KARENA IMAN - Selasa, 2 Desember 2025

Selasa, 2 Desember 2025 – KARENA IMAN

 

NYANYIAN PEMBUKA
KJ 416 – TERSEMBUNYI UJUNG JALAN
Syair: Wat de toekomst brengen moge, Jacqueline van der Waals (1863 – 1922),
Terjemahan: I. S. Kijne (1899 – 1970),
Lagu: John Zundel, 1870
 
Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh;
‘ku dibimbing tangan Tuhan ke neg’ri yang tak ‘ku tahu.
Bapa, ajar aku ikut, apa juga maksudMu,
tak bersangsi atau takut, beriman tetap teguh.
 
Meski langkahMu semua tersembunyi bagiku,
hatiku menurut jua dan memuji kasihMu.
Meskin kini tak ‘ku nampak, nanti ‘ku berbagia,
apabila t’rangMu tampak dengan kemuliaannya.

 

DOA PEMBUKA

BACAAN ALKITAB      

IBRANI 11:32-40

 

RENUNGAN

Tidak semua yang terjadi di dunia ini dapat kita pahami. Banyak hal masih menjadi misteri dan ketidakpastian adalah bagian dari manusia. Tidak keliru upaya yang dilakukan adalah mendapatkan jaminan dan kepastian. Kita ingin semuanya jelas, terukur dan dapat dirasakan. Namun hidup tidak selalu demikian. Ada kabar yang datang tiba-tiba dan mengagetkan. Ada perubahan yang tidak direncanakan. Ada jalan yang tampak gelap tanpa ada kepastian. Meskipun tidak bisa benar-benar melihat dan memahami segalanya dengan utuh, iman menjadi bagian penting. Iman bukan jalan pintas untuk menghindari ketidakpastian, tetapi cara Tuhan membentu kita dalam ketidakpastian itu. Di titik ini muncul pertanyaan “Di bagian hidup yang mana saya masih menuntut kepastian dan Tuhan mengundang saya untuk percaya?”

Penulis Ibrani sengaja menghadirkan daftar panjang manusia biasa yang menjalani hidup dengan cara luar biasa karena satu alasan: mereka beriman. Mereka tidak sempurna, bahkan beberapa di antaranya memiliki sejarah hidup yang berantakan. Tetapi satu hal yang sama: mereka mempercayai Allah lebih daripada keadaan, lebih dari perasaan, lebih dari apa yang terlihat.

Ada deretan tokoh yang hidup karena iman: Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel dan para nabi. Masing-masing datang dari konteks dan latar hidup yang berbeda. Namun hal tersebut menunjukkan bahwa iman bukan milik orang sempurna, melainkan orang yang mau dituntun oleh Allah. Mereka menerima kemenangan: mengalahkan kerajaan, memperoleh janji, menutup mulut singa, dan menghidupkan orang mati. Mereka juga menunjukkan iman yang terus bertahan meskipun mengalami situasi yang mengerikan. Iman tidak selalu membuat menang, tapi iman membuat kita dekat dengan Allah, meskipun hasil di hidup ini tidak sesuai ayng diharapkan. Namun iman memampukan untuk melihat apa yang belum terlihat. Mereka percaya bahwa janji Allah lebih besar daripada pengalaman di dunia ini.

Saudara.. Jika saat ini merasakan sungguh ketidakpastian hidup, apa dasar yang dipegang? Iman kepada Tuhan atau yang lain? Karena iman, kita berani terus membangun relasi dan terus bertahan taat kepada Allah. Dibalik kabut ketidakpastian, kita percaya ada tangan Tuhan yang menuntun kita untuk terus menjalani hidup seturut Firman-Nya. Amin.

 

 

DOA SYAFAAT

·         Gereja yang peduli dan menyatu dengan masyarakat.

 

NYANYIAN PENUTUP
KJ 370:1,2 – ‘KU MAU BERJALAN DENGAN JURUS’LAMATKU
Syair: Down in the Valley with My Saviour I Would Go, William Orcutt Crushing, 1823 – 1902,
Terjemahan: Yamuger, 1984, berdasarkan Mazmur 23,
Lagu: Robert Lowry
 
Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku
di lembah berbunga dan berair sejuk.
Ya, kemana juga aku mau mengikutNya
sampai aku tiba di neg’ri baka.
Refrein:
Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus:
‘ku tetap mendengar dan mengikutNya.
Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus;
ya, ke mana juga ‘ku mengikutNya!
 
‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku
di lembah gelap, di badai yang menderu.
Aku takkan takut di bahaya apa pun,
bila ‘ku dibimbing tangan Tuhanku. Refrein:
 

Menanti dengan Aktif

(Senin, 1 Desember 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

TUHANKU SEG'RA 'KAN KEMBALI KE DUNIA

(KJ 277: 1-2)

 

Tuhanku seg'ra 'kan kembali ke dunia.

Tak satupun tahu akan tiba waktunya:

Di pagi cerlang pada saat buana

Ditinggalkan sang malam pekat.


Refrein:

    Masih lamakah Tuhanku? 

    Umat-Mu berseru, menyanyikan:

    Kristus datang. Haleluya! Amin.

    Haleluya! Amin.


Dan mungkin datang-Nya 'kan di tengah hari

Dan mungkin di saat menurun mentari,

Di malam gelap, waktu orang tak nyana

Kristus datang ke dunia.

(kembali ke refrein)


Pembacaan Kitab Mazmur 124

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : Kejadian 8: 1-19

Perjanjian Baru    : Roma 6: 1-11


Renungan 

    Minggu ini kita memasuki minggu Adven. Minggu di mana kita diingatkan kembali akan masa penantian kita atas kedatangan Tuhan. Penantian menempatkan kita pada sebuah situasi yang tidak pasti. Seperti seorang yang menantikan hadirnya orang lain. Sekalipun telah diberitahukan soal waktu kedatangannya, terkadang tetap saja ada hal-hal lain yang tak terduga bisa terjadi, sehingga perkiraan waktu kedatangan menjadi tidak tepat. Namun, dalam ketidakpastian itulah, kita tetap diminta untuk bersiap diri menyambut kedatangannya. Demikianlah yang ada dalam makna hari Adven yang kita rayakan. Sebagai manusia, kita telah menerima janji tentang kedatangan Tuhan kembali dalam kehidupan kita. Namun, soal waktu yang pasti terkait kedatangan itu masih menjadi suatu misteri yang tak terpecahkan sampai hari ini. Kita hanya diberikan panduan untuk membaca tanda-tandanya, namun tidak pernah dengan jelas waktu itu ditegaskan kepada kita. Dalam ketidakpastian itulah, kita dipanggil untuk menjadi umat yang menyiapkan diri dengan baik dalam menyambut kedatangan-Nya.

    Bagaimana cara kita mempersiapkan diri kita? Bacaan hari ini memberikan panduan yang perlu untuk kita perhatikan dalam kehidupan kita. Setidaknya ada 2 bacaan yang memandu setiap langkah kita dalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya dalam kehidupan kita. Berdasarkan Roma 6: 1-11 kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam rangka menantikan kedatangan-Nya kembali, kita diajak untuk menjaga kekudusan hidup. Sebagai orang-orang yang telah dipersatukan dengan Tuhan, kita diajak untuk menunjukkan kehidupan yang seturut dengan kehendak-Nya. Tidak lagi melakukan dosa-dosa yang selama ini kita lakukan, melainkan mengarahkan diri pada kehidupan bagi Tuhan. 

    Tentang hal ini Paulus berkata, "Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6: 9-11). Hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus dapat kita wujudkan dengan cara menjaga perilaku kita agar tidak lagi diwarnai dengan kejahatan dan berbagai perbuatan buruk dalam keseharian kita.

    Hal ini menempatkan masa penantian sebagai masa yang dapat kita isi dengan sikap iman yang aktif. Artinya, penantian tidak harus kita isi dengan tindakan-tindakan berdiam diri dan berdoa saja. Kita harus secara aktif menunjukkan iman kita melalui berbagai tindakan di tengah keseharian kita, yang mencerminkan hakikat kita sebagai orang-orang yang menantikan kedatangan-Nya. Kita dapat belajar dari pengalaman Nuh dan keluarganya dalam menantikan surutnya air bah yang melanda hidup mereka. Kitab Kejadian 8: 1-19 menceritakan kepada kita tentang upaya Nuh dan keluarganya dalam menantikan surutnya air bah itu. Mereka berulang kali melepaskan burung-burung untuk memastikan apakah daratan telah menjadi kering atau belum. Ia melepaskan burung gagak dan burung merpati secara bergantian sampai pada akhirnya mereka tidak kembali ke bahtera itu. Tindakan Nuh ini menunjukkan sebuah tindakan iman yang aktif. Mereka percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka dari air bah yang melanda bumi. Sebab itu, mereka menggunakan akal budi mereka untuk turut serta memastikan karya penyelamatan itu.

    Demikian jugalah yang sebenarnya Tuhan kehendaki terjadi dalam kehidupan kita di masa penantian ini. Kita dipanggil untuk tidak hanya menunggu dengan berdiam diri dan tenggelam dalam berbagai ritus iman kita. Sebagai umat-Nya kita dipanggil untuk menantikan dengan cara hidup yang aktif menunjukkan kualitas iman kita melalui akal budi yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Oleh karena itu, masa penantian tidak harus dimaknai sebagai masa menunggu tanpa aktivitas, melainkan juga harus dilihat sebagai kesempatan untuk kita melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan bahwa kita adalah orang-orang yang percaya pada janji Tuhan. 

    Masa adven perlu dimaknai sebagai masa kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memuliakan Tuhan yang kita nantikan kedatangan-Nya. Masa di mana kita perlu meningkatkan perbuatan-perbuatan yang menunjukkan keimanan kita kepada-Nya. Misalnya dengan menyediakan waktu untuk mengunjungi saudara-saudara kita yang sakit, segera mengampuni kesalahan orang lain, atau  melakukan pelayanan kepada anak-anak yatim dan janda-janda melalui apa yang kita punya, dan tindakan-tindakan iman yang lainnya. Dengan demikian, sekalipun kita sedang menanti kedatangan Tuhan, kita tidak hanya berdiam diri menunggu, melainkan terus aktif memanfaatkan kesempatan untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan bagi kemuliaan Tuhan. Itulah masa penantian yang harus kita jalani. Tuhan memberkati kita. Amin.


Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah agar pemerintah dapat selalu menciptakan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya.


Nyanyian Penutup

 

TUHANKU SEG'RA 'KAN KEMBALI KE DUNIA

(KJ 277: 3-4)

 

Dan k'lak membahanalah riuh "Hosana".

Malaikat pun turun mengiring Rajanya.

Parasnya cerlang dan penuh kemuliaan

Serta kasih 'kan umat-Nya.


Refrein:

    Masih lamakah, Tuhanku?

    Umat-Mu berseru menyanyikan

    Kristus datang. Haleluya! Amin.

    Haleluya! Amin.


Enyahlah derita, lenyap ratap tangis

Dan hilanglah maut, tanda kuasa iblis.

Hatiku penuh mengenang 'kan detiknya

Milik Yesus dit'rima-Nya.

(kembali ke refrein)

TATA IBADAH HARIAN

Jumat, 28 November 2025

 

 

Pujian Pembukaan

NKB 154 : 1 – 2 – SETIALAH, SETIALAH

 

Setialah, setialah selama hidupmu.

Ikuti jalan Tuhanmu dengan tetap teguh.

Meski penuh derita di dalam dunia,

tetapi jangan ‘kau gentar, tetap setialah.

 

Setialah, setialah mengikut Tuhanmu.

Bersaksilah di dunia tentang Penebusmu

yang mati disalibkan di bukit Golgota

tetapi Dia bangkitlah, besar kuasa-Nya

 

 

PEMBACAAN Mazmur

Salah Seorang anggota persekutuan membacakan Mazmur 122

 

 

Doa Pembukaan dan Perenungan Firman

Oleh Salah Seorang Anggota Persekutuan

 

 

Pembacaan dan perenungan Firman

 

·       Kejadian 6:1-10

·       Ibrani 11:1-7

 

Setia dan Beriman kepada Tuhan

 

Lupa diri. Itulah sikap yang seringkali terjadi ketika manusia sudah mendapatkan kenyamanan dalam hidup.

Itulah yang terjadi kepada anak manusia, dan karena itulah Tuhan murka dan akan memusnahkan mereka (Kej. 6:5-7). Namun ketika Tuhah teringat ada Nuh, maka Tuhan melihat kesetiannya kepada Tuhan.

 

Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. (Kejadian 6:8-9 (TB))

 

Pergaulan dengan Allah menjadikan Nuh sebagai orang yang tetap mencintai Allah dalam hidupnya.

Hidup bergaul dengan Allah, itulah yang patut dilakukan oleh orang percaya.

Keadaan apapun yang dialami; suka duka, sehat sakit, susah senang - bukanlah alasan untuk meninggalkan Dia dalam hidup. Karena itulah Paulus berkata:

 

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (Ibrani 11:1-3 (TB)) 

 

Beriman, dan sebagaimana dicontohkan oleh tokoh-tokoh Alkitab, iman mendorong orang percaya untuk tetap taat dan setia kepada Tuhan.

 

Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (Ibrani 11:7 (TB)) 

 

Untuk itu, tetaplah bersandar kepada Tuhan dalam hidup yang dianugerahkan-Nya. Oleh karena itulah mereka mau ke Yerusalem.

 

Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. (Mazmur 122:3-4 (TB))

 

Mereka pergi menyembah kepada Tuhan. Mari, kitapun selalu mempercayakan hidup kepada Tuhan.

 

 

SAAT HENING

 

Doa syafaat dan Penutup
Berdoa untuk :

·       Pemimpin yang tidak melakukan korupsi (uang, waktu, jabatan), kolusi, dan nepotisme.

·       Kesehatan keluarga

·       (Bisa ditambahkan sendiri oleh anggota keluarga)

·       Penutup

 

 

Pujian Penutup

NKB 154 : 3 – SETIALAH, SETIALAH

 

Setialah, setialah menjadi hamba-Nya.

Meski besar rintanganmu, tetap percayalah.

Selalu ‘kau dibimbing ke air yang tenang,

kelak mahkota milikmu di sorga yang terang.

 


Hidup Setia dan Teguh di Tengah Dunia yang Rusak

Sabtu, 29 November 2025

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

KJ. 383 _ Sungguh Indah Kabar Mulia

 

Sungguh indah kabar mulia; hai percayalah! Yesus Kristus
tak berubah s'lama-lamanya! DarahNya tetap menghapus
dosa dan cela. Ia hibur yang berduka. Puji namaNya!

 

Reff:

Baik kemarin, hari ini, s'lama-lamanya Yesus Kristus
tak berubah, puji namaNya! Puji namaNya, puji namaNya!
Yesus Kristus tak berubah, puji namaNya!

 

Ia cari yang berdosa, cari dikau pun. Datanglah, rendahkan hati,
s'rahkan dirimu! Dulukala Ia sambut orang bercela;
kini dikau pun disambut, diampuniNya.

 

Badai dan gelora laut tunduk padaNya; kini juga badai hati
ditenangkanNya. Ia yang telah bergumul di Getsemani,
mendampingi kita dalam saat yang pedih.

 

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 122

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

PEMBACAAN ALKITAB 
Kej. 6: 11-22 Mat. 24: 1-22 

RENUNGAN

Hidup Setia dan Teguh di Tengah Dunia yang Rusak

 

Kita hidup di zaman yang semakin penuh kekerasan, ketidakadilan, dan ketidakpastian. Banyak orang merasa dunia sedang berjalan menuju kehancuran — bencana alam, peperangan, moral yang merosot, dan kepedulian yang memudar. Namun, dalam keadaan seperti ini, Tuhan tetap memanggil umat-Nya untuk hidup setia dan menjadi pembawa damai.

Tiga bacaan hari ini — dari Mazmur, Kejadian, dan Matius — sama-sama menegaskan bahwa Tuhan berkuasa atas sejarah, dan Ia memelihara orang yang tetap hidup benar di tengah dunia yang rusak.

 

1.    Mazmur 122 – Damai Sejahtera bagi Umat Tuhan

Mazmur ini adalah nyanyian ziarah menuju Yerusalem. Pemazmur berkata:

Aku bersukacita ketika orang berkata kepadaku: ‘Mari kita pergi ke rumah TUHAN!’” (ay. 1)

Yerusalem digambarkan sebagai kota damai, tempat umat Tuhan berkumpul dan beribadah. Di sana mereka mengalami kehadiran Allah yang memberi keamanan dan kesejahteraan.

Dalam dunia yang penuh kegelisahan, hadirat Tuhan adalah sumber damai sejati.
Mazmur 122 mengingatkan kita untuk terus datang kepada Tuhan, berdoa bagi kesejahteraan umat, dan menjadi pembawa damai di lingkungan kita. Kedamaian bukan sekadar keadaan tanpa konflik, melainkan hasil dari hidup yang berpaut pada Tuhan.

2.    Kejadian 6:11–22 – Nuh: Setia di Tengah Dunia yang Rusak

Kitab Kejadian mencatat bahwa bumi telah rusak dan penuh kekerasan (ay. 11). Semua manusia telah menyimpang dari jalan Tuhan. Namun, di tengah kegelapan moral itu, Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan (ay. 8). Allah memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera sebagai tanda ketaatan dan penyelamatan. Meskipun dunia mengejek dan tidak mengerti, Nuh tetap taat.

Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.” (ay. 22)

Kesetiaan kepada Tuhan sering kali tampak “aneh” di mata dunia, tetapi di sanalah keselamatan ditemukan. Ketika dunia mengabaikan Tuhan, orang yang tetap berjalan dalam ketaatan menjadi tanda harapan — seperti Nuh, yang dipakai Tuhan untuk memulai kehidupan yang baru.

3.    Matius 24:1–22 – Waspada dan Teguh di Akhir Zaman

Dalam Injil Matius, Yesus menubuatkan tentang kehancuran Bait Allah dan penderitaan besar yang akan datang. Ia memperingatkan murid-murid agar tidak tertipu oleh tanda-tanda palsu atau nabi-nabi yang menyesatkan. “Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” (ay. 5). Namun Yesus juga memberikan pengharapan: “Barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya, ia akan selamat.” (ay. 13)

Kehidupan orang percaya di akhir zaman bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dihadapi dengan iman dan keteguhan hati.
Yesus mengingatkan bahwa penderitaan dan kekacauan bukan tanda Allah meninggalkan dunia, tetapi bagian dari proses menuju pemulihan.
Yang Tuhan kehendaki adalah kesetiaan dan keteguhan iman, bukan kepanikan.

 

Ketiga bacaan ini mengajarkan satu pesan besar: di tengah dunia yang rusak dan penuh kekacauan, Tuhan memanggil kita untuk tetap setia, hidup benar, dan menjadi pembawa damai.

 

·        Mazmur 122 mengajak kita mencari damai di hadirat Tuhan.

·        Kejadian 6 menampilkan teladan Nuh, yang taat di tengah dunia yang jahat.

·        Matius 24 menegaskan agar kita waspada dan tetap teguh dalam iman hingga akhir.

 

Dunia mungkin berubah, tetapi Allah tidak pernah berubah.
Kesetiaan kita kepada Tuhan akan menjadi saksi dan kekuatan bagi orang lain.
Marilah kita tetap hidup dalam doa, ketaatan, dan kasih, agar ketika badai dunia datang, kita ditemukan teguh di dalam Dia.

Barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya, ia akan selamat.” (Mat. 24:13)

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP
Keluarga yang saling mendukung dalam suka dan duka. 

NYANYIAN PENUTUP

KJ. 383 _ Sungguh Indah Kabar Mulia

 

Yesus yang telah ampuni Petrus yang sesat dan menghapus
kebimbangan Tomas yang bersyak dan selalu mengasihi
murid-muridNya Ia mau menyambut dikau dalam kasihNya.

 

Reff:

Baik kemarin, hari ini, s'lama-lamanya Yesus Kristus
tak berubah, puji namaNya! Puji namaNya, puji namaNya!

 

Waktu murid ke Emaus Yesus beserta; kita pun di jalan
hidup disertaiNya. Yang terangkat dan kembali,Yesus inilah!
Kita 'kan melihat Dia datang segera!

Pemilik yang Mengundang - Selasa 25 November 2025

 Selasa, 25 November 2025


NYANYIAN PEMBUKA

Bapa Ku Datang PadaMu

https://youtu.be/5NrlJG5E6vo?si=8dJqvaEcasOqaQbL

Bapa kudatang padaMu
Naikkan ucapan syukur
Atas kasih anug'rah-Mu
Yang indah setiap hari

Pagi hari, siang hari
Sore dan malam hari
Tak hentinya mengucap syukur
Atas kebaikan-Mu

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 24

Yesaya 33:17-22

Wahyu 22:8-21

 

RENUNGAN

Seringkali, hidup ini terasa penuh beban. Kita sibuk mengurus banyak hal seolah-olah segalanya bergantung pada kita, hingga kita lupa pada kebenaran mendasar yang diungkapkan dalam Mazmur 24: "Tuhanlah yang empunya bumi dan segala isinya." Segala sesuatu yang kita miliki, kita jalani, dan kita khawatirkan sebenarnya adalah milik-Nya. Kita hanyalah penatalayan yang dipercayakan untuk mengelolanya untuk sementara waktu. Kebenaran ini, jika kita renungkan, seharusnya melegakan hati kita. Beban kepemilikan mutlak itu bukanlah tanggungan kita, melainkan tanggungan Tuhan. Kita diajak untuk melepaskan kegelisahan dengan mengakui bahwa Dia adalah Pemilik segalanya, dan kita dapat beristirahat dalam kedaulatan-Nya.

Namun, bagaimana memandang Sang Pemilik ini? Yesaya 33 memberikan secercah visi yang menghangatkan hati: "Matamu akan memandang Raja dalam keindahan-Nya." Di tengah dunia yang seringkali terlihat kacau dan tidak adil, kita diberikan sebuah pengharapan yang pasti. Suatu hari nanti, segala kekacauan akan berakhir, dan kita akan melihat Sang Raja, Yesus, dalam segala kemuliaan dan keindahan-Nya. Dia akan menjadi tempat perlindungan kita yang kekal, Hakim yang adil, dan sumber segala damai sejahtera. Pengharapan inilah yang menjadi jangkar bagi jiwa kita, memberikan kekuatan untuk bertahan dan tetap berjalan dalam kebenaran, meski jalan yang kita lalui terasa berat.

Lalu, bagaimana cara kita menyambut pengharapan ini dan hidup dalam kebenaran bahwa Tuhan adalah Pemilik segalanya? Kitab Wahyu ditutup dengan sebuah undangan yang terbuka dan universal dari Roh dan mempelai perempuan (yaitu Gereja): "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" (Wahyu 22:17). Undangan ini adalah inti dari semuanya. Kita tidak disuruh menjadi sempurna dulu sebelum datang. Justru, kita diajak untuk datang dalam keadaan kita yang "haus"—haus akan damai, haus akan pengampunan, haus akan arti hidup. Kita hanya perlu merespons dengan datang dan menerima karunia hidup yang ditawarkan-Nya.

Oleh karena itu, mari kita menjalani hari dengan melepaskan beban kepemilikan kita ke dalam tangan Tuhan yang berdaulat, memandang ke depan dengan penuh pengharapan kepada Sang Raja yang kita nantikan, dan menyambut undangan-Nya untuk datang, minum, dan menemukan kepuasan sejati di dalam Dia.@vals.13

 

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
  • Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia

 

NYANYIAN PENUTUP

Jadikan Aku Indah

https://youtu.be/BqeQaQC_Sz8?si=dpWb0Iouy73beY56

Ku datang ya Bapa
Dalam kerinduan
Memandang keindahanMu

Kuberikan sgalanya
Semuanya yang ada
Kuingin menyenangkan hatiMu oh Tuhan

Jadikan aku indah
Yang Kau pandang mulia
Seturut karyaMu didalam hidupku
Ajarku berharap hanya kepadaMu
Taat dan setia kepadaMu Tuhan

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025