(Selasa, 21 Mei 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
Roh Kudus, Turunlah
(KJ 233: 1-2)
Roh Kudus turunlah dan tinggal dalam hatiku,
dengan cahaya kasih-Mu terangi jalanku!
Api-Mulah pembakar jiwaku,
sehingga hidupku memuliakan Tuhanku.
Bagaikan surya pagi menyegarkan dunia,
kuasa-Mu membangkitkan jiwa layu dan lemah.
Curahkanlah berkat karunia;
Jadikan hidupku pada-Mu saja berserah!
Pembacaan Mazmur 104: 24-34, 35b
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Kejadian 11: 1-9
Perjanjian Baru : 1 Korintus 12: 12-27
Renungan
Diversity atau keragaman adalah anugerah Allah yang memperkaya kehidupan umat manusia. Sejak semula Allah menciptakan dunia, Allah telah menciptakannya dalam keragaman. Allah menciptakan berbagai-bagai macam mahkluk hidup dengan segala keunikannya untuk hidup di darat, air dan udara. Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan dengan berbagai macam varietas. Bahkan Allah menciptakan manusia dengan jenis kelamin yang berbeda. Semua ini menunjukkan bahwa memang sejak semula, dunia ini didisain Allah dalam sebuah keragaman.
Namun manusia terkadang tidak mampu untuk menerima kenyataan itu dalam hidupnya. Manusia terkadang memilih untuk hidup dan bergaul dengan orang-orang yang dianggapnya sama. Mereka merasa nyaman kalau berada di tengah lingkungan yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Peristiwa pembangunan menara Babel yang dicatat dalam kitab Kejadian 11: 1-9 menjadi gambaran bagaimana manusia menginginkan keseragaman dalam hidupnya. Mereka berusaha untuk mempertahankan keseragaman mereka dengan membangun penanda yang berupa menara yang menjulang tinggi, sehingga terlihat dari kejauhan. Hal ini mereka lakukan agar mereka tidak terpisah satu dengan yang lain. Mereka telah menjadi nyaman dengan keseragaman yang ada pada mereka. Melihat hal itu, Allah kemudian mengacaubalaukan mereka dengan memberikan kepada mereka beraneka macam bahasa, sehingga mereka tidak dapat saling mengerti satu dengan yang lain. Akhirnya manusia terserak ke berbagai tempat dengan keunikan bahasa yang Allah berikan kepada mereka.
Keenganan manusia menerima keragaman juga nampak dalam kehidupan Jemaat yang tinggal di kota Korintus. Bacaan kita dalam 1 Korintus 12: 12-27 menggambarkan kepada kita tentang anugerah yang Allah berikan kepada Jemaat Korintus. Mereka dianugerahi dengan berbagai-bagai karunia yang berbeda-beda. Namun ternyata anugerah itu justru membuat mereka saling menghakimi dan merendahkan. Mereka menganggap orang yang memiliki karunia yang tidak sama dengan mereka, bukanlah bagian dari mereka. Hal itulah yang diluruskan oleh Paulus dalam suratnya ini.
Paulus mengingatkan tentang keberadaan mereka sebagai tubuh Kristus. Namanya tubuh pasti banyak anggotanya. Setiap anggota memiliki bentuk, fungsi, dan keahlian yang berlainan. Tangan berbeda dengan kaki, mata berbeda dengan telinga, mulut berbeda dengan hidup. Namun sekalipun mereka berbeda, mereka merupakan anggota satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, mereka diajak untuk hidup bersama dan saling melengkapi. Justru dengan keragaman itu, sejatinya Allah telah memperkaya persekutuan mereka. Yang dibutuhkan adalah kesediaan untuk saling menerima, memahami, dan melengkapi. Jangan sampai yang satu menganggap diri lebih penting dari yang lain. Sebab masing-masing punya keunikannya.
Demikian jugalah dalam kehidupan kita di masa sekarang ini. Sebagai umat Tuhan kita pun di tempatkan di tengah komunitas yang beragam. Dalam keluarga saja, kita pasti memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Apalagi dalam komunitas gereja dan masyarakat luas, pasti akan semakin nampak perbedaan yang ada di antara kita. Sikap yang perlu kita miliki dalam menghadapi diversity adalah kesediaan untuk saling menerima, memahami, dan melengkapi. Jika sikap seperti ini ada dalam diri kita, maka keragaman akan kita lihat sebagai sesuatu yang memperkaya hidup kita, sebab itulah yang dianugerahkan Tuhan bagi kita. Mereka yang berbeda bukan musuh kita, melainkan sesama yang dapat melengkapi kekurangan dan kelemahan kita. Oleh karena itu, hiduplah bersama dengan mereka dalam keterbukaan untuk saling menerima. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah untuk gereja dan masyarakat Indonesia agar dapat saling membangun hubungan yang baik, sehingga konflik-konflik sosial yang mengatasnamakan agama dapat semakin dikikis dalam kehidupan bangsa ini.
Nyanyian Penutup
Aku Gereja, Kau Pun Gereja
(KJ 257: 1-2)
Refrain:
Aku Gereja, kau pun Gereja
Kita sama-sama Gereja
dan pengikut Kristus di seluruh dunia
Kita sama-sama Gereja
Gereja bukanlah gedungnya,
dan bukan pula menaranya;
bukalah pintunya, lihat di dalamnya,
Gereja adalah orangnya.
(kembali ke refrain)
Berbagai macam manusia,
terdiri dari bangsa-bangsa,
lain bahasanya dan warna kulitnya,
tempatnya pun berbeda juga.
(kembali ke refrain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar