Tataibadah Harian
Rabu, 24 September 2025
MUNAFIK GAK ADA OBATNYA
Saat teduh
Umat berdiam diri
sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah
diterimanya
Nyanyian Umat
NKB 3 – Terpujilah Allah
Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar,
begitu kasihNya ‘tuk dunia cemar,
sehingga dib’rilah Putra-Nya Kudus
mengangkat manusia serta menebus.
Pujilah, pujilah! Buatlah dunia
bergemar, bergemar
mendengar suara-Nya.
Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya,
b’ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.
Dan darah Anak-Nyalah yang menebus
mereka yang yakin ‘kan janji kudus;
dosanya betapapun juga keji,
dihapus oleh-Nya, dibasuh bersih.
Bacaan I: Amsal 21.10–16
Pesan yang penting dalam perikop ini
Amsal berisikan nasehat-nasehat praktis tentang hidup. Di dalamnya banyak
terdapat unsur didikan, jadi kita membacanya seperti sedang mendengarkan petuah
yang disampaikan seorang guru kepada muridnya. Terhadap hal ini kita diajak
bersikap diam sambil merenungkan kata-kata yang ditulis di situ. Pada bagian
ini nasehat bagi kita antara lain adalah jangan menginginkan hal yang jahat,
sebab ia akan membuat kita dihukum. Sebab Tuhan melihat perkara yang tidak
adil, dan jika kita pembuatnya, maka Ia tak segan-segan menindak kita secara tegas.
Dalam bagian ini juga diserukan panggilan untuk memperhatikan orang lemah dan
membela nasib mereka. Artinya kita diajak berbelarasa dan ikut menolong mereka
menanggung beban hidup yang tak sanggup mereka atasi. Ikut terlibat dalam hidup
mereka artinya mau menunjukkan keadilan, begitu bahasa yang dipakai penulis
Amsal. Bagian ini diakhiri dengan nasehat agar tidak memilih menjadi orang
bodoh, artinya yang mengabaikan nasehat baik. Ini dapat diartikan kita tidak
sekadar mendengar nasehat tanpa berusaha mempraktekkannya. Sebab terkadang
orang yang mendengar nasehat membuka telinganya namun menutup hatinya, sehingga
tidak berbuat apapun terhadap nasehat itu.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang
anggota keluarga
Mazmur 12
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Lukas 20.45 – 21.4
Pesan melalui
perikop
Ada dua hal penting yang disampaikan dalam perikop ini. Pertama,
teguran Yesus terhadap orang munafik. Bagi-Nya, tidak ada kehidupan yang bisa
dinikmati jika hidup dalam kemunafikan. Sebaliknya, Yesus menasehati kita hidup
dalam ketulusan, agar segala sesuatu dapat dirasakan secara optimal dan membuat
kita lebih mengalami hidup yang “hidup”.
Kemudian, kita juga mendapat nasehat tentang memberi
secara tulus. Dalam kasus ini, pemberian yang dihargai bukanlah diukur dari jumlahnya,
melainkan dari seberapa tulusnya hati orang yang memberi, seperti contoh yang
diperlihatkan oleh seorang janda miskin dalam teks.
Tentang hal ini, mari kita merefleksikannya melalui 3
sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap
atau tindakan (motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Seberapa
tuluskah kita ketika melakukan sesuatu? Misalnya ketika mengerjakan sebuah
pekerjaan, bahkan yang tidak kita sukai
· Berapa
sering kita merasakan ketulusan tindakan kita? Atau kita hanya melakukannya karena
sudah terbiasa atau hanya karena mengikuti perintah orang lain, sehingga kita
tidak dapat merasakan ketulusan kita waktu melakukannya?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
·
Pada waktu memberi sesuatu kepada orang
lain, ada baiknya kita juga membayangkan apa yang dialami orang lain (yang kita
beri sesuatu) sehingga kita lebih bisa merasakan perasaan orang itu. Dengan demikian
kita bisa lebih tergugah kala memberikannya
· Demikian pula ketika melakukan suatu pekerjaan. Kita bisa
membayangkan jika orang lain mengerjakan hal yang sama, kira-kira bagaimana perasaannya
waktu melakukan hal itu.
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
· Bersediakah kita menyelaraskan apa yang kita pikirkan dan
yang kita rasakan kala melakukan sesuatu? Semoga hal ini menolong kita lebih
mengapresiasi hidup dengan segala kekayaannya, sehingga membuat kita bisa lebih
bersyukur kepada Tuhan.
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:
·
Kemampuan
setiap pelayan Tuhan membagi waktu dengan baik dan proporsional dalam berbagai
lingkup kegiatannya, yakni keluarga, pekerjaan, dan pelayanan
·
Situasi
dunia dan harap akan perdamaian
·
Pemulihan
Indonesia dari berbagai hal yang berpotensi merusak dan menggerogoti bangsa ini
Nyanyian Umat
NKB 141 – Kasihku Pada-Mu, Tambahkanlah
Kasihku pada-Mu tambahkanlah!
Ya Kristus Tuhanku, o, dengarlah!
‘Ku mohon tak henti: Tambahkan kasihku,
makin besar kepada-Mu!
Dahulu dunia andalanku,
kini Engkau, Tuhan, harapanku.
Inilah doaku: Tambahkan kasihku,
makin besar kepada-Mu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar