Selasa, 16 Desember 2025
NYANYIAN
PEMBUKA
Engkaulah Sumber Kekuatan Hatiku
https://youtu.be/WC2blplriRc?si=wMU9AStinp9IelAi
KuasaMu
nyata didalam kelemahanku
KekuatanMu menopang seluruh hidupku
Dari mana datang pertolonganku
Hanya Yesus pertolonganku
Engkaulah sumber kekuatan hatiku
Tempat persembunyianku
Engkau penolong di saat susahku
Tempat perlindunganku
Kau menara dan perisai di hidupku
DOA
PEMBUKA
Dipimpin
oleh salah satu anggota keluarga
BACAAN
ALKITAB
Mazmur 42
Yehezkiel 47:1-12
Yudas 1:17-25
RENUNGAN
Dari Patah Hati Menjadi
Sumber Air Hidup
Seringkali, titik terlemah dalam
hidup kita justru menjadi tempat Tuhan menyatakan kuasa-Nya yang paling nyata.
Kita bisa belajar dari pengalaman pemazmur dalam Mazmur 42. Dia berada dalam
keadaan tertekan, dijauhi, dan terus-menerus ditanya, "Di mana
Allahmu?" Rasa haus akan Tuhan itu nyata dan pedih, bagai tenggorokan
kering di musim panas. Namun, di tengah kepahitan itu, dia membuat pilihan yang
radikal: dia mengingat Tuhan. Dia mengenang sukacita masa lalu saat memimpin
orang banyak ke rumah Allah. Ingatan itu bukan sekadar pelarian, tetapi sebuah
jangkar iman. Dari situlah lahir sebuah tekad untuk "berharap kepada
Allah," sebab percaya bahwa pujian dan penyembahan akan datang lagi.
Kelemahan kita, keputusasaan kita, justru bisa menjadi pintu masuk bagi kita
untuk berhenti mengandalkan kekuatan sendiri dan mulai benar-benar merindukan
Tuhan.
Penglihatan
Nabi Yehezkiel semakin memperjelas prinsip ini. Dari mana air yang menghidupkan
itu mengalir? Dari Bait Suci, tepatnya dari bawah ambang pintu. Sumber
kehidupan itu bukan berasal dari gunung yang tinggi atau lembah yang subur,
tetapi dari pusat penyembahan, dari tempat yang mungkin tidak terlihat secara
spektakuler. Air itu lalu mengalir ke timur, ke wilayah yang paling tandus dan
tidak bersahabat: Araba-Yordan, menuju Laut Mati yang asin dan tak ada
kehidupan di dalamnya. Di situlah keajaiban terjadi. Air tawar dari Bait Suci
itu mengalahkan air asin yang mematikan. Segala sesuatu yang disentuh air itu
hidup, bahkan ikan-ikan pun berkembang biak dengan luar biasa. Artinya, kuasa
Tuhan sering kali justru dinyatakan ketika kita membawa kelemahan, kekeringan,
dan "kematian" kita ke hadapan-Nya. Laut Mati dalam hidup
kita—kepahitan, kegagalan, luka batin—bukanlah akhir. Ketika kita membiarkan
aliran kasih karunia Tuhan mengalir ke sana, tempat yang paling mati itu bisa
berubah menjadi tempat yang paling subur dan penuh kehidupan.
Bagaimana
caranya agar kita tetap terhubung dengan sumber air hidup itu dan melihat
transformasi terjadi? Surat Yudas memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam
konteks menghadapi zaman yang sukar. Kita dipanggil untuk aktif:
"Bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan
berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu dalam kasih Allah." Tiga
tindakan ini—membangun iman, berdoa dalam Roh, dan memelihara diri dalam
kasih—adalah cara kita "menggali saluran" agar air kehidupan Tuhan
bisa mengalir bebas dalam dan melalui kita. Ini adalah tanggung jawab pribadi
dalam hubungan dengan Tuhan. Lalu, Yudas melanjutkan dengan panggilan sosial:
"Kasihanilah mereka yang ragu-ragu, selamatkan mereka dengan jalan
merampas mereka dari api." Iman yang dibangun dan dipelihara itu bukan
untuk dinikmati sendiri. Kita dipanggil untuk menjadi saluran bagi orang lain
yang tengah goyah, untuk menjangkau mereka yang hampir binasa, dengan sikap
belas kasihan, bukan penghakiman.
Renungan kita
hari ini mengajak kita untuk melihat kelemahan dan kekeringan kita dengan
perspektif baru. Jangan sembunyikan "Laut Mati" dalam hidup kita.
Seperti pemazmur, akui kerinduan dan kepedihan itu di hadapan Tuhan. Kemudian,
percayalah bahwa dari Bait Suci, dari hadirat-Nya, mengalir sungai yang mampu
mengubah yang mati menjadi hidup. Tugas kita adalah membangun hubungan yang
intim dengan Sumber itu, lalu membiarkan aliran-Nya mengubah kita dan mengalir
melalui kita untuk menjamah dan menghidupkan "Laut Mati" di sekitar
kita. Dari patah hati kita, Tuhan bisa membuat sumber air hidup memancar dari
hidup kita.@vals.13
DOA
SYAFAAT
Dipimpin
oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga
- Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
- Kehidupan keluarga
agar terus dapat saling menguatkan
- Kesehatan fisik,
mental dan spiritual orang-orang terkasih
- Perdamaian dan
keadilan di dunia
NYANYIAN
PENUTUP
PKJ 258 “Ku Ingin Selalu Dekat Pada-Mu”
https://youtu.be/T7T224LataY?si=3NoEpds9BqlvObx4
1. ‘Ku
ingin selalu dekat padaMu,
mengiring Tuhan tiada jemu.
Bila Kaupimpin jalan hidupku,
tidak ‘ku takut ‘kan s’gala set’ru.
Reff:
O Jurus’lamat, pegang tanganku:
bimbinganMu itu ‘ku perlu.
B’ri pertolongan kuat kuasaMu.
O Tuhan Yesus, pegang tanganku!
2.
Gelap perjalanan yang aku tempuh,
namun teranglah dalam jiwaku.
Susah sengsara kini kud’rita;
damai menanti di sorga baka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar