini dengan lantang membalik narasi tersebut dan mengungkapkan sebuah paradoks yang indah: kebahagiaan sejati bukanlah destinasi, melainkan buah yang dihasilkan dari cara kita hidup dan di mana kita membangun fondasi hidup kita. Mazmur 112 menancapkan fondasi itu dengan tegas: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya." Ayat ini menyatakan bahwa sumber kebahagiaan yang paling utama, dan yang paling awal dan mendasar, adalah ketaatan dan kesukaan kita akan Tuhan. Ini adalah kebahagiaan yang tidak reaktif terhadap keadaan eksternal, karena ia bersumber dari realitas internal yang kekal. Yaitu keyakinan bahwa kita dikasihi, dipimpin, dan dimiliki oleh Allah yang berdaulat. Kebahagiaan model seperti ini ibarat sebuah bangunan yang fondasinya tertanam di atas batu karang; ketika hujan dan badai kehidupan datang menerpa, bangunan itu tidak rubuh karena kekuatannya berasal dari dalam, dari hubungan yang tidak tergoyahkan dengan Sang Sumber Hidup.

Dari fondasi yang kokoh inilah, kebahagiaan itu kemudian menemukan ekspresinya yang alami dan otentik. Amsal 15:13 melukiskan proses ini dengan indah: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Sukacita yang berpusat pada Tuhan ini bukanlah sesuatu yang bisa kita palsukan atau paksakan. Sukacita ini adalah sebuah realitas yang memancar dari dalam hati yang telah disentuh oleh kasih karunia, kemudian menerangi seluruh keberadaan kita. Mulai dari raut wajah, semangat juang, hingga cara kita memandang tantangan. Ini adalah kebahagiaan yang menjadi kekuatan kita, sebuah semangat yang tidak mudah patah karena diisi ulang secara konstan oleh sumber yang tidak terbatas. Ia adalah cahaya yang bersinar dari dalam, yang membuat kita menjadi saksi yang hidup akan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.

Namun, puncak dan sekaligus ujian terbesar dari kebahagiaan sejati ini terletak pada bagaimana ia beroperasi dalam relasi kita yang paling rumit dan berpotensi menyakitkan. Inilah yang menjadi inti dari 1 Petrus 3:9-10, yang memerintahkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan memberkati. Di titik inilah kebahagiaan duniawi akan hancur berantakan, karena ia bergantung pada keadaan yang adil dan menyenangkan. Sebaliknya, kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan justru membuktikan ketangguhannya di medan yang paling sulit sekalipun. Kemampuan untuk mengampuni, menahan diri, dan aktif memberkati, yang bersalah kepada kita adalah bukti definitif bahwa kebahagiaan kita bukanlah milik kita sendiri, yang  adalah buah Roh, sebuah anugerah yang mengalir dari hati Tuhan sendiri melalui kita. Tindakan memberkati ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan demonstrasi kekuatan yang luar biasa karena kita mempercayakan pembalasan kepada Tuhan yang adil, dan kita memilih untuk tetap terhubung dengan Sumber kasih itu sendiri. Dengan melakukan ini, kita bukan hanya mengalami "hari-hari baik" yang dijanjikan, tetapi kita menjadi saluran yang memberinya kepada orang lain, sehingga kebahagiaan itu pun berlipat ganda. Dengan demikian, kebahagiaan sejati adalah sebuah siklus ilahi yang mulia. Berawal dari ketaatan dan hubungan kita dengan Tuhan, memancar keluar sebagai sukacita dan ketahanan diri, diuji dan disempurnakan melalui praktik pengampunan dan perdamaian, dan pada akhirnya kembali memuliakan Sang Sumber dari mana semua itu berawal.  @vals.13

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi dan keluarga agar dapat dipulihkan dan terus menjaga kekudusan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia
  • Anak-anak muda dalam kehidupan pelayanan dan pekerjaan di ladang Tuhan

 

NYANYIAN PENUTUP

https://youtu.be/pmX-6Xt5mCo?si=iOUdIta21LUiumrY

Hati yang Gembira Adalah Obat

Hati yang gembiraaaa Adalah obat

Seperti obat hati yang senang

Tapi semangat yang patah

Keringkan tulang Hati yang gembiraaaa

Tuhan senang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025