Hikmat Dalam Mengendalikan Keinginan Diri - Kamis, 31 Juli 2025

Kamis, 31 Juli 2025

NYANYIAN PEMBUKA

https://youtu.be/-9DxZM49E5M?si=6jTzDMH6JOVHrZEJ


DOA PEMBUKA


BACAAN ALKITAB    Amsal 23: 1-11


RENUNGAN

Amsal 23:1-11 memberikan kita nasihat yang sangat praktis dan relevan tentang bagaimana kita seharusnya bersikap di hadapan godaan, kekayaan, dan ketidakadilan. Ayat-ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan undangan untuk merenungkan hikmat dalam mengendalikan diri dan memahami nilai-nilai sejati dalam hidup.

Ayat 1-3 berbicara tentang jamuan makan di hadapan seorang penguasa. Ini adalah situasi yang penuh godaan. Ada potensi untuk mencari keuntungan, pujian, atau bahkan sekadar menikmati kemewahan. Namun, Salomo mengingatkan kita untuk memperhatikan baik-baik siapa yang ada di hadapanmu dan menahan diri jika kita seorang yang lahap. Peringatan ini jauh melampaui sekadar etiket meja makan. Ini adalah metafora untuk setiap situasi di mana kita berhadapan dengan kekuasaan atau kekayaan yang bukan milik kita.

Pentingnya pengendalian diri ditekankan di sini. Mengapa? Karena ada makanan tipuan (ayat 3). Kekayaan atau keuntungan yang diperoleh dari keserakahan, pujian yang tidak tulus, atau hubungan yang dibangun atas dasar kepentingan pribadi, semuanya bisa menjadi "makanan tipuan." Mereka mungkin terlihat menarik di permukaan, tetapi pada akhirnya hanya akan membawa penyesalan dan kehampaan. Ini mengajarkan kita untuk waspada terhadap segala sesuatu yang tampak terlalu baik untuk menjadi kenyataan, terutama jika itu melibatkan kompromi nilai-nilai kita.

Ayat 4-5 secara langsung menyoroti bahaya mengejar kekayaan secara membabi buta. Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya (ayat 4). Ini bukan larangan untuk bekerja keras atau menjadi makmur, tetapi sebuah peringatan terhadap obsesi terhadap kekayaan. Ada perbedaan besar antara mencari nafkah dan berusaha mengejar kekayaan sebagai tujuan utama hidup. Ketika kekayaan menjadi berhala, ia menguasai pikiran dan hati kita, membuat kita lupa akan hal-hal yang lebih penting.

Amsal dengan gamblang mengatakan bahwa kekayaan itu dapat terbang seperti rajawali ke angkasa (ayat 5). Seberapa sering kita melihat orang-orang yang mengumpulkan kekayaan, hanya untuk melihatnya lenyap dalam sekejap karena perubahan pasar, keputusan buruk, atau bahkan hanya karena waktu? Kekayaan duniawi adalah sesuatu yang fana dan tidak bisa diandalkan. Ayat ini mendorong kita untuk melepaskan genggaman erat pada harta benda dan menyadari bahwa nilai sejati tidak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada siapa kita dan bagaimana kita hidup.

Bagian selanjutnya memperingatkan kita tentang orang yang kikir (ayat 6). Kita mungkin berpikir ini hanya tentang pelit dalam memberi, tetapi Amsal menyoroti sesuatu yang lebih dalam: niat hatinya (ayat 7). Orang yang kikir mungkin mengundang kita makan, tetapi hatinya tidak tulus. Mereka mungkin berbicara manis, tetapi sebenarnya sedang menghitung-hitung keuntungan atau bahkan merencanakan sesuatu yang merugikan.

Ini adalah pelajaran tentang melihat di balik permukaan. Jangan mudah tertipu oleh penampilan luar atau kata-kata manis. Pikirkanlah tentang motivasi di balik tindakan orang lain. Jika kita mengabaikan peringatan ini, kita bisa saja memuntahkan suapan yang kaumakan (ayat 8), artinya kita akan menyesali keterlibatan kita dan kehilangan apa yang telah kita investasikan, baik itu waktu, tenaga, atau kepercayaan. Penting untuk menjadi bijaksana dalam memilih siapa yang kita percayai dan dengan siapa kita bergaul.

Ayat 9 memberikan nasihat singkat namun mendalam: Jangan berbicara di telinga orang bebal, karena ia akan menghina perkataan hikmatmu. Tidak semua orang siap menerima kebenaran atau nasihat. Ada orang-orang yang hatinya tertutup, yang lebih suka hidup dalam kebodohan mereka sendiri. Memberikan mutiara kepada babi, seperti kata peribahasa, adalah tindakan yang sia-sia dan bahkan bisa berujung pada penghinaan.

Ini mengajarkan kita kebijaksanaan dalam berbagi hikmat. Kita perlu berdoa dan menimbang apakah seseorang benar-benar ingin mendengar dan menerima apa yang kita katakan. Terkadang, cara terbaik adalah menabur benih melalui tindakan kita dan menunggu waktu yang tepat untuk berbicara.

Ayat 10-11 mengakhiri bagian ini dengan peringatan tentang keadilan dan integritas. Jangan menggeser batas tanah zaman dahulu dan jangan memasuki ladang anak yatim (ayat 10). Ini adalah tindakan ketidakadilan yang merugikan orang-orang yang rentan dan tidak memiliki pembela. Menggeser batas tanah adalah tindakan licik untuk mencuri bagian orang lain, sementara merugikan anak yatim adalah eksploitasi terhadap mereka yang lemah.

Mengapa penting untuk tidak melakukan ini? Karena Penebus mereka kuat, Ia sendiri akan berperkara melawan engkau (ayat 11). Ini adalah pengingat yang menghibur bagi mereka yang tertindas dan peringatan keras bagi para penindas. Allah, Sang Pencipta dan Pembela, adalah Penebus yang kuat. Ia melihat setiap tindakan ketidakadilan dan Ia akan bertindak untuk membela umat-Nya yang lemah. Ini adalah jaminan bahwa pada akhirnya, keadilan akan ditegakkan.

Kiranya renungan ini memberkati dan menuntun langkah-langkah kita dalam menjalani hidup yang bijaksana dan berkenan di hadapan Tuhan. Amin.


DOA SYAFAAT

  • Tersedia lapangan pekerjaan sesuai zaman
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia


NYANYIAN PENUTUP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025