Kamu yang Mana: Anak Allah atau Anak Iblis?

 (Senin, 15 April 2024)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

'Ku Ingin Berperangai

(NKB 122: 1-2)

 

'Ku ingin berperangai laksana Tuhanku,

lemah lembut dan ramah, dan manis budiku.

Tetapi sungguh sayang, ternyata 'ku cemar

Ya Tuhan, b'ri 'ku hati yang suci dan benar.


'Ku ingin ikut Yesus mencontoh kasih-Nya,

menghibur orang susah, menolong yang lemah.

Tetapi sungguh sayang, ternyata 'ku cemar

Ya Tuhan, b'ri 'ku hati yang suci dan benar.


Pembacaan Mazmur 150

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama : Yeremia 30: 1-11a

Perjanjian Baru : 1 Yohanes 3: 10-16


Renungan 

    Tahukah Anda apa bedanya orang yang sedang bahagia dan orang yang sedang sedih? Tahu dong, orang yang sedang bahagia, biasanya dia selalu riang, nada bicaranya penuh dengan semangat, dan dia akan sangat anutusias dalam bercerita atau berkomunikasi dengan orang lain. Sementara orang yang sedang sedih cenderung memilih menyendiri di tengah keramaian, susah untuk tersenyum kepada orang lain, nada bicaranya kurang semangat, dan terkadang mudah untuk mengeluarkan air mata tiap kali menceritakan apa yang sedang dialaminya. Yah... itulah bedanya antara orang yang sedang bahagia dan sedang sedih.

    Sekarang, pertanyaannya, tahukah Anda apa bedanya anak Allah dan anak Iblis? Menurut surat 1 Yohanes 3: 10-16 setidaknya ada dua hal besar yang menunjukkan perbedaan antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis. 

    Pertama, anak-anak Allah adalah orang-orang yang selalu berbuat kebenaran dalam kehidupannya, sementara anak-anak Iblis adalah orang-orang yang tidak berbuat kebenaran dalam hidupnya. Jadi perbedaannya dapat dilihat dari perbuatan yang dilakukan oleh mereka. Apakah orang itu berbuat benar atau tidak? Jika dia selalu berusaha berbuat benar dalam kehidupannya, maka dia termasuk sebagai anak-anak Allah. Jika dia memiliki kecenderungan untuk berbuat yang tidak benar, maka dia termasuk dalam kategori anak-anak Iblis. Sebab, Iblis lebih suka ketika benaran daripada kebenaran. Itu yang pertama.

    Yang kedua, perbedaannya terletak pada cara orang itu memperlakukan sesamanya. Apakah dia memperlakukan sesamanya dengan penuh kasih atau tidak. Jika dia memperlakukan sesamanya dengan penuh kasih, maka dia adalah anak-anak Allah, sebab Allah adalah kasih dan barangsiapa mengaku sebagai anak Allah, maka dia harus hidup dalam kasih. Sementara jika dia memperlakukan sesamanya dengan penuh kebencian, maka dia adalah anak-anak Iblis. Sebab kejahatan selalu dimulai dari kebencian. Oleh karena itu, siapa yang hidup dalam kebencian dengan sesama, maka dia akan cenderung bersikap dan berbuat jahat terhadap sesamanya. Dan barangsiapa berbuat jahat terhadap orang lain, maka dia adalah anak-anak Iblis.

    Nah, sekarang, bagaimana dengan diri kita nih? Apakah kita sudah hidup sebagai anak-anak Allah atau belum? Dari dua perbedaan itu, kira-kira kita ada di posisi yang mana? Apakah kita sudah selalu berusaha berbuat benar dalam kehidupan kita dan selalu berusaha mengasihi sesama kita atau belum? Jika kita sudah berusaha untuk mempraktikkan keduanya itu dalam kehidupan kita, maka kita layak disebut sebagai anak-anak Allah. Oleh karena itu, mari kita berjuang dan terus berusaha untuk berbuat benar dan mengasihi sesama kita dalam kehidupan kita, agar kita tetap menjadi anak-anak Allah. Tuhan memberkati. Amin.


Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah agar pemerintah dimampukan untuk menjalankan tugas kepemimpinannya dengan baik, sehingga damai sejahtera semakin terwujud di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam ini.


Nyanyian Penutup

 

Aku Hendak Tetap Berhati Tulus

(NKB 193: 1, 3, 4)

 

Aku hendak tetap berhati tulus

kar'na teman mempercayaiku.

Aku hendak tetap berjalan lurus,

karna teman t'lah mengasihiku;

kar'na teman t'lah mengasihiku.


Aku hendak tetap menjadi kawan

bagi yang hatinya penat, sendu.

Dan kasihku ingin t'rus 'ku bagikan,

serta imbalan tiada 'ku perlu;

serta imbalan tiada 'ku perlu.


Aku hendak rendah hati selalu,

karna 'ku tahu betapa 'ku lemah.

Aku hendak menolong sesamaku;

Allah Esa selalu 'ku sembah;

Allah Esa selalu 'ku sembah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...