Tataibadah Harian
Rabu, 5 November 2025
MEMAKNAI HIDUP AGAR
BISA JADI LUAR BIASA
Saat teduh
Umat berdiam diri
sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah
diterimanya
Nyanyian Umat
“Mengenal-Mu”
Dinyanyikan 2x
Bila kubuka mataku
Dan lihat wajah-Mu
Ku terkagum
Bila kulihat hidupku
Dan karya tangan-Mu
Ku tersanjung
Kar'na semua yang baik
Dalam hidupku
Itulah karya-Mu
Kau b'ri kesempatan yang baru
Dan ku ingin mengenal-Mu, Tuhan
Lebih dalam dari s'mua yang kukenal
Tiada kasih yang melebihi-Mu
Ku ada untuk menjadi penyembah-Mu
Bacaan I: Amos 5.12–24
Pesan yang penting dalam perikop ini
Kehidupan orang Israel di masa ini dipenuhi berbagai tindak kejahatan. Ironisnya
itu dilakukan orang-orang pilihan Tuhan, yang menindas orang benar, menerima
suap, dan mengabaikan hak orang miskin. Tindakan-tindakan ini mengarah pada
diskriminasi, dengan tidak merasa bersalah sedikitpun.
Terhadap hal ini, Tuhan menegur mereka dan menyerukan agar mereka membenci
kejahatan. Sebab segala peribadahan yang mereka lakukan tidak bisa menghapus
kejahatan yang mereka perbuat. Sia-sialah semua persembahan, perayaan – berupa doa
dan nyanyian pujian – serta berbagai perbuatan lainnya jika disertai oleh sikap
yang mendua. Hal
semacam itu tidak berkenan bagi Tuhan. Ritual sebaik dan sesering apapun tidak
ada artinya jika hidup sehari-hari mereka diwarnai kejahatan.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang
anggota keluarga
Mazmur 50
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Lukas 19.11-27
Pesan melalui
perikop
Ini cerita tentang seorang bangsawan yang pergi karena
akan dilantik menjadi raja di sebuah negeri yang jauh. Sebelum pergi, ia mempercayakan
uang mina kepada hamba-hambanya. Ia memberikan
uang mina itu sambil berkata, “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang
kembali.”
Setelah dilantik
menjadi raja dan kembali ke rumahnya, ia menjumpai hamba-hambanya dan meminta
pertanggungjawaban atas usaha dagangnya. Hamba pertama melapor dan mengatakan
bahwa ia sudah berhasil menggandakan satu mina menjadi 10 mina. Terhadap hal
ini sang raja puas dan menghadiahkannya kepercayaan mengelola 10 kota. Hamba kedua
melapor dan mengatakan bahwa ia sudah menghasilkan 5 mina. Di mata tuannya, ia
telah menggunakan kepercayaannya dengan baik, dan menghadiahkannya kepercayaan
mengelola 5 kota.
Namun ada satu hamba
yang minanya disimpan dalam sapu tangan dan tidak menggunakannya untuk
berdagang. Sang raja itu kecewa dengan sikapnya dan meminta uang itu diserahkan
kepada yang menghasilkan 10 mina.
Belajar dari apa yang
diceritakan Yesus, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni
sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan
(motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Tuhan
mempercayakan kita banyak kesempatan dalam hidup agar dipakai dan dimanfaatkan
agar menjadi sesuatu yang berharga. Apakah kita sudah memakainya secara baik
dan optimal?
·
Setiap
kesempatan dari Tuhan bisa menjadi sesuatu yang penting jika kita memaknainya sebagai
tanda kemurahan Tuhan, yang bisa mendatangkan kebaikan bagi hidup (orang lain
dan seluruh ciptaan). Mengertikah kita konsep ini?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
·
Ada satu nilai yang diajarkan Yesus dalam
pesan ini, yakni tentang kesetiaan. Seorang yang setia akan mengupayakan
sesuatu yang baik yang dipesankan tuannya (dalam hal ini, tuannya memintanya menggunakan
mina sebagai modal berdagang, dan ia melakukannya tanpa alasan macam-macam). Apakah
kita juga setia ketika diminta Tuhan melakukan suatu pekerjaan tertentu?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
· Seperti hamba yang terakhir melapor, kita juga akan
menerima konsekuensi dihukum apabila tidak mengerjakan perintah Tuhan dengan
setia. Bagaimana kita menyiapkan diri kita menghadapi hal semacam ini?
· Apa yang kita ingin lakukan selama hidup? Adakah rencana
yang sudah kita buat sehubungan dengan kerinduan melayani orang lain sesuai
dengan perintah Tuhan kepada kita?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:
·
Agar umat
bisa hidup dalam pelayanan dengan membagi waktunya secara baik, sehingga
membuatnya lebih menikmati keutuhan hidup
·
Persiapan
memasuki perayaan Natal; kiranya panitia Natal GKI Serpong dimampukan menata
berbagai kegiatan agar bisa menolong umat menghayati makna Natal
Nyanyian Umat
”Melayani Lebih Sungguh”
- Bebas, dinyanyikan berapa kali sesuai dengan keinginan
Melayani, melayani lebih
sungguh 2x
Tuhan lebih dulu telah melayani aku
Melayani, melayani lebih sungguh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar