KESETIAAN PADA PERNIKAHAN - Selasa, 8 Oktober 2024

Selasa, 8 Oktober 2024 – KESETIAAN PADA PERNIKAHAN

NYANYIAN PEMBUKA
PKJ 138 – SETIAMU, TUHANKU, TIADA BERTARA
Syair: Great Is Thy Faithfulness, Thomas O, Chisholm, 1923,
Terjemahan: E. L. Pohan, +/- 1976/Yamuger, 1982,
Lagu: William M. Runyan, 1923
 
SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara,
di kala suka, di saat gelap.
KasihMu, Allahku, tidak berubah,
Kaulah Pelindung abadi, tetap.
Refrein:
SetiaMu, Tuhanku, mengharu hatiku,
setiap pagi bertambah jelas.
Yang kuperlukan tetap Kau berikan,
sehingga akupun puas lelas *).
 
Musim bertanam dan musim tuaian,
surya, rembulan di langit cerah,
bersama alam memuji, bersaksi
tentang setiaMu tak bercela.

 


DOA PEMBUKA

BACAAN ALKITAB      

1 KORINTUS 7:10-16

 

RENUNGAN

Dalam kehidupan keluarga Kristen, tantangan dan godaan tidak dapat dihindari. Setiap hari, pasangan suami istri dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari perbedaan pendapat, godaan, hingga pertanyaan tentang kesetiaan. Di tengah situasi yang semakin modern, pernikahan sering kali terguncang oleh perbedaan nilai, keinginan, dan bahkan iman. Pada titik ini, banyak keluarga Kristen merasakan pergumulan dalam menjaga kesatuan keluarga dan komitmen di hadapan Tuhan.

Salah satu isu yang sering kali mengemuka adalah ketika salah satu pasangan mungkin tidak lagi sejalan dalam iman, atau bahkan tidak percaya kepada Tuhan. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana kita mempertahankan pernikahan di tengah perbedaan keyakinan dan tantangan spiritual?

Dalam surat 1 Korintus 7:10-16, Rasul Paulus memberikan nasihat penting tentang hubungan suami istri, khususnya mengenai pernikahan antara orang percaya dan yang tidak percaya. Kita melihat bagaimana Paulus menegaskan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Tuhan menghendaki agar pernikahan dijaga dengan komitmen yang kuat. Bagi pasangan Kristen, ini adalah panggilan untuk terus berpegang pada janji pernikahan yang telah diikrarkan di hadapan Tuhan, bahkan ketika menghadapi tantangan yang berat.

Namun, dalam ayat-ayat berikutnya, Paulus juga mengakui bahwa ada situasi di mana perbedaan iman bisa menjadi konflik besar dalam keluarga. Ketika salah satu pasangan adalah orang percaya dan yang lainnya tidak, Paulus memberikan petunjuk betapa pentingnya kesediaan untuk hidup berdampingan meskipun ada perbedaan dalam iman. Sebagai orang percaya, pasangan dipanggil untuk tetap tinggal dan mengasihi, selama ada kesediaan dari pihak yang tidak percaya untuk tetap bersama. Kasih yang setia dan tulus dalam pernikahan dapat menjadi kesaksian yang kuat tentang kasih Kristus bagi mereka yang belum percaya.

Dalam konteks modern, pesan ini sangat relevan. Banyak keluarga Kristen mungkin menghadapi situasi di mana salah satu pasangan tidak sejalan dalam iman. Firman ini mengingatkan kita bahwa, melalui kasih yang berakar pada Kristus, seorang istri atau suami yang beriman bisa membawa pengaruh positif bagi pasangan yang tidak percaya. Kesetiaan dan kesabaran dalam kasih bisa menjadi sarana Tuhan untuk menyentuh hati pasangan dan bahkan membawa mereka kepada pengenalan akan Kristus.

Selain itu, Paulus juga memberi kebebasan dalam kasus di mana pasangan yang tidak beriman memutuskan untuk pergi. Di sini, Paulus menegaskan bahwa orang percaya tidak diperbudak oleh situasi tersebut. Namun, prinsip dasarnya tetap bahwa kasih dan kesetiaan harus menjadi fondasi utama dalam pernikahan.

Pernikahan adalah panggilan suci yang harus dipelihara dengan kesetiaan, bahkan di tengah perbedaan iman dan tantangan duniawi. Tuhan menghendaki agar pasangan Kristen tetap berkomitmen untuk mengasihi dan mendukung satu sama lain, mengingat bahwa pernikahan itu kudus di hadapan-Nya.

Bagi keluarga Kristen, ini adalah undangan untuk selalu kembali kepada nilai-nilai kasih yang berpusat pada Kristus. Meskipun godaan dan tantangan bisa datang, kasih yang sejati dan keteguhan dalam iman akan memampukan keluarga untuk tetap bersatu. Dengan mengandalkan Tuhan, kita percaya bahwa setiap keluarga bisa menjadi saksi hidup dari kasih dan kesetiaan yang tak tergoyahkan, yang pada akhirnya membawa berkat dan damai sejahtera

 

DOA SYAFAAT

·      Gereja yang peduli dan menyatu dengan masyarakat.

 

NYANYIAN PENUTUP
GITA BAKTI 69 - KUMULAI DARI DIRI SENDIRI
Syair dan Lagu: Pontas Purba 2005
 
Kumulai dari diri sendiri
untuk melakukan yang terbaik.
Kumulai dari diri sendiri,
hidup jujur dengan hikmat Tuhanku.
Tekadku Tuhan: mengikut-Mu selama hidupku,
berpegang teguh kepada iman dan percayaku.
Akan kumulai dari diriku
melakukan sikap yang benar.
Biar pun kecil dan sederhana,
Tuhan dapat membuat jadi besar.
 
Kumulai dari keluargaku
menjadi pelaku Firman-Mu.
S'lalu mendengar tuntunan Tuhan,
berserah pada rencana kasih-Mu.
Kadang-kadang lain
jawaban Tuhan atas doaku.
Kupegang teguh,
Tuhanku memberikan yang terbaik
Kumulai dari keluargaku,
hidup memancarkan kasih-Mu.
Walau 'ku lemah dan tidak layak,
kuasa Tuhan menguatkan diriku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...