Senin, 27 Oktober 2025
NYANYIAN
PEMBUKA
Bagaikan Bejana
Bagaikan
bejana siap dibentuk
Demikian
hidupku di tanganMu
Dengan
urapan kuasa RohMu
Ku
dibaharui selalu
Jadikan ku alat dalam
rumahMu
Inilah
hidupku di tanganMu
Bentuklan
sturut kehendakMu
Pakailah
sesuai rencanaMu
Ku mau sperti-Mu Yesus,
disempurnakan selalu
Dalam
segnap jalanku, memuliakan namaMu
DOA
PEMBUKA
Dipimpin
oleh salah satu anggota keluarga
BACAAN
ALKITAB
Mazmur 84:
8-12
Daniel 5:
1-12
1 Petrus 5: 1-11
RENUNGAN
Dalam
perjalanan hidup, kita sering kali mengejar kemuliaan yang salah, sebuah
bayangan yang rapuh seperti yang dialami Raja Belsyazar dalam Daniel 5. Di
puncak kekuasaan dan kemewahannya, ia berpesta pora dengan menggunakan perkakas
suci rumah Tuhan untuk memuaskan kesombongannya. Namun, kemuliaan palsu yang
dibangun di atas penghinaan terhadap Yang Mahakudus itu runtuh dalam sekejap
dengan munculnya tulisan tangan di dinding. Kehidupannya yang tampak hebat
ternyata sedang ditimbang dan didapati terlalu ringan. Cerita ini menjadi
cermin bagi kita di zaman modern, di mana kesuksesan, harta, dan pengakuan
duniawi sering dijadikan tolok ukur kemuliaan. Fondasi seperti ini sangatlah
rapuh dan siap digoncang oleh berbagai "tulisan di dinding" dalam hidup
kita, seperti kegagalan, krisis kesehatan, atau kehilangan, yang menyadarkan
kita bahwa semua kemegahan duniawi adalah sementara.
Namun, ada
jalan lain yang ditawarkan, sebuah perjalanan menuju kemuliaan yang sejati
seperti yang dirindukan Pemazmur. Bagi pemazmur, kemuliaan sejati bukanlah
tentang tinggal di istana yang megah, tetapi justru tentang mengalami hadirat
Tuhan dalam setiap langkah, bahkan di tengah lembah kekurangan. "Lebih
baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain,"
serunya. Kemuliaan sejati ini ditemukan dalam kerendahan hati untuk
mengandalkan Tuhan sebagai perisai dan sumber kekuatan. Inilah kemuliaan yang
tidak mencolok mata, tetapi penuh dengan damai sejahtera dan kepastian, karena
fondasinya adalah kasih karunia Tuhan yang tidak pernah menolak orang yang
hidupnya benar.
Lalu, bagaimana
kita menjalani praktik hidup dalam kemuliaan sejati ini? Surat 1 Petrus
memberikan panduan yang sangat relevan. Pertama, kita diajak untuk hidup dalam
kerendahan hati, dengan "mengikat pinggang" kita dengan sikap itu. Di
dunia yang mendewakan pencapaian diri, kita justru diajak untuk merendahkan
diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, percaya bahwa Dialah yang akan
meninggikan kita pada waktunya. Kedua, kita harus waspada dan bertahan melawan si
jahat yang terus menggoda kita dengan tawaran kemuliaan instan dan palsu, sama
seperti ia mencobai Belsyazar. Kita diajak untuk bertekun dalam iman, sadar
bahwa pergumulan yang kita alami adalah hal yang wajar dalam perjalanan iman.
Akhirnya, kita diajak untuk memandang pada anugerah akhir, bahwa setelah
menderita seketika, Tuhan sendiri yang akan memulihkan, meneguhkan, menguatkan,
dan mengokohkan kita. Inilah kemuliaan sejati yang kekal—bukan yang kita bangun
sendiri, tetapi yang dikaruniakan oleh Allah segala kasih karunia kepada mereka
yang setia dan rendah hati di hadapan-Nya. @vals.13
DOA
SYAFAAT
Dipimpin
oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga
- Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
- Kehidupan keluarga
agar terus dapat saling menguatkan
- Kesehatan fisik,
mental dan spiritual orang-orang terkasih
- Perdamaian dan
keadilan di dunia
NYANYIAN
PENUTUP
Ku Persembahkan Hidupku
https://youtu.be/viR70n8PBUE?si=xMyFjZcW61O5QMy9
Ini
aku, s'mua milikku
Kuserahkan
pada Mu Tuhan
Penyesalan
dan kebanggaan
Suka
dan duka, s'mua kuserahkan
Yang
t'lah lalu, yang 'kan datang
Hasrat
dan harapan yang terbayang
Masa
depan dan rencanaku
S'mua
kuserahkan dalam tangan Mu
Reff:
Kupersembahkan
hidupku kepada Mu Tuhan
tuk
kemuliaan Mu
Kuberikan
hidup ini s'bagai persembahan
Yang
berkenan pada Mu
Kuberikan
hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar