Mau Bijak? Begini Caranya

(Senin, 22 September 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

JADILAH TUHAN, KEHENDAKMU

(PKJ 127: 1-2)

 

Jadilah Tuhan, kehendak-Mu:

'Ku tanah liat di tangan-Mu.

Bentuklah aku sesuka-Mu,

akan nantikan sentuhan-Mu.


Jadilah Tuhan, kehendak-Mu!

Sucikan hati, pikiranku.

Tiliklah aku dan ujilah

'ku di depan-Mu sujud sembah.


Pembacaan Kitab Mazmur 12

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : Amsal 14: 12-31

Perjanjian Baru    : Kisah Para Rasul 4: 1-12


Renungan 

    Satu hal menarik terlihat tatkala kita membaca Kisah Para Rasul 4: 1-12. Di tengah situasi yang tidak mudah, para rasul menunjukkan sikap yang tenang dalam menghadapinya. Sekalipun berada dalam sebuah sidang yang mengadili tindakan mereka, tidak terlihat sedikitpun ketakutan atau kecemasan yang mereka tampakkan. Mereka dapat memberikan pertanggungjawaban dan penjelasan dengan begitu baiknya terhadap apa yang telah mereka lakukan selama ini. Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab dalam diri mereka ada kebijaksanaan. Mereka bukan tipe orang yang hanya bisa bertindak. Mereka adalah orang-orang yang sadar tentang apa yang mereka lakukan dan tahu bagaimana harus memberi penjelasan atas tindakannya itu. 

    Mungkin itulah yang dirindukan dan diharapkan sebagian besar orang, termasuk kita. Sebagai manusia, kita ingin menjadi manusia yang bijaksana. Manusia yang tidak hanya bisa bertindak, melainkan juga bisa mempertanggungjawabkan tindakan kita di hadapan orang lain dengan baik. Jika semua orang hidup secara bijaksana, tentulah segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini selalu bisa dipercakapkan dengan damai dan akan tetap baik adanya. Sebab itulah dalam kitab Amsal 14: 12-31 berulangkali memberikan dorongan untuk menjadi manusia yang bijak dalam kehidupan ini.

    Kebutuhan akan kebijaksanaan adalah kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang. Namun, sayangnya, kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang given dari sononya. Kebijaksanaan adalah habitus, sebuah sistem kebiasaan, keterampilan, dan watak yang tertanam dalam diri individu melalui pengalaman hidup dan lingkungan sosialnya, yang memengaruhi cara mereka mempersepsikan dan bertindak dalam dunia sosial. Kebijaksanaan merupakan sebuah sikap yang perlu dibentuk, dilatih dan diusahakan secara sengaja dan serius. Semua bergantung pada kesediaan kita berproses membentuk diri di tengah konteks sosial kita. 

    Penulis Amsal mengarahkan kita dalam proses pembentukan itu, dengan cara: berhati-hati dan menjauhi kejahatan (14:16), belajar meningkatkan kesabaran (14:17), dan membekali diri dengan pengetahuan sehingga memiliki kepintaran atau memiliki wawasan yang luas (14:18,24). Kewaspadaan pada yang jahat, dibarengi dengan kesabaran, dan wawasan yang luas akan membentuk kita menjadi manusia yang tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan merespon segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita. Bukankah ini merupakan inti utama dari kebijaksanaan itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan adalah sesuatu yang berkaitan dengan sifat bijaksana, yaitu kepandaian menggunakan akal budi, pengalaman, dan pengetahuan, serta kecakapan untuk bertindak arif dan cermat dalam menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, kebijaksanaan adalah kualitas seseorang yang memiliki kearifan, pemikiran tajam, dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan dan tindakan.  

   Nah... jika kita mengacu pada definisi kebijaksanaan yang demikian itu, maka apa yang dinasihatkan dalam kitab Amsal 14: 12-31 menjadi sangat penting untuk kita perhatikan dalam kehidupan kita. Jika kamu ingin menjadi manusia yang bijaksana, maka belajarlah untuk berhati-hati dengan kejahatan, belajarlah bersabar dalam menghadapi segala sesuatu, dan bekali dirimu dengan pengetahuan agar wawasanmu lebih luas dan kamu punya amunisi untuk mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik, sebelum mengambil keputusan dan bertindak dalam hidupmu. Selamat membentuk diri menjadi manusia yang bijaksana di tengah kehidupan ini. Tuhan memberkati. Amin.



Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk masyarakat Indonesia agar dimampukan untuk tetap bertahan dan bersemangat memperjuangkan kesejahteraan mereka di tengah kesulitan hidup yang sedang mereka hadapi saat ini.


Nyanyian Penutup

 

JADILAH TUHAN, KEHENDAKMU

(PKJ 127: 3-4)

 

Jadilah Tuhan, kehendak-Mu!

Segala kuasa di tangan-Mu.

Tolonglah, Tuhan, aku lemah

Jamahlah aku, kuatkanlah.


Jadilah Tuhan, kehendak-Mu!

Berilah Roh-Mu kepadaku.

Kehidupanku kuasailah

hingga t'rang Kristus tampak cerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...