DOA SEBAGAI JALAN TERBAIK - 17 September 2025

 Rabu, 17 September 2025


NYANYIAN PEMBUKA

Doa Mengubah Segala Sesuatu

Saat keadaan seklilingku
Ada di luar kemampuanku
Kuberdiam diri mencariMu
Doa mengubah segala sesuatu

Saat kenyataan di depanku
Mengecewakan perasaanku
Ku menutup mata memandangMu
Sbab doa mengubah segala sesuatu

Doa orang benar bila di doakan
Dengan yakin besar kuasanya
Dan tiap doa yang lahir dari iman
Berkuasa menyelamatkan

Sperti mata air di tanganMu
Mengalir ke manapun kau mau
Tiada yang mustahil di mataMu
Doa mengubah segala sesuatu

Doa orang benar bila di doakan
Dengan yakin besar kuasanya
Dan tiap doa yang lahir dari iman
Berkuasa menyelamatkan

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 73

Amos 7: 1-6

1 Timotius 1: 18-20

 

RENUNGAN

Hidup beriman kita sering kali diuji oleh sebuah paradoks yang membingungkan: mengapa orang yang tidak jujur justru sukses, sementara yang berusaha hidup benar malah sering menghadapi kesulitan? Pergumulan klasik ini, yang begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari kita, diungkapkan dengan sangat jujur oleh Pemazmur dalam Mazmur 73. Ia hampir tersandung dan imannya nyaris runtuh karena memandangi kemewahan dan kesuksesan orang fasik. "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih," katanya. Ini adalah jeritan hati yang mungkin pernah kita rasakan saat melihat kolega yang curang dapat promosi, atau tetangga yang sombong hidupnya mulus, sementara kita berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan jujur. Fokus kita pada "keberhasilan" duniawi orang lain bisa menjadi racun yang perlahan-lahan mengikis sukacita dan keyakinan kita.

Namun, bacaan hari ini memberikan kita dua respons ilahi terhadap kegelisahan ini. Yang pertama adalah respons syafaat, yang ditunjukkan oleh Nabi Amos. Dalam Amos 7:1-6, Amos mengalami pengelihatan tentang kehancuran yang akan Tuhan timpakan. awan belalang yang melahap hasil bumi dan api yang memusnahkan. Tetapi respon Amos bukanlah rasa puas karena "keadilan" akhirnya ditegakkan. Sebaliknya, hatinya hancur dan ia berseru, "Ya Tuhan, ampunilah! Betapa bisa bertahan Yakub, karena ia kecil?" Amos berdiri di celah, menjadi pendoa syafaat yang memohon belas kasihan bagi bangsanya yang sesat. Dalam kehidupan kita, ini mengajak kita untuk beralih dari sikap menghakimi atau iri hati, menjadi pendoa yang penuh belas kasih. Daripada bersungut-sungut tentang kesuksesan orang yang curang, bisakah kita mendoakan mereka? Daripada merasa benar sendiri, bisakah kita bersyafaat untuk rekan kerja, keluarga, atau bangsa kita yang mungkin sedang tersesat? Doa syafaat mengalihkan fokus kita dari keadilan kita sendiri kepada belas kasihan Allah.

Lalu, bagaimana kita mempraktikkan ini tanpa kehilangan pegangan? Surat 1 Timotius 1:18-20 memberikan respons pegang teguh. Paulus menasihati Timotius untuk "berjuang dalam perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni." Iman adalah peganggan kita, dan hati nurani yang murni adalah kompas moral kita sehari-hari. Inilah yang melindungi kita. Saat kita menggumuli ketidakadilan, kita bukan disuruh untuk pasif, tetapi untuk aktif "berpegang". Berpegang pada kebenaran bahwa Allah berdaulat, seperti yang akhirnya ditemukan Pemazmur ketika ia masuk ke dalam tempat kudus Allah dan melihat segala sesuatu dari perspektif kekekalan. Berpegang pada integritas dalam hal kecil. Contohnya jujur dalam laporan keuangan, menolak untuk bergosip, memilih untuk sabar dalam antrean. Setiap kali kita memilih untuk berpegang pada iman dan hati nurani yang murni, kita menguatkan "perisai" yang melindungi kita dari racun iri hati dan kekecewaan.

Paulus juga memberikan peringatan serius dengan menyebut nama Himeneus dan Aleksander, yang telah menolak hati nurani yang murni dan akhirnya "karam imannya". Ini adalah gambaran yang amat kuat bagi kita yang hidup di zaman yang penuh kompromi. "Karam iman" tidak selalu terjadi secara dramatis. Itu bisa dimulai dari kompromi kecil sehari-hari. sedikit kebohongan agar terlihat baik, diam saat melihat ketidakadilan, atau mengikuti arus untuk diterima secara sosial. Setiap kompromi itu seperti lubang kecil di kapal iman kita yang lama kelamaan akan membuatnya tenggelam.

Oleh karena itu, renungan hari ini mengajak kita untuk melakukan pemeriksaan batin. Apakah hari-hari ini saya lebih menyerupai Pemazmur yang hampir goyah karena membanding-bandingkan hidup saya dengan orang lain? Atau seperti Amos yang peduli dan bersyafaat? Mari kita beralih dari fokus pada "keberhasilan" orang lain, kepada belas kasihan Allah yang sanggup mengubah keadaan. Mari perkuat "pegang teguh" kita dengan menyediakan waktu tenang untuk masuk dalam "tempat kudus"-Nya, merenungkan firman-Nya, dan memeriksa hati nurani kita. Hanya dengan memandang kepada-Nya, seperti Pemazmur, kita akan menemukan kekuatan untuk berkata, "Di dunia ini aku mengalami kesukaran, tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan dan kekuatanku."@vals.13

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi dan keluarga agar dapat terus mewartakan kasih Tuhan
  • Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia

 

NYANYIAN PENUTUP

Satu-Satunya yang Ku Andalkan
Engkau Tuhan yang setia
WaktuMu selalu yang terbaik
Engkau Tuhan sandaranku
Dan ku hanya ‘kan berharap padaMu

Satu-satunya yang ku andalkan
Satu-satunya yang kupercaya
Engkau sumber kekuatan
Sumber pengharapan
Sumber kedamaian

Satu-satunya yang kuandalkan
Satu-satunya yang kupercaya
Engkau Tuhan memberkati
Tuhan penyembuhku
Tuhan pemulihku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...