Kamis, 19 Juni 2025
NYANYIAN PEMBUKA
https://youtu.be/4uMXzLeCojk?si=9IGdPmwtwPj3dbMY
DOA PEMBUKA
RENUNGAN
Entah mengapa, bagi kebanyakan orang ketika dilarang justru malah dilakukan. Sejak dari anak kecil sampai dewasa bahkan lansia, manusia punya kecenderungan untuk melanggar. Dari hal sederhana seperti berlari di lorong sekolah, sampai hal serius terkait kesehatan dan obat atau terapi, itu bisa terjadi. Ketika dihimbau untuk, "Jangan berlarian di lorong", masih saja anak-anak yang dengan sengaja lari di lorong tersebut. Ketika dokter menyarankan untuk tidak makan makanan tertentu, tidak sedikit orang yang sembunyi-sembunyi makan itu walaupun sudah dilarang.
Paulus pun membuka kebiasaan orang Yahudi yang begitu bangga dengan hukum Taurat mereka, tapi tetap melanggarnya. Bacaan kita hari ini adalah teguran keras dari Rasul Paulus kepada bangsa Yahudi. Paulus menelanjangi kemunafikan mereka yang bangga akan hukum Taurat dan identitas mereka sebagai umat pilihan, tetapi pada praktiknya melanggar hukum yang sama. Renungan ini mengajak kita melihat ke dalam diri sendiri dan menghadapi kecenderungan banyak dari kita untuk melanggar aturan Tuhan, bahkan ketika kita mengklaim memegang kebenaran.
Inilah inti dari kecenderungan kita melanggar aturan Tuhan: ada jurang pemisah antara pengetahuan dan praktik, antara klaim dan kenyataan. Kita tahu apa yang benar, kita bahkan mungkin mengajarkannya kepada orang lain, tetapi kita sendiri gagal menjalaninya. Kita bisa jadi adalah "pemandu orang buta" dan "terang bagi mereka yang di dalam kegelapan" (ayat 19), tetapi secara internal, kita juga buta dan berjalan dalam kegelapan dosa kita sendiri.
Ketika kita yang mengklaim sebagai pengikut Tuhan hidup bertentangan dengan ajaran-Nya, kita tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga mencoreng nama Tuhan di mata dunia. Kita menjadi batu sandungan, bukannya terang. Integritas kita dipertanyakan, dan akibatnya, pesan Injil yang kita bawa menjadi hambar dan tidak dipercayai.
Berapa sering kita melihat ini terjadi di sekitar kita? Orang-orang yang aktif di gereja, berbicara tentang moralitas, tetapi terlibat dalam penipuan, gosip, atau perbuatan tidak etis lainnya. Bukankah perilaku seperti ini yang membuat orang di luar gereja memandang rendah iman dan Tuhan yang kita sembah?
Paulus mengakhiri bagian ini dengan perbandingan tajam antara sunat lahiriah dan sunat hati. Bagi orang Yahudi, sunat adalah tanda perjanjian mereka dengan Tuhan, sumber identitas dan kebanggaan mereka. Namun, Paulus menegaskan: "Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya" (ayat 25). Sebaliknya, "Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?" (ayat 26).
Poin krusialnya adalah: identitas rohani sejati bukanlah tentang ritual atau simbol lahiriah, melainkan tentang perubahan hati dan ketaatan yang tulus. Sunat sejati adalah "sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah" (ayat 29). Ini berarti bahwa hubungan kita dengan Tuhan tidak hanya diukur dari seberapa sering kita ke gereja, seberapa banyak kita membaca Alkitab, atau seberapa lantang kita menyanyikan pujian. Yang terpenting adalah apakah hati kita telah diubahkan oleh Roh Kudus, sehingga kita memiliki kerinduan yang tulus untuk menaati perintah-Nya.
Kecenderungan untuk melanggar aturan Tuhan berakar pada kesombongan dan kemunafikan. Kita berpikir kita bisa menipu Tuhan, atau setidaknya, kita bisa mempertahankan citra rohani di mata orang lain. Namun, Tuhan melihat hati. Ketaatan yang sejati lahir dari hati yang mengasihi dan menghormati-Nya, bukan dari keinginan untuk terlihat baik atau sekadar menjalankan ritual.
Renungan ini memanggil kita untuk pertobatan dan kerendahan hati. Mari kita berhenti bersembunyi di balik "sunat lahiriah" atau pengetahuan kita, dan biarkan Roh Kudus mengerjakan "sunat hati" dalam diri kita, sehingga hidup kita benar-benar memuliakan nama Tuhan. Amin.
DOA SYAFAAT DAN PENUTUP
- Tersedia lapangan pekerjaan sesuai zaman
- Kesehatan orang-orang terkasih
- Pemerintahan Indonesia semakin mengarah pada kesejahteraan seluruh rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar