Ngegas - 29 Januari 2024

 

TataIbadah

Senin - 29 Januari 2024

Ngegas

 

 

 

Tenang

Berdiamlah selama semenit, rasakan suasana di sekeliling Saudara. Dengarkanlah semilir angin yang bertiup, tanpa kehilangan pendengaran terhadap suara-suara lain di sekitarnya.

Nyanyikanlah pujian dari

KJ 4 – Hai Mari Sembah

 

Hai mari sembah yang Mahabesar,

nyanyikan syukur dengan bergemar.

Perisai umat-Nya, Yang Mahaesa,

mulia nama-Nya, takhta-Nya megah!

 

Hai masyurkanlah keagungan-Nya;

cahaya terang itu jubah-Nya.

Gemuruh suara-Nya di awan kelam;

berjalanlah Dia di badai kencang.

 

Bacalah Mazmur 35 ayat 1 sampai dengan ayat 10

Pilihlah satu bagian ayatnya dan cobalah mengingatnya sebentar. Resapilah bagian itu dan jadikan sebagai pesan penting menjalani hari ini.

 

 

Perenungan Firman

Berdoalah sebelum membaca perikop

Kisah Para Rasul 21.17-26

                                

Renungan

 

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan suasana hati orang yang sedang panas. Tentulah hal ini dipicu oleh situasi dari orang lain yang susah diterima. Misalnya karena seseorang mengangkat kelemahan atau aib orang lain di muka umum, yang membangkitkan kemarahan, dan membuat emosinya sukar dikendalikan, apalagi dihentikan.

 

Tentulah hal semacam ini tidak menyenangkan bagi kehidupan. Juga tidak produktif. Setiap kemarahan yang tidak membuahkan apa-apa hanyalah membuang waktu dan sungguh tidak ada gunanya. Oleh karena itu jelaslah hal semacam ini perlu dihindari oleh setiap orang Kristen.

 

Situasi semacam ini dihadapi oleh seorang teladan Kristen sekaliber Paulus. Saat ia bertemu dengan para pengikut Kristus di Yerusalem dan bergembira bersama mereka di sana, terdengar berita bahwa Paulus mengajar orang-orang Yahudi dan banyak yang menjadi percaya kepada Yesus dan memberlakukan hukum Taurat. Namun ada di antara mereka yang juga percaya tapi tidak memberlakukan hukum Taurat karena katanya mereka diberitahu Paulus agar tidak menaati Taurat karena syarat mengikut Yesus tidak harus mengikuti hukum Taurat.

 

Hal semacam ini tentu bisa membuat Paulus gusar, sebab ia tidak menyatakan hal itu. Selidik punya selidik, ternyata itu ulah para pemimpin agama yang mau menjatuhkan Paulus. Mereka memelintir ucapan Paulus yang menekankan bahwa upacara atau ritual Yahudi serta kepatuhan pada hukum Taurat tidak mendatangkan keselamatan. Yang perlu dilakukan adalah percaya kepada Yesus dan mengikuti keteladanan-Nya. Namun ada yang membuat seakan pernyataan Paulus merupakan ajaran agar tidak perlu menaati hukum Taurat, secara khusus jangan menyunatkan anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat. Hal ini tentu bisa menimbulkan salah paham yang menyudutkan Paulus, sebab bisa jadi orang nanti akan berpikir salah tentang Paulus, seakan Paulus tidak menghormati apa yang selama ini sudah diterima sebagai kebenaran oleh kaum Yahudi.

 

Namun alih-alih marah akibat perbuatan orang itu, Paulus memilih jalan lain. Ia menuruti anjuran orang-orang yang bertemu dengannya di Yerusalem itu, yakni dengan melakukan pentahiran, yakni kebiasaan yang berdasar pada tradisi Yahudi. Hal ini bisa menegaskan bahwa Paulus tidak menentang sikap mempraktekkan ketaatan pada hukum Taurat, dan hal itu justru memberikan persepsi yang lebih positif tentang dirinya.

 

Alih-alih membela diri dan mengambil posisi berseberangan dengan orang-orang yang tak menyukainya, Paulus melangkah secara elegan. Ia memilih tidak berkonflik, apalagi sampai mengumbar emosi yang tak perlu, sehingga menghindari pertikaian yang menghabiskan tenaga dan pikiran serta membangun sikap yang lebih positif.

 

Dalam hidup, kita juga bisa saja mengalami situasi seperti Paulus. Kala terpojok dan harga diri kita dipertaruhkan, kira-kira bagaimana kita menghadapinya? Tetap ngotot membela diri – karena memang tak merasa bersalah – alias ngegas, atau lebih legawa dan mencari jalan yang lebih menenangkan, tidak mencari sensasi yang dramatis? Paulus bisa saja menunjukkan fakta yang sesungguhnya, namun itu bisa membuatnya bekerja keras dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bisa saja orang kemudian membenarkan dia dan menyalahkan orang yang memelintir perkataannya itu. Namun apa gunanya dan apa untungnya? Pilihannya lebih mendatangkan damai sejahtera bagi semua pihak.

 

Jadi, apa yang mau kita pilih?

 

 

Doa Permohonan

Mari memohon agar

1.      Pemerintah membuka peluang masyarakat mempunyai usaha supaya dapat menopang hidupnya dan keluarganya

2.      Persiapan menyongsong Pemilihan Umum, agar berlangsung dalam keamanan, kenyamanan, dan ketertiban. Pemilu tinggal sebentar lho!

 

Menutup ibadah hari ini, mari menyanyikan

PKJ 267 – Damai Di Dunia

 

Damai di dunia dan kitalah dutanya

Damai sejahtera, amalkanlah maknanya,

Allah, Bapa kita, kita anak-Nya,

rukun bersaudara, penuh bahagia.

Damai di dunia dan inilah saatnya.

Ucapkan ikrarmu, jalankan perintah-Nya,

setiap kata dan karya kita memuji nama-Nya.

Damai di dunia, kini dan selamanya.

Kini dan selamanya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025