Kamis, 4 November 2022
M A R T U R I A
SAAT TEDUH
NYANYIAN PEMBUKA
PKJ 27: 1-2 NYANYIKANLAH NYANYIAN BARU
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah
Pencipta cakrawala.
Segala Serafim, Kerubim, pujilah Dia,
besarkanlah namaNya.
Reff:
Bersorak-sorai bagi Rajamu!
Bersorak-sorai bagi Rajamu!
Puji Dia, wahai mentari, wahai bulan,
sembahlah Dia terus.
Dan wahai bintang-bintang terang yang gemerlapan,
muliakan Penciptamu. (Reff)
DOA PEMBUKA
BACAAN ALKITAB – Kis. 22: 22 – 23: 11
RENUNGAN
Dalam pelajaran Agama Kristen di bangku sekolah, murid-murid diajarkan bahwa ada tiga tugas gereja untuk dunia ini. Pertama, koinonia atau persekutuan. Orang-orang yang percaya pada Yesus harus bersekutu, beribadah, dan saling menopang. Lalu ada diakonia atau pelayanan. Tidak hanya berkumpul dan beribadah, umat yang terhimpun juga harus melayani di dalam persekutuan maupun di luar persekutuan. Kemudian tugas terakhir adalah marturia atau kesaksian. Kegiatan internal dan eksternal yang dilakukan harus menyatakan siapa itu Yesus yang menjadi Juruselamat dunia. Tiap orang harus tahu siapa Yesus!
Dari ketiga hal ini, rasa-rasanya yang paling sulit adalah marturia. Karena untuk bisa bersaksi, perlu pemahaman yang baik tentang Tuhan. Pemahaman itu yang harus disampaikan ke orang lain sebagai sebuah kesaksian. Biasanya kalau di GKI Serpong, ketika ada dalam persekutuan wilayah atau kegiatan ibadah lain lalu diberikan kesempatan untuk bersaksi, orang-orang yang hadir langsung sunyi seperti sedang mengheningkan cipta. Tapi, setelah ibadah dan acaranya lebih santai, orang bisa bicara ngalor-ngidul, kesana-kemari, ini-itu, dan banyak hal lain. Namun, itu dianggap bukan sebagai sebuah kesaksian.
Padahal, untuk menyampaikan kesaksian tidak perlu waktu khusus. Kapan pun kita bisa bersaksi, di mana pun juga bisa. Bisa di rumah, di jalan, di pasar. Di mana ada kesempatan untuk berbincang dengan orang lain, di situlah momen kita untuk bersaksi.
Rasul Paulus pada masa itu memang dihantam banyak sekali kesulitan dalam bersaksi. Apa yang dikatakannya tentang Yesus yang bangkit masih menimbulkan kegelisahan, polemik, dan bisa berujung pada kekacauan. Namun, Paulus tetap bersaksi. Dia tidak bungkam terhadap apa yang diimaninya dan dengan lantang dia sampaikan. Dia berani ambil risiko, nyawanya jadi taruhan.
Menariknya, dalam bagian akhir bacaan kita dituliskan sebuah penutup yang luar biasa. “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.” (Kis. 23: 11) Setelah apa yang terjadi di Yerusalem, Tuhan meminta Paulus melakukannya juga di Roma, kota orang Romawi. Bersaksi memang tidak mudah, tetapi Tuhan pun juga menempuh jalan yang tidak mudah demi menebus kita. Betul kan?
Kesaksian yang Paulus sampaikan bukanlah tentang dirinya sendiri. Ia menyatakan bagaimana Tuhan sendiri yang membangkitkan Yesus dan ia percaya pada kebangkitan orang mati. Pada waktu itu, kebangkitan orang mati adalah hal konyol yang tidak masuk akal, baik di pemahaman orang Romawi maupun Yahudi. Tetapi itu tidak menghentikan perjuangan Paulus. Berkat Paulus, dan juga para rasul yang gigih bersaksi, kekristenan menyebar dengan luar biasa.
Gereja ada saat ini tentulah sebagai dampak dari pekerjaan para rasul, bapa gereja, orang-orang percaya di masa lalu yang menyaksikan perbuatan Tuhan. Kita pun juga diminta untuk melakukan hal yang serupa: bersaksi! Dengan memperhatikan apa yang bisa dijadikan peluang untuk bersaksi, nyatakanlah siapa Yesus dengan berani dan jangan tahan-tahan! Selamat berjuang.
DOA SYAFAAT
· Berdoa untuk pelaksanaan vaksinasi di luar Jawa dan Bali yang masih minim.
NYANYIAN PENUTUP
BERSAKSI T’RUS SAMPAI TUHAN DATANG
Bersaksi t’rus sampai Tuhan datang.
Bersaksi t’rus sampai Tuhan datang.
Bersaksi, bersaksi, bersaksi, haleluya
Bersaksi t’rus sampai Tuhan datang.
Bertekun t’rus sampai Tuhan datang.
Bertekun t’rus sampai Tuhan datang.
Bertekun, bertekun, bertekun, haleluya
Bertekun t’rus sampai Tuhan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar