SAAT TEDUH
NYANYIAN PEMBUKA
KJ 396 – Yesus Segala-galanya
Syair dan lagu: Jesus is All the World to Me, Will L. Thompson, 1904,
Terjemahan: Yamuger, 1984
1. Yesus segala-galanya,
Mentari hidupku.
Sehari-hari Dialah
Penopang yang teguh.
Bila ‘ku susah, bekesah,
aku pergi kepadaNya:
Sandaranku, Penghiburku,
Sobatku.
2. Yesus segala-galanya,
Kawanku abadi;
setiap datang padaNya,
berkatNya diberi.
Surya dan hujan berselang,
hasil tanaman dan kembang:
semuanya karunia
Sobatku.
PEMBACAAN KITAB MAZMUR 149
(dibacakan secara bergantian)
Pemimpin Ibadah :
Haleluya!
Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru!
Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh.
Umat :
Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya,
biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Pemimpin Ibadah :
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian,
biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!
Umat :
Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya,
Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
Pemimpin Ibadah :
Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan,
biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!
Umat :
Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka,
Pemimpin Ibadah :
untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa,
penyiksaan-penyiksaan terhadap suku-suku bangsa,
Umat :
untuk membelenggu raja-raja mereka dengan rantai,
dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi,
Pemimpin Ibadah :
untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya.
Haleluya!
DOA PEMBUKAAN DAN FIRMAN
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
PEMBACAAN ALKITAB
Perjanjian Lama : Daniel 7 : 1-3 , 15-18
Perjanjian Baru : Lukas 6 : 20-31
RENUNGAN
Kebahagiaan kerap kali menjadi kalimat klise yang menjadi gambaran ideal kehidupan manusia. Ada yang mengatakan bahwa bahagia itu ketika punya banyak harta. Ada juga yang mengatakan bahwa bahagia itu ketika punya jabatan atau kedudukan yang tinggi. Ada juga yang mengatakan bahwa bahagia itu ketika dicintai oleh orang di sekitar kita. Hal-hal demikian yang membuat orang kerap kali terjebak dalam idealisme tentang kebahagiaan. Sehingga tidak jarang orang yang pada akhirnya terus berlari tak kenal lelah dan henti untuk mengejar kebahagiaannya masing-masing. Kerap kali orang juga saling sikut dan berubah menjadi pribadi yang individualistis dan egois dalam mencapai kebahagiaannya.
Jika hal-hal demikian kita definisikan sebagai kebahagian, terdapat suatu konsekuensi serius yang akan muncul dari definisi kebahagiaan yang hendak kita raih, yakni ketiadaan Damai Sejahtera. Baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang di sekitar kita. Ketika damai sejahtera itu tidak dapat terwujud dan dirasakan maka kebahagiaan yang kita raih hanyalah bersifat semu dan sementara. Jika kita mencermati teks Lukas 6 : 20-31 yang menjadi bacaan kita pada hari ini, kita bisa menemukan bahwa kebahagiaan itu terwujud beriringan dengan damai sejahtera. Dijelaskan disana bahwa ketika kebutuhan dan pergumulan itu bisa teratasi, secara otomatis kita bisa merasakan kebahagiaan Abadi bersama dengan Tuhan, yakni ketika damai sejahtera boleh terwujud di dalam kehidupan kita. Adapun Lukas 6 : 20-31 memberikan gambaran/kriteria terwujudnya damai sejahtera ketika kita bisa :
1. Berdamai dengan Keadaan.
Di ayat 19-22 kita bisa menemukan bahwa Tuhan Yesus memulai ucapannya dengan kata “berbahagialah” yang kemudian disambung dengan keadaan buruk (tidak ideal) yang dialami seseorang seperti kemiskinan, kelaparan, kesedihan, dan kebencian. Maka menjadi pertanyaan besar bagi kita mengapa justru Tuhan Yesus mengatakan berbahagia ketika ada suatu kondisi tidak ideal ataupun kemalangan yang dialami oleh seseorang? Hal yang bisa kita lihat adalah bahwa di dalam setiap keadaan yang kita alami, terkhusus ketika kita menghadapi situasi sulit, selalu ada Tuhan yang akan mencukupi kebutuhan kita. Selalu ada Tuhan yang mau mengerti dan menolong kita dalam setiap situasi sulit yang kita alami. Lantas apakah dengan demikian kita hanya perlu berdiam diri ketika menghadapi kesulitan? Tentu tidak! Kita diajarkan untuk memiliki pikiran yang tenang dan mampu menganalisa situasi dalam menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, kita perlu untuk berdamai terlebih dahulu dengan kondisi yang kita alami, kita perlu menghadirkan hikmat Tuhan dalam menjalani situasi pelik dalam kehidupan kita. Dengan demikian kita memiliki pikiran yang jernih dan strategi dalam menghadapi kesulitan kita, dan disitulah kita bisa melihat bagaimana karya Tuhan mulai bekerja menolong kita menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.
2. Berdamai dengan Diri Sendiri.
Di ayat 23-26 kita bisa mencermati bagaimana Tuhan Yesus selalu memulai perkataannya dengan kata “celakalah” yang kemudian dilanjutkan dengan kondisi ideal kehidupan manusia. Jika kita hanya membaca sekilas, kita bisa menyalah artikan ayat ini dengan mengatakan bahwa “berarti orang kristen tidak boleh hidup enak?” Tentu tidak! Ayat-ayat ini mengatakan bahwa ketika kita menempati keadaan yang ideal di dalam kehidupan ini, kita perlu untuk melihat kembali visi dan panggilan hidup kita sebagai anak-anak Allah. Apakah kondisi ideal yang kita raih ini melibatkan kehadiran orang lain atau semata-mata hanya bagi diri kita sendiri. Kembali lagi pada poin egosentrisme yang pada akhirnya secara tidak sadar menuntut orang untuk terus berlari mengejar kebahagiaan semu. Maka dari itu kita perlu clear dengan diri kita sendiri. Ketika kita sedang berada di atas angin, kita perlu memikirkan langkah selanjutnya yang perlu kita lakukan dalam mewujudkan damai sejahtera dalam kehidupan kita. Dengan demikian kita perlu untuk berdamai dengan diri sendiri.
3. Berdamai dengan Orang Lain.
Di ayat 27-31 kita bisa melihat bagaimana Tuhan Yesus meneladankan mengenai mengasihi musuh. Mengapa hal ini perlu kita lakukan? Bayangkan saja jika kehidupan kita dipenuhi dengan kebencian dan perasaan negatif terhadap orang lain, apakah kita bisa merasakan yang namanya damai sejahtera? Tentu Tidak ! Memang memberikan pengampunan bagi orang yang pernah menyakiti kita, atau orang yang membenci kita, atau bahkan orang yang menjadi “musuh” kita bukanlah hal yang mudah. Perlu sebuah proses yang panjang untuk dapat melakukan hal tersebut. Namun kita diingatkan bahwa hidup dalam perasaan negatif terhadap orang lain, memberikan dampak yang negatif. Baik bagi diri kita yang tidak bisa merasakan damai sejahtera, maupun bagi orang lain yang ada dalam relasi-relasi kita. Untuk itu kita juga perlu melihat ke ayat 36 yang mengajarkan untuk memiliki “kemurahan hati”. Maksudnya adalah bahwa kita perlu untuk memiliki belas kasih dan pengampunan bagi orang lain sama seperti apa yang telah diteladankan Tuhan pada kita. Dengan demikian kita perlu untuk “berdamai dengan orang lain” supaya damai sejahtera dan kebahagiaan boleh benar-benar terwujud dalam kehidupan kita.
Di dalam menjalani lika-liku kehidupan di dunia ini, terdapat begitu banyak tantangan dan pergumulan hidup, sekalian kita merasa hidup kita aman-aman saja, namun kita juga perlu mencurigai motivasi dan alasan kita dalam menjalani kehidupan ini. Melalui teks hari ini kita diingatkan untuk meraih kebahagiaan kita dengan mewujudkan damai sejahtera dalam hidup. Dengan demikian kita menjadi mitra Allah dalam mewujudkan cinta kasih yang nyata dalam kehidupan ini. Selamat Berdamai. Tuhan Memampukan kita. Amin.
DOA SYAFAAT DAN PENUTUP
Pokok Doa Khusus : Mendoakan supaya masyarakat saling mengingatkan untuk tetap melakukan Protokol Kesehatan
NYANYIAN PENUTUP
KJ 392 – Ku Berbahagia
Syair: Blessed Assurance, Fanny J. Crosby, 1873,
Terjemahan: Yamuger, 1978,
Lagu: Phoebe P. Knapp, 1873
1. Ku berbahagia, yakin teguh:
Yesus abadi kepunyaanku!
Aku warisNya, ‘ku ditebus,
ciptaan baru Rohul kudus.
Refrein:
Aku bernyanyi bahagia
memuji Yesus selamanya.
Aku bernyanyi bahagia
memuji Yesus selamanya.Pasrah sempurna, nikmat penuh;
suka sorgawi melimpahiku.
Lagu malaikat amat merdu;
kasih dan rahmat besertaku.
2. Aku serahkan diri penuh,
dalam Tuhanku hatiku teduh.
Sambil menyongsong kembaliNya,
‘ku diliputi anugerah.