(Selasa, 30 Januari 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
Yang Mau Dibimbing oleh Tuhan
(KJ 379 : 1, 3, 4)
Yang mau dibimbing oleh Tuhan
dan yang berharap tak henti,
akan mendapat pertolongan,
bahkan di saat terpedih.
Tuhanlah dasar imannya,
bukanlah pasir alasnya.
Biar jiwamu kautenangkan,
tabahkan hati yang sendu:
Yang Mahatahu kauandalkan,
kasih-Nya cukup bagimu.
Tuhan telah memilihmu
dan Ia tahu yang kau perlu.
Pada-Nya ada sukacita;
nantikan saja waktunya.
Bila kau tulus dan setia,
Tuhan menolong segera.
Ia beri berkat penuh
yang tak terduga olehmu.
Pembacaan Mazmur 35 : 1-10
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Bilangan 22 : 22-28
Perjanjian Baru : 1 Korintus 7 : 32-40
Renungan
"Kapan kamu nikah? Tuh lihat, teman-teman yang seusiamu sudah banyak yang nikah loh. Apa kamu ga malu kalau seandainya bertemu dengan mereka?"
"Kamu mau sampai kapan hidup melajang begini? Ingat, papa dan mama sudah semakin tua. Papa dan mama tidak ingin kamu hidup sendirian. Makanya, cepat cari pasangan."
"Nak, akhir-akhir ini, kamu perhatikan tidak bu Jojo, tetangga sebelah rumah kita? Betapa bahagianya dia ya. Tiap pagi bisa jalan-jalan sama cucunya. Bercanda dan bermain dengan bahagia. Kapan ya kira-kira ibu bisa seperti dia?"
Itulah sepenggal kalimat-kalimat yang seringkali diucapkan oleh orang tua-orang tua yang sangat merindukan anak atau anak-anaknya segera menikah. Mereka menyampaikan harapan dan kerinduan itu dengan maksud yang baik. Mereka tidak ingin anak atau anak-anak mereka mengalami kesendirian dalam hidup. Mereka merindukan hadirnya generasi penerus yang akan meneruskan kekerabatan dalam kehidupan mereka. Sebab, dengan menikah dan hadirnya generasi yang akan meneruskan kekerabatan, maka kelak mereka tidak akan sebatang kara dalam hidup ini. Tidak ada maksud yang lain, selain demi kebaikan mereka. Setidaknya itulah yang membuat mengapa banyak orang tua terus mendorong dan mengingatkan anak atau anak-anak mereka untuk memikirkan tentang masa depan hidup mereka, terutama dalam hal perkawinan atau pernikahan.
Tentu menyampaikan harapan dan kerinduan yang baik bagi anak atau anak-anak bukanlah hal yang salah. Apalagi jika kerinduan dan harapan itu adalah hal yang baik bagi masa depan anak atau anak-anak. Itu adalah hal yang mulia. Namun, juga harus diingat oleh setiap orang tua, agar jangan sampai maksud baiknya itu justru dimaknai secara salah oleh anak atau anak-anak mereka. Tidak sedikit, kita menjumpai anak atau anak-anak yang justru merasa tertekan tiap kali orang tuanya berbicara soal rencana perkawinan. Mereka merasa dipaksa dan diintimidasi dengan perntanyaan-pertanyaan yang terus menerus diulang oleh orang tua mereka tentang "kapan nikah". Alhasil, mereka cenderung risih dan merasa tidak dipahami dan dimengerti.
Bicara tentang hidup dalam pernikahan, firman Tuhan yang dicatat dalam 1 Korintus 7:32-40 dengan jelas menyadarkan kepada kita bahwa itu adalah hal yang baik. Namun, jangan sampai dilakukan karena keterpaksaan atau tekanan. Keputusan untuk menikah atau tidak menikah, lalu soal kapan waktunya menikah, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu semua sebaiknya diambil dalam kesadaran dan kebebasan dari orang yang akan menjalaninya. Bukan karena paksaan dari orang lain atau tekanan dari pihak lain. Oleh karena itu, Paulus mengajak kepada kita untuk tidak kuatir jika hari ini masih ada orang yang mengambil pilihan untuk tidak menikah dulu. Sebab, keputusan untuk menikah atau tidak menikah di mata Tuhan sama baiknya, sejauh keputusan itu diambil kesadaran dan tanpa paksaan.
Tuhan mengetahui apa yang baik bagi anak-anak-Nya. Jika memang Tuhan menghendaki seseorang itu menikah, maka pada waktunya nanti, pastilah Tuhan akan memperjumpakan orang itu dengan calon pasangannya. Namun, jika Tuhan menghendaki orang itu untuk hidup sendiri demi kemuliaan nama Tuhan, maka Tuhan juga pasti akan memelihara hidup orang itu dengan cara-Nya yang ajaib. Seperti yang Ia lakukan terhadap Bileam. Bacaan kita dalam Bilangan 22:22-28 memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana Tuhan menjagai hidup Bileam sedemikian rupa. Tuhan tidak ingin Bileam mengalami kecelakaan. Sebab itu, Tuhan melakukan banyak cara untuk menghindarkan Bileam dari hal-hal yang dapat mencelakai hidupnya.
Demikian jugalah yang akan Tuhan lakukan terhadap anak-anak-Nya. Ia pasti tidak membiarkan mereka menempuh perjalanan hidup yang akan membuatnya celaka. Jika Tuhan menghendaki anak-anak-Nya hidup dalam lembaga pernikahan, maka pastilah pernikahan itu akan menjadi berkat buat mereka. Jika Tuhan menghendaki anak-anak-Nya hidup tanpa menikah, maka Tuhan juga akan tetap memelihara anak-anak-Nya dan tidak akan membiarkan mereka mengalami celaka dalam hidup mereka.
Oleh karena itu, keputusan menikah atau tidak menikah biarlah didasarkan pada kesadaran diri akan panggilan Tuhan dalam kehidupan anak-anak kita. Jangan paksa mereka. Namun, doronglah mereka untuk melibatkan Tuhan dalam mempergumulkan masa depan mereka. Bimbinglah mereka untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan dalam kehidupan mereka. Biarlah mereka mempergumulkannya secara serius bersama dengan Tuhan. Yakin dan percayalah, Tuhan pasti punya rencana yang baik bagi hidup anak-anak kita. Jika memang Tuhan menghendaki mereka menikah, pasti pada waktunya nanti, Tuhan akan mewujudkan rencana itu dalam kehidupan mereka. Bersabarlah... Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah agar gereja tetap memiliki kepedulian terhadap pergumulan-pergumulan yang terjadi di tengah masyarakat, sehingga kehadiran gereja dapat terus memberi dampak yang baik bagi lingkungan di sekitarnya.
Nyanyian Penutup
Tak 'Ku Tahu 'kan Hari Esok
(PKJ 241 : 1, 3)
Tak 'ku tahu 'kan hari esok,
namun langkahku tegap.
Bukan surya kuharapkan,
kar'na surya 'kan lenyap.
O, tiada 'ku gelisah,
akan masa menjelang;
'ku berjalan serta Yesus,
maka hatiku tenang.
Refrain:
Banyak hal tak kufahami
dalam masa menjelang.
tapi t'rang bagiku ini:
Tangan Tuhan yang pegang.
Tak 'ku tahu 'kan hari esok,
mungkin langit 'kan gelap.
Tapi Dia yang berkasihan,
melindungi 'ku tetap.
Meski susah perjalanan,
g'lombang dunia menderu,
dipimpin-Nya 'ku bertahan
sampai akhir langkahku.
(kembali ke refrain)