Tataibadah Harian
Rabu, 29 Oktober 2025
KETAATAN SEJATI LAHIR DARI PERTOBATAN
Saat teduh
Umat berdiam diri
sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah
diterimanya
Nyanyian Umat
Tuhan, Ingin Ku
Dapat Memancarkan
Dinyanyikan 2x
Tuhan, ingin ku
dapat memancarkan
Kasih-Mu, indah,
penuh kemurnian
Budi bahasaku dihaluskan roh-Mu
Hingga memancarkan keindahan-Mu
Bacaan I: Daniel 5.13–31
Pesan yang penting dalam perikop ini
Daniel dipanggil
menghadap Raja Belsyazar untuk menafsirkan tulisan di dinding yang tidak bisa
dijelaskan oleh para ahli istana.
Raja menjanjikan
hadiah besar: pakaian ungu, rantai emas, dan kedudukan ketiga dalam kerajaan.
Daniel menolak
hadiah itu, tetapi tetap bersedia menafsirkan tulisan.
Ia mengingatkan
Belsyazar tentang Nabukadnezar, yang pernah ditinggikan Allah tetapi
direndahkan karena kesombongannya.
Daniel menegur
Belsyazar karena menghina Allah dengan memakai perkakas Bait Allah untuk
berpesta dan memuji dewa-dewa palsu.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang anggota keluarga
Mazmur 84.8-12
Bacalah bagian ini
dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Matius 21.28-32
Pesan melalui
perikop
Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang sikap dua
orang anak yang diminta melakukan sesuatu oleh ayahnya. Sikap itu dicerminkan
dari apa yang terjadi dalam hidup nyata kita selaku pengikut-Nya. Ada yang
menjawab “ya” pada panggilan Tuhan namun tidak mengerjakan apa yang
diminta-Nya, sementara itu ada yang awalnya ragu dan menolak, namun akhirnya
pergi dan mengerjakan yang diminta Tuhan.
Belajar dari apa yang diceritakan Yesus, mari kita merefleksikannya
melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif),
serta sikap atau tindakan (motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Sering
kali kita merasa bisa dan mau melakukan yang diminta oleh Tuhan, namun pada
akhirnya jatuh pada godaan kemalasan dan kemudian tidak melakukan apa-apa. Hasilnya,
hidup kita tidak berbuah.
·
Apakah
kita terbiasa mengevaluasi diri kita dan bercermin dari pengalaman yang sudah
kita lewati? Mana yang lebih banyak terjadi, kita mengabaikan permintaan Tuhan
atau merealisasikannya?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
·
Apakah setelah ditolong dan ditebus Yesus,
kita merasa bersyukur? Seberapa besar rasa syukur itu mempengaruhi sikap kita
terhadap-Nya?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
· Yesus menjadikan contoh kasus anak kedua sebagai bentuk
pembelajaran bagi kita. Sikap yang ditunjukkan sang anak, melalui proses 1)
menolak tugas; 2) kemudian merenungkannya, dan hasilnya 3) merasa lebih pantas
melakukan apa yang diminta ayahnya karena merasa tidak layak menolak ayah yang
sudah banyak berjasa dalam hidupnya, dan juga ingin relasi dengan ayahnya tetap
terjalin baik, membuatnya 4) memutuskan bergerak dan menjalankan permintaan
ayahnya.
· Hal ini dapat direfleksikan sebagai bentuk ketaatan pada sang
ayah. Ini serupa dengan hubungan antara kita dengan Tuhan. Kita diumpamakan
sebagai anak dan Tuhan diumpamakan sebagai ayah. Kalau kita menjalankan yang
diminta Tuhan, artinya kita taat. Ketaatan kita sebetulnya diawali pertobatan,
di mana kita merasa lebih tepat melakukan apa yang diajarkan atau diminta oleh
Tuhan, yang pada akhirnya mendatangkan kebaikan, ketimbang mengikuti kemauan
sendiri, yang bisa menjerumuskan dan mencelakakan kita.
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:
·
Pelayanan
umat yang semakin bersemangat dilandasi syukur yang bertambah dari waktu ke
waktu
·
Persiapan
memasuki bulan lingkungan hidup, dengan menghayati rasa cinta bumi dan
lingkungan sekitar kita beraktivitas
·
Upaya manusia
memelihara dan melestarikan alam, mengingat di akhir tahun biasanya curah hujan
meningkat dan berpotensi mendatangkan banjir
Nyanyian Umat
KJ 370 – Ku Mau Berjalan Dengan Jurus’lamatku
‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku
di lembah berbunga dan berair sejuk.
Ya, kemana juga aku mau mengikut-Nya
sampai aku tiba di neg’ri baka.
Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus:
‘ku tetap mendengar dan mengikut-Nya.
Ikut,
ikut, ikut Tuhan Yesus;
ya, ke mana juga ‘ku mengikut-Nya
‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku
di lembah gelap, di badai yang menderu.
Aku takkan takut di bahaya apa pun,
bila ‘ku dibimbing tangan Tuhanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar