Perjalanan Hidup Orang Beriman

(Selasa, 27 Februari 2024)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

Tuhan, Tolonglah, Bangunkan Iman

(PKJ 282: 1-2)

 

Tuhan tolonglah bangunkan iman;

pulihkanlah kasih yang remuk.

Tuhan tolonglah bangunkan iman;

pulihkanlah kasih yang remuk.

Ubahlah hatiku, jamahlah diriku

biar di tangan-Mu berbentuk.

Tuhan tolonglah bangunkan iman;

pulihkanlah kasih yang remuk.


Hati bersujud, jiwa menyembah;

hidupku masyhurkan kasih-Mu.

Hati bersujud, jiwa menyembah;

hidupku masyhurkan kasih-Mu.

T'rimalah baktiku, layakkan diriku

untuk kemuliaan nama-Mu.

Hati bersujud, jiwa menyembah;

hidupku masyhurkan kasih-Mu.


Pembacaan Mazmur 105: 1-11, 37-45

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama : Kejadian 22: 1-19

Perjanjian Baru : Ibrani 11: 1-3


Renungan 

    Hidup sebagai orang beriman di tengah dunia terkadang memperhadapkan kita pada tantangan-tantangan yang tidak mudah untuk kita hadapi. Tak jarang kita harus berhadapan dengan pengalaman-pengalaman yang membawa kita dalam pergumulan hidup yang menantang iman kita. Berbagai persoalan-persoalan hidup kadang membuat iman kita menjadi goyah. Di tengah situasi kehidupan yang demikian ini, kita diajak untuk belajar dari kisah perjuangan Abraham dalam mewujudkan imannya di tengah kehidupannya. Sebagai seorang ayah yang merindukan hadirnya keturunan, sejatinya Abraham telah mendapatkan apa yang selama ini ia nantikan. Dan ternyata penantian yang begitu panjang itu, bukanlah penantian yang sia-sia. Kepercayaannya kepada janji Tuhan yang akan memberikan keturunan dari rahim  Sara pada akhirnya terwujud juga. Kehadiran Ishak dalam kehidupan keluarganya merupakan jawaban atas penantiannya panjang yang selama ini ia hadapi. 

    Namun, kini Abraham harus menghadapi babak baru dalam perjalanan imannya. Allah berfirman kepadanya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kej 22:2). Abraham harus berhadapan dengan perintah Allah yang sangat tidak mudah untuk ia lakukan.  Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak bagi Tuhan. Sebuah perintah yang secara logika layak untuk ditolak oleh setiap orang tua yang memiliki anak dalam kehidupan ini. Bagaimana mungkin seorang ayah rela mempersembahkan anaknya sendiri? Jikalau ada perintah yang seperti ini, maka perintah ini pantaslah untuk ditolak. Sebab, yang namanya orang tua justru bertanggungjawab untuk merawat dan menjaga anaknya, bukan mengorbankan anaknya. Jika ada orang tua yang mengorbankan anak sendiri, maka dia akan dianggap dan dipandang sebagai orang tua yang tidak memiliki kasih. Orang tua yang tidak memiliki hati.

    Di sinilah iman Abraham diuji. Apa yang nantinya dia pilih sebagai keputusannya akan menunjukkan seperti apa imannya kepada Allah. Apakah dia akan lebih memilih untuk menolak perintah itu dengan alasan kasih sayang kepada anaknya? Atau dia akan tetap melakukan perintah itu sebagai wujud kesetiaannya kepada Allah yang telah memberikan anak kepadanya? Jika kita membaca Kejadian 22: 1-19, maka kita menemukan apa yang menjadi pilihan Abaraham. Ia tetap memilih untuk mengikuti perintah itu. Pilihan Abraham ini menunjukkan betapa besarnya iman Abraham kepada Allah dan betapa dia mengenal betul siapa Allah yang telah berfirman kepadanya itu. Ia menyakini bahwa Allah yang dipercayainya adalah Allah yang tidak setega itu. Ia percaya bahwa pada waktunya nanti Allah sendirilah yang akan menyediakan korban pengganti untuk Ishak. Sebab itulah, ketika Ishak bertanya, Abraham menjawab: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." (Kej. 22:8)

    Belajar dari kisah perjalanan iman Abraham ini, kita diingatkan bahwa iman terbentuk dari penggenalan yang benar tentang Allah. Kita akan dapat semakin beriman kepada-Nya, jika kita mengenal siapa Dia yang telah memanggil kita dalam kehidupan ini. Tanpa penggenalan yang benar tentang Allah, tidaklah lahir iman yang kuat kepada-Nya. Oleh karena itu, betapa pentingnya di dalam perjalanan hidup kita sebagai orang beriman, kita terus belajar mengenali Allah kita, supaya ketika kita diperhadapkan pada pilihan-pilihan dalam kehidupan ini, kita dapat memilih hal-hal yang sesuai dengan kehendak Allah tanpa ragu, dengan berlandaskan iman kita kepada Allah. Tuhan memberkati. Amin.


Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk Gereja agar terus tergerak membantu masyarakat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dapat mereka kerjakan di tengah pelayanan mereka.


Nyanyian Penutup

 

Ya Tuhan, Kuatkan Imanku

(PKJ 249: 1-3)

 

Ya Tuhan, kuatkan imanku,

jauhkan dari pencobaan

dan bimbing hamba-Mu selalu

setia turut kehendak-Mu.


Ya Tuhan, Kaulah Pelindungku,

bersama-Mu tenang hidupku.

Si Jahat pun tak 'kan berdaya

jikalau Tuhan besertaku.


Ya Tuhan, 'ku yakin kuasa-Mu

menuntun setiap langkahku.

Ajarlah aku menyerahkan diriku

ke dalam tangan-Mu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025