(Senin, 12 Agustus 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
KUSIAPKAN HATIKU, TUHAN
(PKJ 15)
Kusiapkan hatiku, Tuhan,
menyambut firman-Mu, saat ini.
Aku sujud menyembah Engkau
dalam hadirat-Mu, saat ini.
Curahkanlah pengurapan-Mu
kepada umat-Mu, saat ini.
Kusiapkan hatiku, Tuhan,
mendengar firman-Mu.
Firman-Mu, Tuhan, tiada berubah,
Sejak semulanya dan s'lama-lamanya,
tiada berubah.
Firman-Mu, Tuhan, penolong hidupku,
Kusiapkan hatiku, Tuhan,
menyambut firman-Mu.
Pembacaan Mazmur 57
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : 2 Samuel 15 : 13-31
Perjanjian Baru : Efesus 5 : 1-14
Renungan
Suatu kali, Parti sedang menghadiri sebuah pesta pengucapan syukur yang diadakan oleh temannya. Acara itu dihadiri oleh banyak orang. Seperti pesta pengucapan syukur lainnya, setelah selesai ibadah dan doa, maka tibalah acara untuk beramah tamah. Sang tuan rumah menyediakan aneka makanan di sebuah meja panjang. Para tamu dipersilahkan untuk mengambil makanan secukupnya. Ada nasi beserta dengan sayur dan lauk pauk yang cukup lengkap. Ada makanan kecil. Ada juga minuman dan es buah yang dihidangkan di atas meja itu. Para tamu secara bergiliran mengambil makanan dan minuman. Mereka antri berbaris. Parti ada diurutan paling belakang, karena dia duduk di bagian luar rumah dan agak jauh dari meja makan tersebut.
Tiba giliran Parti untuk mendekati meja makan itu, dia mengambil piring, mengisinya dengan nasi, lalu ia bergeser ke bagian sayur dan lauk pauk. Betapa terkejutnya dia ketika dia mulai mengambil sayur, dia mencoba untuk mengambil apa yang masih tersisa dan ternyata sayur itu tinggal kuah dan tidak ada isinya, akhirnya ia pun mengambil sedkit kuah sayur itu dan menuangkannya ke dalam piring nasinya. Demikian juga ketika dia berada pada bagian lauk pauk, ia hanya melihat di atas meja itu tersisa tempe dan tahu, sementara ayam goreng, ikan goreng, dan teman-temannya telah habis diambil oleh mereka yang lebih dahulu antri. Parti pun akhirnya mengambil satu tempe goreng dan sambal sebagai teman buat makan nasi kuah yang ada di piringnya.
Ketika dia mulai berjalan menuju ke tempat duduknya, iseng-iseng dia pun melirik ke piring yang dipegang oleh orang-orang yang telah lebih dahulu mengantri. Mereka sekarang telah duduk di tempat duduk mereka masing-masing dan menikmati apa yang ada di piring mereka. Terlihat beberapa orang mengambil 2 potong ayam goreng, ada yang mengambil 2 ikan goreng, ada yang mengambil satu ayam goreng dan satu ikan goreng. Piring-piring mereka penuh dengan makanan dan lauk pauk yang sangat lengkap dan berlimpah. Sementara piring Parti hanya terisi nasi kuah dan tempe goreng. Dalam hati, Parti pun berujar: "Nasib orang yang antri belakangan ya seperti ini, tidak mendapatkan bagian seperti yang antri duluan."
Begitulah gambaran hidup manusia pada umumnya. Dalam banyak kesempatan manusia cenderung menjadi pribadi yang egois. Apalagi di tengah situasi yang genting atau darurat. Tidak sedikit orang yang hanya berfokus pada dirinya sendiri dan tidak memikirkan orang lain yang ada di sekitarnya. Yang penting dirinya selamat. Yang penting dirinya kenyang dan tidak kelaparan. Urusan orang lain, ya biarkan mereka sendiri yang mengurusnya. Kenapa mesti saya yang harus memikirkan mereka? Begitulah kira-kira gambaran singkatnya.
Sikap yang seperti itu tentu bukanlah sikap yang perlu untuk dipertahankan atau diikuti dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Hari ini kita justru diajak untuk belajar dari sikap Daud yang layak untuk dicontoh dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Di tengah ancaman yang datang dari Absalom, Daud tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya dan keluarganya saja, melainkan ia masih berusaha untuk memikirkan yang terbaik bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia tidak mau membiarkan orang-orang di sekitarnya mengalami celaka. Oleh karena itu, ketika diketahui bahwa hati orang Israel telah condong kepada Absalom, maka Daud mengajak orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk melarikan diri dari Yerusalem, agar tidak terjadi pertumpahan darah di sana.
Bahkan ketika Daud melihat Itai yang pada waktu itu merupakan orang yang terakhir bergabung dengan kelompoknya, Daud memerintahkan agar Itai kembali saja bersama sanak keluarganya, karena pasukan Absalom tidak mengetahui bahwa Itai dan saudara-saduaranya adalah bagian dari kelompok Daud. Mereka akan selamat jika mereka kembali dan tidak pergi bersama Daud. Justru jika Itai tetap ikut dengan Daud, maka hal itu akan berbahaya dan mengancam keselamatan Itai dan saudara-saudaranya. Daud melakukan itu, semata-mata untuk keselamatan dan kebaikan Itai dan saudara-saudaranya. Namun, Itai telah mengambil keputusan untuk tetap mengikuti Daud ke manapun Daud pergi.
Apa yang ditunjukkan Daud ini adalah sebuah sikap yang baik. Sekalipun dia sedang terjepit dan terhimpit oleh tekanan Absalom dan kelompoknya. Dia tidak semata-mata berpikir untuk keselamatan dirinya sendiri. Dia masih berupaya untuk memikirkan kelangsungan hidup orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sikap seperti inilah yang perlu kita teladani dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan masa kini. Di tengah segala kesulitan dan himpitan kehidupan, jangan sampai kita menjadi manusia yang egois; yang hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Tetaplah menjadi manusia yang juga turut memikirkan keberlangsungan hidup umat Tuhan yang lain, sekalipun hidupmu sendiri sedang penuh dengan pergumulan. Itulah yang Tuhan kehendaki. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah agar masyarakat tetap berusaha untuk menjaga lingkungan di sekitarnya tetap bersih dan nyaman buat menjalani kehidupan.
Nyanyian Penutup
AKU HENDAK TETAP BERHATI TULUS
(NKB 193: 1, 3)
Aku hendak tetap berhati tulus,
kar'na teman mempercayaiku.
Aku hendak tetap berjalan lurus.
kar'na teman t'lah mengasihiku;
kar'na teman t'lah mengasihiku.
Aku hendak tetap menjadi kawan
bagi yang hatinya penat, sendu.
Dan kasihku ingin t'rus 'ku bagikan,
serta imbalan tiada 'ku perlu;
serta imbalan tiada 'ku perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar