Tataibadah Harian
Rabu, 16 April 2025
SIKAP TERHADAP
PERINGATAN
Saat teduh
Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala
bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya
Nyanyian Umat
NKB 10 – Dari Kungkungan
Malam Gelap
Dari kungkungan malam gelap,
Yesus, Tuhan, ‘ku datanglah;
masuk ke dalam t’rang-Mu tetap;
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari sengsara, sakit dan aib,
masuk dalam kasih
ajaib.
Dan kurindukan dosaku raib,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari hidupku yang
bercela,
Yesus, Tuhan, ‘ku
datanglah;
masuk ke dalam t’rang mulia,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari gelombang bah menderu,
masuk ke dalam kasih
teduh
dan ‘ku tinggalkan susah, keluh,
Yesus, ‘ku datanglah.
Bacaan I: Yesaya 50.4-9a
Pesan yang penting dalam perikop ini
Bacaan ini
menggambarkan keteguhan hati seorang hamba menghadapi penderitaan. Seorang
hamba menyadari statusnya; ia tidak mengeluhkan nasibnya, ia tidak berontak dan
marah terhadap keadaannya. Sebaliknya, ia menerima segala sesuatu yang harus
dialaminya. Di balik itu, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yakni
1.
keteguhan
dan ketekunan menghadapi beragam kesulitan hidup; dengan tetap taat melakukan
hal yang benar alias tidak goyah;
2. sabar menghadapi penderitaan;
3. yakin Tuhan akan menolong dan menguatkannya; dan
4. memenangi ‘pertempuran‘ yang dihadapinya, dan karena itu terus berjuang
Doa Pembuka
Dipimpin seorang anggota keluarga
Mazmur 70
Bacalah bagian ini
dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Yohanes 13.21–32
Pesan melalui
perikop
Sesaat sebelum disalib, ada perkataan Yesus yang seakan
menunjukkan sebuah skenario, yakni pemberitahuan bahwa akan ada satu murid-Nya
yang menyerahkan Dia. Hal ini memicu sikap Simon Petrus, yang keingintahuannya
begitu besar, untuk menanyakan siapa orang yang dimaksudkan-Nya. Perkataan ini
semakin jelas dengan petunjuk yang disampaikan Yesus, yakni orang itu adalah
yang pertama menerima roti yang dicelupkan Yesus.
Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni
sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan
(motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Apakah
Tuhan tahu apa yang akan kita lakukan? Khususnya, apakah Ia tahu hal-hal buruk
yang akan kita perbuat?
· Jika
demikian, bagaimana kita menjalani hidup? Apakah tetap dengan mengeraskan hati demi
menuruti apa yang kita pikirkan? Atau mau berubah, sebelum terjadi hal yang
tidak baik?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
·
Yesus menunjuk Yudas sebagai orang yang akan
menyerahkan Dia kepada penguasa Romawi. Kalau kesalahan kita ditunjukkan Tuhan,
apa kira-kira yang kita rasakan?
·
Jika orang lain mengetahui bahwa kita
bermaksud buruk terhadap orang lain, apa yang akan kita lakukan? Dan mengapa
kita melakukannya? Apakah supaya nama baik kita tetap terjaga? Atau karena kita
takut melakukan yang cemar?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
·
Ketika
Yesus menunjuk ke arah Yudas, semestinya ia menyadari bahwa ialah yang akan
menyerahkan Yesus. Apakah ia peka terhadap tanda yang diberitahukan Yesus? Jika
kita diberi penanda agar kita mencegah diri kita jatuh ke dalam kecemaran atau
kesesatan, bagaimana sikap kita? Jika ada orang lain menegur kita atau mengingatkan
kita tentang sesuatu yang salah – yang mungkin akan kita lakukan atau sedang
kita rencanakan – akankah kita berubah pikiran?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:
·
Gereja
yang terus berusaha hidup dalam keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya,
melalui berbagai macam upaya, misalnya menjaga kondusifitas perparkiran di waktu
ibadah, dan juga mengurangi intensitas suara yang dapat mengganggu ketenangan
warga sekitar;
·
Penghayatan
triduum atau trihari Paskah; agar penghayatan umat bisa semakin kuat, juga
ditolong oleh ibadah-ibadah Kamis Putih, Jumat Agung serta Sabtu Sunyi.
Nyanyian Umat
NKB 180 – Bukanlah ’Ku, Tetapi Hanya Kristus
Bukanlah ‘ku, tetapi
hanya Kristus
layak benar dipuji, disembah.
Bukanlah
‘ku, tetapi hanya Kristus
patut tetap dimuliakanlah
Tuhan, diriku telah ‘Kau raih,
‘Kau hapus dosaku.
Tiada yang lebih permai,
‘Kau hidup dalamku.
Bukanlah ‘ku, tetapi
hanya Kristus
dalam seg’nap p’rilaku hidupku.
Bukanlah ‘ku, tetapi hanya Kristus
dalam seg’nap ucapan, tingkahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar