Waspadalah terhadap Sinkretisme

(Senin, 8 September 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

HAI MARI SEMBAH

(NKB 2: 1, 6)

 

Hai mari sembah Yang Maha besar,

nyanyikan syukur dengan bergemar.

Perisai umatNya Yang Maha Esa,

mulia namaNya, takhtaNya megah!


Ya Mahabesar, kekal kasihMu;

malaikat memb’ri pujian merdu,

pun kami makhlukMu kecil dan lemah,

mengangkat pujian serta menyembah.


Pembacaan Kitab Mazmur 101

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : 2 Raja-raja 17: 24-41

Perjanjian Baru    : 1 Timotius 3:14 - 4:5


Renungan 

    Sesuatu kali, saya melihat sebuah foto yang dipasang di sebuah dinding terlihat miring atau tidak lurus. Awal saya melihatnya, saya langsung sadar bahwa foto itu posisinya kurang tepat. Rasanya risih melihat foto yang dipajang dengan posisi yang kurang tepat. Namun, karena letaknya yang terlalu tinggi, sulit untuk dijangkau, dan bukan di rumah saya atau kantor saya, maka saya tidak bisa membenarkan posisinya. Seiring berjalannya waktu, setelah dua atau tiga kali saya mengunjungi tempat di mana foto itu berada dan mihat posisinya masih tetap sama, maka saya menjadi biasa dan tidak lagi merasa risih dengan keberadaan foto yang miring itu. akhir-akhir ini di negeri kita membuat kita sadar bahwa ada sesuatu yang salah yang telah dilakukan oleh para pemimpin kita.

    Demikian jugalah karakter perilaku salah atau dosa yang kita perbuat dalam kehidupan kita. Awal kita melakukan suatu kesalahan atau dosa, biasanya kita akan dihinggapi perasaan risih dan tidak nyaman. Kita takut kalau perbuatan kita diketahui oleh orang lain. Kita takut kalau perbuatan itu membuat kita menanggung dampak yang buruk bagi hidup kita. Namun, itu semua seringkali hanya terjadi di awal kita melakukan kesalahan dan dosa itu. Seiring berjalannya waktu, jika kita tidak segera meninggalkan perbuatan itu, maka kita akan menjadi biasa dan tidak lagi merasakan perasaan-perasaan yang tidak nyaman itu.

   Hal itulah yang juga terjadi dalam kehidupan umat Tuhan di masa lalu. Dalam kitab 2 Raja-raja 17: 24-41. Umat, yang saat itu mengalami masa pembuangan, diberi kesempatan untuk bertobat dari kesalahan dan dosa mereka. Namun ternyata, hidup mereka justru tidak seperti yang Tuhan harapkan. Mereka melakukan sinkretisme. Di satu sisi, mereka tetap menyembah kepada Tuhan; di sisi lain, mereka juga beribadah dan mempersembahkan korban kepada ilah-ilah lain. Sebab itu, 2 Raja-raja 17: 40-41 memberi kesaksian, "Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka berbuat sesuai dengan adat mereka yang dahulu. Demikianlah bangsa-bangsa ini berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah juga kepada patung-patung mereka; baik anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka melakukan seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka, sampai hari ini".

    Mengapa hal yang demikian itu bisa terjadi? Karena mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan sesuatu yang sudah biasa terjadi. Oleh karena itu, mereka tidak merasa risih dengan perbuatan mereka yang salah itu. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan sudah sejak lama terjadi, sebagai bagian dari kebiasaan atau adat mereka hidupi.

    Apa yang terjadi dalam kehidupan umat Tuhan di masa lalu itu, bisa saja terulang dalam kehidupan kita di masa kini. Sebagai orang yang beriman, bisa saja kita terperosok pada lubang kesalahan yang sama dengan mereka yang hidup di masa lalu. Oleh karena itu, kita perlu membekali diri kita dengan kekritisan dalam melihat kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat yang ada di tengah kehidupan kita. Jangan sampai karena mempertahankan adat, membuat kita menjadi orang-orang yang mempraktikkan sinkretisme dalam hidup. Sebab godaan ke arah sana selalu ada, sebagaimana kata Paulus dalam 1 Tim 4: 1-2, 1 "Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka." Amin. 

    

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah bagi Pemerintah Indonesia agar tetap dimampukan untuk menjadi pemimpin yang berempati terhadap realitas hidup masyarakat yang dipimpinnya, sehingga mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menjawab kebutuhan masyarakat, bukan yang menambah beban masyarakat.


Nyanyian Penutup

 

YA TUHAN, KUATKAN IMANKU

(PKJ 249: 1, 3)

 

Ya Tuhan, kuatkan imanku,

jauhkan dari pencobaan

dan bimbing hambaMu selalu

setia turut kehendakMu.


Ya Tuhan, ‘ku yakin kuasaMu

menuntun setiap langkahku.

Ajarlah aku menyerahkan diriku

ke dalam tanganMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...