Berkarya bagi Bangsa

(Senin, 28 April 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

INDAHNYA SAAT YANG TEDUH

(KJ 454: 1, 2)

 

Indahnya saat yang teduh 

menghadap takhta Bapaku:

kunaikkan doa padaNya, 

sehingga hatiku lega.

Di waktu bimbang dan gentar, 

jiwaku aman dan segar;

'ku bebas dari seteru 

di dalam saat yang teduh.


Indahnya saat yang teduh 

dengan bahagia penuh.

Betapa rindu hatiku 

kepada saat doaku.

Bersama orang yang kudus 

kucari wajah Penebus;

Dengan gembira dan teguh 

kunanti saat yang teduh.


Pembacaan Kitab Mazmur 122

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : Ester 7: 1-10

Perjanjian Baru    : Wahyu 1: 9-20


Renungan 

    Tagar "Indonesia gelap" dan "kabur dulu aja" adalah dua tagar yang pernah mewarnai perjalanan kita sebagai sebuah bangsa. Beberapa bulan yang lalu, dua tagar tersebut cukup ramai diperbincangkan oleh masyarakat di sekitar kita. Istilah "Indonesia gelap" dan "kabur dulu aja" lahir dari kekecewaan masyarakat kepada pemerintah  yang tidak bisa memberikan jaminan kesejahteraan hidup. Masyarakat merasa masa depan Indonesia akan menjadi gelap jika pemerintah tidak mengubah sikap mereka dalam mengelola negeri ini. Oleh karena itu, di balik dua tagar yang viral itu terkandung sebuah harapan besar untuk pemerintah melakukan perubahan demi memberikan jaminan  kesejahteraan bagi masyarakat. Tentu semuanya ini, didasari oleh rasa peduli dan cinta masyarakat atas negeri di mana Tuhan menempatkan mereka.

    Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Ester terhadap bangsanya. Berdasarkan bacaan kita dalam kitab Ester 7: 1-10, kita mendapati gambaran bahwa sebagai seorang perempuan yang mendapat kesempatan untuk menolong bangsanya, Ester memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Dia meminta agar raja Ahasyweros berkenan untuk membebaskan bangsanya dari ancaman yang datang dari kelompok Haman. Ester melakukan apa yang bisa ia lakukan sebagai bentuk kepedulian dan kecintaannya kepada negeri di mana dia di tempatkan dan diutus Tuhan, sekalipun dia tidak tampil memimpin perlawanan terhadap kelompok Haman. 

    Kini panggilan yang sama juga Tuhan suarakan kepada kita. Sebagai umat-Nya yang ditempatkan Tuhan di tengah negeri Indonesia ini, kita pun dipanggil untuk berperan serta sesuai dengan kemampuan kita dalam membangun negeri ini. Tidak harus kita menjadi pemimpin dahulu, baru kita berperan membangun bangsa ini. Dengan status dan kondisi kita saat ini, sebenarnya kita bisa tetap berperan untuk membangun negeri kita. Kita bisa terus mendoakan para pemimpin kita dan seluruh masyarakat yang ada di sekitar kita dalam berbagai kesempatan yang kita miliki, sebagaimana yang disarankan oleh Pemazmur dalam Mazmur 122.  

    

Marilah kita berperan untuk membangun bangsa dimana Tuhan menempatkan kita saat ini, dengan setiap talenta yang telah diberikan-Nya kepada kita.

    

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk masyarakat Indonesia agar tetap berperan serta untuk membangun kehidupan yang lebih baik di negeri Indonesia ini.


Nyanyian Penutup

 

BETAPA KITA TIDAK BERSYUKUR

(KJ 337: 1, 3)

 

Betapa kita tidak bersyukur 

bertanah air kaya dan subur;

lautnya luas, gunungnya megah, 

menghijau padang, bukit dan lembah.


Refrein:

    Itu semua berkat karunia 

    Allah yang Agung, Mahakuasa;

    Itu semua berkat karunia 

    Allah yang Agung, Mahakuasa.


Bumi yang hijau, langitnya terang, 

berpadu dalam warna cemerlang;

indah jelita, damai dan teduh, 

persada kita jaya dan teguh.

(kembali ke refrein)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025