Tataibadah Harian
Sabtu, 11 Januari 2025
“SATU FREKUENSI DENGAN TUHAN”
Saat teduh
Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala
bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya
Nyanyian Umat
NKB 146 – Hakim
dalam Trang Abadi
Hakim dalam t’rang
abadi, Raja mahamulia,
Surya kebenaran kami, bumi-Mu tahirlah.
B’ri sejahtera sorgawi dan sembuhkan dunia!
Rindulah seluruh
makhluk menantikan saat-Mu;
bumi jangan lagi takluk pada kodrat yang semu.
B’rilah damai dan berkat-Mu, ganti duka dan keluh.
Bacaan I: Pengkhotbah 3.1-15
Pesan yang penting dalam perikop ini
Hidup senantiasa
dilingkupi waktu. Segala hal yang mau kita capai difasilitasi oleh waktu. Akan tetapi,
mampukah kita mengubah apa yang disediakan oleh waktu itu menjadi sesuatu yang
berguna dan bermakna?
Doa Pembuka
Dipimpin seorang
anggota keluarga
Mazmur 29
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: 1 Korintus 2.11-16
Pesan melalui
perikop
Paulus ingin memberitahukan kepada pengikut Kristus bahwa
mereka bisa memahami apa yang disampaikan Allah kepada mereka, namun belum
tentu dapat menyikapi kehidupan sehari-hari berdasarkan cara pikir manusia. Tidak
semua kasus atau gejala kehidupan bisa diselesaikan dengan hikmat manusia. Kita
butuh pertolongan Roh Kudus juga.
Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni
sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan
(motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Seberapa
banyakkah kita berusaha menggali kebenaran Tuhan? Sebab tak jarang kita hidup
lebih mengutamakan apa yang menguntungkan diri kita. Supaya kita mendapat uang
untuk membeli kebutuhan kita, termasuk untuk rekreasi dan kesenangan kita.
·
Apakah
kita puas hanya mengetahui apa yang dijabarkan dalam Alkitab sehingga sikap
kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi, bisa berargumen tanpa mempertimbangkan
perasaan orang lain? Lalu lebih banyak menghakimi orang lain berdasarkan hukum benar-salah,
dengan asumsi kita lebih benar ketimbang orang lain?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
· Apakah kita menimbang berbagai peristiwa dari banyak
sudut pandang, serta mempergunakan perasaan kita dalam menilai dan menyikapi
beraneka persoalan di sekitar kita?
· Rindukah kita berinteraksi dengan Roh Kudus, yang memampukan
kita memahami berbagai karunia dari Allah?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
·
Apakah
hidup kita menyenangkan orang lain? Atau lebih banyak mendatangkan kegembiraan
bagi kita dan keluarga kita saja?
·
Apakah
kita berusaha mewujudkan apa yang Kristus pikirkan?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:
·
Keluarga
kita bisa terbiasa mengampuni satu sama lain, tidak mempersoalkan hal-hal
besar, apalagi yang kecil dan remeh
·
Keluarga kita terus
saling mengasihi, bukan demi kesenangan diri tapi agar bisa berlatih saling
menyenangkan anggota, sehingga lama kelamaan juga bisa menyenangkan orang lain
di luar anggota keluarga kita
Nyanyian Umat
NKB 156 – Angkat Hatimu
1.
Angkat hatimu, angkat
pada Tuhan.
Ucaplah syukur, syukur kepada-Nya.
Sungguh pantaslah, Bapa Mahakuasa.
sungguh pantaslah kini dan abadi.
dan di mana pun bersyukur pada-Nya!
2.
Kami bersyukur atas
ciptaan-Mu,
atas kasih-Mu dan perjanjian-Mu,
atas Putra-Mu, Yesus Jurus’lamat,
atas Roh Kudus dan segala rahmat;
kami bersyukur, bersyukur pada-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar