Kekayaan dan Keabadian : Apa yang Benar-benar Berharga?

Sabtu, 2 Agustus 2025

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

PKJ 241 - Tak 'Ku Tahu 'kan Hari Esok

 

Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok,

namun langkahku tegap

Bukan surya kuharapkan,

kar’na surya ‘kan lenyap.

O tiada ‘ku gelisah,

akan masa menjelang;

‘ku berjalan serta Yesus.

Maka hatiku tenang.

 

Reff:

Banyak hal tak kufahami

dalam masa menjelang.

Tapi t’rang bagiku ini:

Tangan Tuhan yang pegang.

 

Makin t’ranglah perjalanan,

makin tinggi aku naik.

Dan bebanku makin ringan,

makin nampaklah yang baik.

Di sanalah t’rang abadi,

tiada tangis dan keluh;

Di neg’ri seb’rang pelangi,

kita k’lak ‘kan bertemu.

 

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 49 : 1 - 12

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

 

PEMBACAAN ALKITAB

Pkh. 1: 1-11 Mrk. 10: 17-22 

 

RENUNGAN

“Kekayaan dan Keabadian: Apa yang Benar-Benar Berharga?”

 

Setiap orang pernah merenungkan pertanyaan ini: “Apa arti hidup ini?” Baik yang miskin maupun yang kaya, semua pada akhirnya akan berhadapan dengan kefanaan hidup. Tiga bagian firman hari ini membawa kita menyelami makna sesungguhnya dari nilai hidup, kekayaan, dan apa yang abadi.

 

Mazmur 49:1–12 — Kekayaan Tidak Dapat Menyelamatkan

Pemazmur mengundang semua bangsa dan semua lapisan masyarakat untuk mendengarkan hikmat. Ia menegaskan bahwa kekayaan tidak bisa menebus hidup manusia (ayat 7-9). Orang bodoh dan orang berhikmat sama-sama mati, dan meninggalkan segala milik mereka.

Pesan utama: Hidup bukan tentang harta yang dikumpulkan, tapi tentang siapa yang menebus jiwa kita sehingga jangan terlalu mengandalkan status dan kekayaan. Mereka hanya bersifat sementara.

 

Pengkhotbah 1:1–11 — Semua Adalah Kesia-siaan

Pengkhotbah mengulang satu frasa penting: “Kesia-siaan belaka” (hebel dalam bahasa Ibrani, yang berarti kabut, uap, sesuatu yang fana dan tidak bisa digenggam).

Ia merenungkan bahwa segala kerja keras, pencapaian, dan keindahan alam berulang-ulang, namun hidup manusia cepat berlalu dan dilupakan.

Pesan utama: Hidup tanpa tujuan kekal adalah sia-sia, oleh sebab itu kita tidak boleh terjebak dalam siklus rutinitas tanpa arah. Tanpa Tuhan, semua jadi hampa.

 

Markus 10:17–22 — Pemuda Kaya dan Pencarian Hidup Kekal

Pemuda kaya datang dengan pertanyaan serius: “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Ia telah mematuhi hukum Taurat, tetapi Yesus menunjuk ke hati: “Juallah segala milikmu... lalu ikutlah Aku.” Respons pemuda itu? Ia pergi dengan sedih. Mengapa? Karena hartanya banyak, dan ia tidak rela melepaskannya.

Pesan utama: Mengikut Yesus butuh keberanian untuk melepaskan segala yang kita anggap berharga. Yesus menghendaki hati kita sepenuhnya, bukan hanya ketaatan lahiriah.

 

Ketiga bacaan ini mengajarkan kita bahwa:

1.    Hidup ini singkat dan tidak bisa ditebus oleh kekayaan.

2.    Segala pencapaian di bawah matahari adalah sia-sia jika tidak diarahkan kepada kekekalan.

3.    Hanya dengan mengikuti Yesus dan melepaskan ikatan pada dunia ini, kita bisa menemukan     hidup sejati.

 

Pertanyaan refleksi:

1.       Apa yang paling aku hargai dalam hidup ini?

2.       Apakah aku rela kehilangan semuanya demi mengikuti Kristus?

3.       Apakah hidupku memuliakan Tuhan atau hanya mengejar kesia-siaan?

 

Ungkapan komitmen

Tuhan, ajar kami menghitung hari-hari kami, agar kami memperoleh hati yang bijaksana. Tolong kami untuk tidak terikat pada hal-hal duniawi yang fana, tetapi memiliki keberanian untuk mengikut Engkau dengan sepenuh hati.

 

 

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Keluarga yang saling menguatkan. 

 

NYANYIAN PENUTUP

PKJ 241 - Tak 'Ku Tahu 'kan Hari Esok

 

Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok,

mungkin langit ‘kan gelap.

Tapi Dia yang berkasihan,

melindungi ‘ku tetap.

Meski susah perjalanan,

g’lombang dunia menderu,

dipimpinNya ‘ku bertahan

sampai akhir langkahku.

 

Reff:

Banyak hal tak kufahami

dalam masa menjelang.

Tapi t’rang bagiku ini:

Tangan Tuhan yang pegang.

 

 

 

TATA IBADAH HARIAN

Jumat, 01 Agustus 2025

 

 

Pujian Pembukaan

KJ 450 : 1 – 3 – HIDUP KITA YANG BENAR

 

Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur.

Dalam Kristus bergemar, janganlah tekebur.

 

Refrein :

Dalam susah pun senang; dalam segala hal,

aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendak-Nya!

 

Biar badai menyerang, biar ombak menerjang,

aku akan bersyukur kepada Tuhanku.

 

Apa arti hidupmu? Bukankah ungkapan syukur,

kar’na Kristus Penebus, berkorban bagimu!

 

 

PEMBACAAN Mazmur

Salah Seorang anggota persekutuan membacakan Mazmur 107:1-9, 43

 

 

Doa Pembukaan dan Perenungan Firman

Oleh Salah Seorang Anggota Persekutuan

 

 

Pembacaan dan perenungan Firman

 

·       Hosea 9:1-17 

·       Efesus 4:17-24

 

Hidup Baru Setelah Diselamatkan

 

 

Api murka Tuhan atas pemberontakan Israel dan ketidakmauan mereka percaya kepada Tuhan menjadikan Hosea berkata;

 

Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah sundal di segala tempat pengirikan gandum. Tempat pengirikan gandum dan tempat pemerasan anggur tidak akan memberi mereka makan, dan anggur akan mengecewakan mereka. Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis. (Hosea 9:1-3 (TB)) 

 

Atas pemberontakan itu mereka dibuang dari tanah perjanjian. Namun ingatlah; karya kasih Tuhan yang berkali-kali menyelamatkan (Mzm. 107:6-7, 13-14, 19-20). Lalu berkali dikatakan mereka bersukacita dan memuji Tuhan.

 

Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia. Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai! (Mazmur 107:21-22 (TB)) 

 

Percaya itu bukan tentang perbuatan ritual keagamaan namun kehidupan yang mau dibaktikan percaya kepada-Nya.

 

Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. (Efesus 4:21-24 (TB)) 

 

Miliki hidup baru di dalam Tuhan.

 

 

SAAT HENING

 

Doa syafaat dan Penutup
Berdoa untuk :

·       Pemimpin muda yang dipersiapkan dengan baik dan benar.

·       Kesehatan keluarga

·       (Bisa ditambahkan sendiri oleh anggota keluarga)

·       Penutup

 

 

Pujian Penutup

KJ 450 : 4 + 5 – HIDUP KITA YANG BENAR

 

Bertekun bersyukurlah hingga suara-Nya kaudengar:

“Sungguh indah, anak-Ku, ungkapan syukurmu.”

 

Refrein :

Dalam susah pun senang; dalam segala hal,

aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendak-Nya!

 

Tuhan Yesus, tolonglah, sempurnakan syukurku,

Roh Kudus berkuasalah di dalam hidupku!

BERDAMAI; SEBUAH JALAN BARU MENEMUKAN KEKAYAAN SURGAWI - 30 Juli 2025

 

Tataibadah Harian

Rabu, 30 Juli 2025

 

BERDAMAI; SEBUAH JALAN BARU MENEMUKAN KEKAYAAN SURGAWI

 

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

“Bapa, Engkau Sungguh Baik“  - dinyanyikan 2 kali

 

Bapa, Engkau sungguh baik

Kasih-Mu melimpah di hidupku

Bapa, ku bert’rima kasih

Berkat-Mu hari ini yang Kausediakan bagiku

 

Kunaikkan syukurku buat hari yang Kaub’ri

Tak habis-habisnya kasih dan rahmat-Mu

S’lalu baru dan tak pernah terlambat pertolongan-Mu

Besar setia-Mu di s‘panjang hidupku

        

Bacaan I: Ester 7.7 – 8.17

Pesan yang penting dalam perikop ini

Haman merencanakan yang jahat terhadap umat Allah, namun ia tak bisa melawan kuasa Allah. Pembelajaran buat kita adalah orang jahat akan mengalami apa yang dia perbuat. Allah tidak berdiam menghadapi mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita bersandar pada Allah dan tetap hidup bersama-Nya.

 

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 55.16-23

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

1.    Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan

2.    Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan

3.    Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Matius 5.43-48

Pesan melalui perikop 

 

Yesus mengajarkan sebuah hal yang bertentangan dengan ajaran dunia, yakni mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka.

 

Tentang hal ini, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

·      Dalam tradisi Yahudi, ajaran yang berlaku pada waktu itu adalah kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu. Ajaran Yesus menjadi sebuah ajaran yang melampaui kemampuan manusia memberlakukan ajaran yang umum, karena memang apa yang diajarkan Yesus dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai hidup, terkhusus manusia, siapapun itu. Apakah hal ini bisa kita terima?

·      Yesus membandingkan hal ini dengan sikap Allah terhadap seluruh manusia; Ia menerbitkan matahari dan mencurahkan hujan bagi semua orang, entah yang baik maupun yang jahat. Dengan demikian Ia tidak memperlakukan orang dengan memandang siapa yang dihadapi-Nya. Teladan ini diharapkan bisa kita ikuti. Siapkah kita?

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

·      Hati yang terusik, bahkan tersakiti, kiranya menyediakan ruang bagi pendamaian dan pengampunan. Di dalam ruang itu kita diajak bekerjasama dengan Roh Tuhan untuk memulihkan diri sekaligus memulihkan hubungan dengan orang yang menyakiti atau melukai kita.

·      Kita bisa mengasihi karena kita mengalami kasih Tuhan; Coba rasakan kasih Tuhan yang mengampuni kesalahan kita. Semoga dengan merasakannya, kita merasakan penghiburan yang menguatkan dan memampukan kita mengampuni orang lain, sehingga biarpun ia terlihat seperti musuh, namun kita bisa memperlakukannya dengan baik dan ramah.

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

·      Berdoa bagi orang lain kita lakukan bukan hanya dengan menyebut nama orang yang baik terhadap kita, melainkan yang juga jahat terhadap kita?

·      Menunjukkan keramahan dan senyum (tulus) kepada orang yang menyakiti perasaan kita?

 

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:

·      Saling mengasihi, mulai dari anggota keluarga inti, saudara-saudara dan kerabat, kenalan, teman, sahabat, dan orang-orang yang kita kenal

·      Pembelajaran Sdr. Ivan Alpha Setiawan, yang menjalani stage 2 di GKI Serpong selama 6 bulan sampai dengan awal bulan Januari 2026, agar dipenuhi damai sejahtera dan hasil belajarnya bisa optimal

 

Nyanyian Umat

”Penuhi Kami Ya Tuhan (TAIZE)” – dinyanyikan 3 kali

 

Penuhi kami, ya Tuhan,

Dengan damai-Mu

Penuhi kami, ya Tuhan

Haleluya!

 

 

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025