Selasa, 4 November 2025
NYANYIAN
PEMBUKA
Biarlah Manis Kau Dengar
https://youtu.be/vOIawYAkPZE?si=Y-qDDE28uJvckn4z
Ya Tuhanku
Aku hendak bernyanyi bagiMu
Selama ku hidup
Ya Allahku
Aku hendak bermazmur bagiMu
Selagi ku ada
Inilah yang kurenungkan
Setiap waktu
Nyanyian pujian dan pengagungan
KepadaMu
Biarlah manis Kau dengar, Tuhan
Manis Kau dengar, Tuhan
Dan hatiku bersuka kar'naMu
DOA
PEMBUKA
Dipimpin
oleh salah satu anggota keluarga
BACAAN
ALKITAB
Mazmur 50
Zakaria 7:1-14
Yudas 1:5-21
RENUNGAN
Terkadang, tanpa sadar, kita
memisahkan antara apa yang kita lakukan di gereja dengan bagaimana kita hidup
sepanjang minggu. Mazmur 50 dengan tegas membukakan mata kita akan hal ini.
Tuhan berbicara kepada umat-Nya yang rajin beribadah dan tekun membawa
persembahan. Namun, teguran-Nya sungguh keras: "Dengarkan, umat-Ku, Aku
akan berfirman!" Tuhan menolak ritual yang hanya berupa formalitas.
Persembahan hewan mereka tidak berarti karena hati mereka jauh. Ibadah yang
sejati bukanlah tentang memenuhi kewajiban agama atau menunjukkan kesalehan di
depan orang lain. Ibadah sejati lahir dari hati yang haus akan hadirat-Nya,
yang menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Ini adalah fondasi dari segala
sesuatu.
Bahwa
ibadah kita pertama-tama adalah untuk Tuhan, bukan untuk memuaskan diri kita
sendiri atau mendapatkan pujian dari manusia.
Lalu, seperti
apa wujud ibadah yang sejati itu? Bacaan dari Zakaria 7 menjawabnya dengan
jelas. Tuhan menegur mereka yang berpuasa dan melakukan ritual, tetapi hidup
mereka penuh dengan ketidakadilan. Seruan Tuhan melalui nabi Zakaria sangat
praktis: "Lakukanlah keadilan dan kasih setia, tunjukkanlah belas kasihan
setiap orang kepada saudaranya!" Ibadah yang sejati tidak berakhir ketika
kita keluar dari pintu gereja. Sebaliknya, ibadah itu justru terwujud dalam
cara kita memperlakukan sesama. Kejujuran dalam transaksi, belas kasihan kepada
yang lemah, dan integritas dalam perkataan dan perbuatan.
Inilah "ibadah"
dalam bentuknya yang paling nyata. Ibadah di hari Minggu harus menjadi sumber
kekuatan untuk kita "beribadah" melalui hidup yang adil dan penuh
kasih sepanjang minggu.
Akhirnya, surat
Yudas mengingatkan kita bahwa ibadah yang sejati harus dilandasi oleh
kekudusan. Yudas memperingatkan jemaat tentang orang-orang yang menyusup ke
dalam persekutuan, yang mengubah kasih karunia Tuhan menjadi alasan untuk hidup
dalam hawa nafsu. Ibadah yang sejati tidak mungkin bersatu dengan kehidupan
yang sengaja berkompromi dengan dosa. Kita dipanggil untuk "mempertahankan
iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus." Ini berarti kita
harus dengan sengaja membangun hidup kita di atas dasar kebenaran firman Tuhan,
berdoa dalam Roh Kudus, dan tetap berjalan dalam kasih Kristus. Ibadah yang
sejati melibatkan seluruh hidup kita: hati yang menyembah, tangan yang
melayani, dan kaki yang berjalan di jalan kekudusan.
Oleh karena
itu, marilah kita mengevaluasi kembali makna ibadah kita. Apakah ibadah kita
hanya berhenti pada nyanyian dan doa di gereja? Ataukah ibadah itu telah
menjadi gaya hidup yang terlihat dari keadilan, belas kasihan, dan kekudusan
dalam hidup sehari-hari? Mari kita datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur
dan rindu untuk taat. Biarlah setiap penyembahan, setiap perbuatan baik, dan
setiap keputusan untuk hidup kudus, dipersembahkan sebagai ibadah yang sejati
dan berkenan kepada Dia. Inilah ibadah yang memuliakan Tuhan.@vals.13
DOA
SYAFAAT
Dipimpin
oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga
- Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
- Kehidupan keluarga
agar terus dapat saling menguatkan
- Kesehatan fisik,
mental dan spiritual orang-orang terkasih
- Perdamaian dan
keadilan di dunia
NYANYIAN
PENUTUP
PKJ 264 Apalah Arti Ibadahmu
1.
Apalah arti ibadahmu
kepada Tuhan,
bila tiada rela sujud dan sungkur?
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
bila tiada hati tulus dan syukur?
Reff:
Ibadah sejati, jadikanlah persembahan.
Ibadah sejati: kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan.
2.
Marilah ikut melayani
orang berkeluh,
agar iman tetap kuat serta teguh.
Itulah tugas pelayanan, juga panggilan,
persembahan yang berkenan bagi Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar