DIPANGGIL UNTUK DIBERKATI

 

Tataibadah Harian

Rabu, 25 Januari 2023

“Dipanggil untuk Diberkati”

 

Saat teduh

 

Doa pembukaan

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Nyanyian Bersama

NKB 125 – Kudengar Panggilan Tuhan

 

Kudengar panggilan Tuhan,

kudengar panggilan Tuhan,

kudengar panggilan Tuhan:

“Pikul salib, ikutlah Aku!”

 

          Aku mau mengikut Dia, aku mau mengikut Dia,

          aku mau mengikut Dia, ikut Dia, Yesus, Tuhanku.

 

‘Ku mau ikut walau sukar,

‘ku mau ikut walau sukar,

‘ku mau ikut walau sukar,

‘kan ku ikut Dia s’lamanya.

 

 

 

Pembacaan Mazmur

Mazmur 27.7-14

Dibacakan oleh seorang anggota keluarga

 

Perenungan Sabda

-       Doa persiapan

-       Pembacaan Alkitab:

Kejadian 49.1-2, 8-13, 21-26

Dibacakan oleh seorang anggota keluarga

 

“Dipanggil untuk Diberkati”

 

Pembacaan wasiat seorang ayah kepada anak-anaknya memiliki beberapa makna.

 

Pertama, ia mempercayai anak-anaknya sehingga mau membagikan harta miliknya kepada mereka sebelum ia meninggal. Wasiat tidak selalu diserahkan kepada anak kandung; bisa saja ia diberikan kepada anak angkat, atau bahkan kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan kekerabatan sekalipun. Namun ada faktor kepercayaan besar terhadap orang yang diberikan wasiat tersebut.

 

Kedua, ada semacam pemindahtanganan kekuasaan atau kewenangan. Ketika seorang meninggal, jelaslah ia tidak mungkin bisa meneruskan jabatan atau kedudukan yang dimilikinya. Oleh karena itu, demi kelangsungan kuasa yang selama ini dipegangnya, ia menyampaikan mandat kepada orang lain agar dapat meneruskannya.

 

Ketiga, wasiat menunjukkan bahwa seorang ayah berkenan atau menaruh hati terhadap anak (atau anak-anak)nya. Jika seorang ayah (atau orangtua) merasa anaknya bukanlah sosok yang dikasihi – entah karena penyebab apa – maka ia takkan memberikan wasiat kepadanya.

 

Atas dasar inilah penulis kitab Kejadian mengisahkan pemanggilan anak-anak Yakub menjelang meninggalnya sang ayah. Di hadapan mereka, Yakub menyampaikan wasiatnya berupa berkat bagi mereka di masa depan. Setiap anak mendapatkan berkatnya masing-masing, yang sangat berguna demi menjalani hidup mereka selanjutnya tanpa hadirnya sang ayah.

 

Sesungguhnya, kita bagaikan anak-anak Yakub juga di hadapan Tuhan. Ia, yang mengasihi kita dan mempercayai kita, memanggil kita satu persatu ke hadapan-Nya. Ia memiliki maksud terhadap hidup kita, dan memandatkan kedudukan penting yang perlu kita emban selama hidup. Jelas, Ia tidak hanya memanggil kita tanpa membekali kita – dengan berkat-Nya – sebab Ia tahu hidup akan sengsara dan sulit dijalani tanpa modal.

 

Panggilan Tuhan bagi kita bukanlah berarti akhir dari hidup kita alias meninggal. Sebaliknya, panggilan itu berupa kepercayaan menjalankan tugas membangun kehidupan, yang sangat mulia nilainya.

 

Tugas itu bisa berupa panggilan melayani di gereja, selaku personalia badan pelayanan tertentu, atau sebagai penatua, yang periodenya punya batasan waktu. Pun bisa berupa kedudukan penting dalam masyarakat semisal jadi ketua RT atau anggota badan sosial yang membantu kaum miskin atau yang kesusahan. Pun bisa berupa hal-hal lain, yang seakan menambah berat beban di bahu kita.

 

Akan tetapi hendaknya kita melihatnya sebagai wasiat. Sama seperti perasaan tiap anak yang dipanggil ayahnya, yang mendambakan berkat setelah ayahnya tiada lagi di dapannya, kita juga dipanggil Tuhan untuk menerima wasiat. Wasiat itu berupa penunjukan melakukan pekerjaan yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Tuhan, yakni penciptaan dan pembangunan kehidupan. Kita dipercaya meneruskan karya-Nya. Bukankah itu sesuatu yang hebat dan layak dinantikan?

 

Setelah kita menerima panggilan ini, bagaimana sikap kita terhadapnya? Biasanya seorang anak akan senang dan gembira menerima wasiat. Akankah kita datang menjawab panggilan Tuhan namun menolak wasiat yang diberikan-Nya kepada kita, padahal di dalamnya terkandung berkat yang teramat besar?

 

Doa Bersama

Mari mendoakan:

-       kesiapan memasuki kehidupan baru, bukan kembali ke gaya hidup masa lalu; kebersediaan menerima perubahan dan menikmati cara hidup yang berbeda dengan sebelum pandemi

-       kehidupan bangsa RI yang berada pada fase krusial di tahun politik jelang pemilu tahun depan; agar masyarakat bisa teredukasi dengan baik sehingga mempraktekkan nilai-nilai kehidupan yang selaras dengan semangat dan jiwa Pancasila

 

Nyanyian Bersama

NKB 125 – Kudengar Panggilan Tuhan

 

Meski jalanku mendaki,

meski jalanku mendaki,

meski jalanku mendaki,

‘kan ku ikut Dia s’lamanya.

 

Aku mau mengikut Dia, aku mau mengikut Dia,

          aku mau mengikut Dia, ikut Dia, Yesus, Tuhanku.

 

Dilimpahkan-Nya anug’rah,

dilimpahkan-Nya anug’rah,

dilimpahkan-Nya anug’rah,

dan kuikut Dia s’lamanya.

 

         

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025