(Selasa, 25 April 2023)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
Terpujilah Allah
(NKB 3 : 1-2)
Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar,
begitu kasih-Nya 'tuk dunia cemar,
sehingga dib'rilah Putra-Nya kudus
mengangkat manusia serta menebus.
Refrein:
Pujilah, pujilah! Buatlah dunia:
bergemar, bergemar mendengar suara-Nya.
Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya,
b'ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.
Dan darah Anak-Nyalah yang menebus
mereka yang yakin 'kan janji kudus
dosanya betapapun juga keji,
dihapus oleh-Nya, dibasuh bersih.
(kembali ke refrein)
Pembacaan Mazmur 134
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Amsal 8:32 - 9:6
Perjanjian Baru : 1 Petrus 2 : 1-3
Renungan
Jika suatu saat di jalan, Anda membaca rambu lalu lintas yang bertuliskan kalimat berikut: "Awas hati-hati, Jalan berlobang dan bergelombang!", Apa yang kemudian akan Anda lakukan? Apakah Anda akan menambah kecepatan kendaraan Anda atau mengurangi kecepatannya? Tentulah kita akan mengurangi kecepatan kendaraan kita walaupun hanya sedikit. Hal itu kita lakukan agar kita tidak mengalami kecelakaan dan tetap selamat dalam perjalanan hingga tiba di tempat yang kita tuju.
Kecelakaan biasanya terjadi dimulai dari sikap kita terhadap rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang jalan yang kita lalui. Jika kita memperhatikannya dengan baik dan mengambil sikap yang tepat atasnya, maka kita akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan. Demikian pula sebaliknya. Jika kita tidak peduli dan terus mengabaikan rambu-rambu yang ada, maka potensi kecelakaan akan meningkat dalam sepanjang perjalanan yang kita tempuh. Sebab itu diperlukan sikap yang bijaksana dalam menyikapi peringatan-peringatan yang diberikan oleh pihak yang berwajib, melalui rambu-rambu yang ada.
Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan iman kita. Sebagai orang-orang yang beriman, Allah menghendaki kita untuk dapat secara bijaksana menjalani kehidupan. Sebab, dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, selalu saja ada bahaya yang dapat mengancam kehidupan kita. Jika kita tidak bijak dalam menentukan sikap, maka bisa saja arah kehidupan kita tidak lagi menuju pada tujuan kehidupan yang dijanjikan Tuhan. Untuk dapat menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan, kita memerlukan hikmat. Sebab itu, firman Tuhan dalam Amsal 8:35-36 mengatakan: "Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan kepada dia. Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membeci aku, mencintai maut." Kata 'aku' dalam firman Tuhan ini bukanlah menunjuk pada seseorang, melainkan menunjuk pada hikmat. Hal ini sangat jelas terlihat dalam ayat sebelumnya dari Amsal 8, yakni ayat 12 yang berbunyi demikian: "Aku, hikmat, tinggal bersama-sama kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan." Oleh karena itu, hikmat menjadi sangat penting bagi orang beriman dalam menjalani kehidupan ini. Tanpa hikmat, kita tidak akan bisa menjalani kehidupan dengan bijaksana.
Lalu, seperti apa ciri orang yang berhikmat dalam kehidupan ini? Bacaan kita dalam 1 Petrus 2 : 1-3 memberikan kepada kita tuntunan untuk memahaminya. Setidaknya ada 2 ciri dari orang yang berhikmat dalam kehidupan ini.
- Pertama, orang yang berhikmat adalah orang yang tidak melakukan segala sesuatu yang diketahuinya sebagai kejahatan. 1 Petrus 2:1 mengatakan "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah."
- Kedua, orang yang berhikmat adalah orang yang berusaha untuk terus belajar hal-hal yang baik dan yang berguna untuk pertumbuhan iman dan membawa keselamatan. 1 Petrus 2:2 mengatakan "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan."
Sudahkah dua hal itu juga ada dalam kehidupan kita saat ini? Marilah kita merenungkannya....
Doa Syafaat dan Penutup
- Berdoalah bagi setiap orang percaya agar mereka mampu menjalani hidup dengan berhikmat.
- Berdoalah bagi masyarakat Indoesia agar tidak berhenti berjuang dalam merawat kehidupan dengan memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan.
Nyanyian Penutup
'Ku Rindu Mengiring-Mu
(NKB 182 : 1-3)
'Ku rindu mengiring-Mu,
ya Tuhan, dalam hidupku;
Nyatakan maksud hikmat-Mu,
agar 'ku taat pada-Mu.
Segarkan hati yang lesu
dengan kasih-Mu yang teguh.
Arahkan tiap langkahku
dan pimpinlah ke rumah-Mu.
Tabahkan hatiku tetap,
berpaut pada-Mu erat.
Setiap saat dan kerja,
kiranya iman alasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar