Selasa, 24 Juni 2025 – JAUH DEKAT SAMA!
NYANYIAN PEMBUKA
KJ 256 – KITA SATU DI DALAM TUHAN
Syair dan lagu: A. Simanjuntak, 1980
Kita satu di dalam Tuhan,
satu G’reja yang esa.
Marilah bertolong-tolongan,
kau dan aku, s’muanya.
Marilah bertolong-tolongan,
kau dan aku, s’muanya.
Hujan, air dan matahari
Tuhan b’rikan s’muanya,
bulan, bintang memuji-muji
memenuhi semesta.
Bulan, bintang memuji-muji
memenuhi semesta.
DOA PEMBUKA
BACAAN
ALKITAB
EFESUS 2:11-22
RENUNGAN
Duduk dekat di sebelah secara fisik tapi
rasanya jauh. Sebaliknya secara fisik berjarak ribuan kilometer, tapi terasa
dekat di hati. Relasi tidak diukur dengan jarak tapi penerimaan dan kasih. Di
masa sekarang kita hidup dalam dunia yang penuh sekat: status sosial, suku, ekonomi,
agama, bahkan antar gereja pun terasa. Ada yang merasa lebih rohani atau dekat
dengan Tuhan dan melain yang lain seolah jauh dan berdosa. Tapi Tuhan tidak
pernah membedakan kita berdasarkan jarak.
Paulus menegaskan bahwa di dalam
Kristus yang “jauh” maupun yang “dekat” sama-sama diperdamaikan-Nya. Surat Efesus
ini ditujukan kepada jemaat yang sebagian adalah orang non-Yahudi. Paulus
mengingatkan bahwa mereka dahulu adalah orang-orang yang “jauh” dari Allah. Di ayat
12 menyebutkan bahwa mereka dahulu “… tanpa Kristus, tidak termasuk
kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang
dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”. Sementara itu
orang Yahudi merasa sebagai umat pilihan yang
“dekat” dengan Allah. Namun kedekaran itu sering membuat mereka lupa
bahwa itu adalah anugerah, bukan kemampuan mereka. Paulus menegaskan bahwa
keduanya – yang jauh maupun yang dekat – telah disatukan dan diperdamaikan.
Salib Kristus merobohkan tembok pemisah yang memisahkan Yahudi dan non-Yahudi,
dan juga semua sekat buatan manusia lainnya. Yesus menciptakan manusia baru dan
mendamaikan keduanya dalam satu tubuh dengan Allah. Artinya tidak ada lagi kategori
lebih dekat atau lebih layak. Semua sama-sama berdosa namun diperdamaikan
sehingga masuk dalam keluarga Allah.
Tidak jarang, kita hidup dalam kategori “aku lebih dekat dengan Tuhan karena lebih rajin ibadah dan pelayanan, lebih tahu alkitab…” dan sebaliknya menilai orang lain “masih jauh dari Tuhan”. Di mata Yesus, jarak itu telah ditiadakan, melalui penebusannya di kayu salib. Kristus tidak membangun tembok pemisah tapi merobohkannya. Tuhan membentuk kita menjadi satu keluarga, satu tubuh dan satu umat. Hal ini menjadi pengingat bahwa tidak ada manusia yang terlalu jauh untuk dijangkau oleh kasih Allah. Siapapun kita! Kita semua mendapatkan tempat yang sama di hadapan Tuhan.
“Jauh dekat sama!” bukan hanya slogan,
tapi kenyataan yang dibawa Yesus ke dengan dunia yang suka membangun tembok dan
terpecah belah. Mari kita menanggalkan kesombongan rohani, membuang sekat-sekat
berpedaan, dan membuka diri untuk membangun persekutuan sejati – persekutuan yang
memandang semua orang sebagai sesama anggota keluarga Allah. Amin.
DOA SYAFAAT
·
Peperangan
di Timur Tengah segera berakhir dengan damai
·
Gereja yang peduli dengan kesehatan
NYANYIAN
PENUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar