Di Dunia Yang Penuh Cemar ... - Kamis, 2 Oktober 2025

Kamis, 2 Oktober 2025

Berlabuh Pada Kristus - Rabu, 2 Oktober 2025

 Rabu, 1 Oktober 2025


NYANYIAN PEMBUKA

https://youtu.be/6MJVVGurcwU?si=DK9dnyc8uD2q9DIL

Hanya Dekat Allah Saja Aku Tenang


hanya dekat Allah saja aku tenang

daripadaNya lah keselamatanku

hanya Dia gunung batuku

hanya Dia kota bentengku

aku tidak akan goyah selama - lamanya

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 62

Hosea 12: 2-14

Matius 19: 16-22


RENUNGAN

kita diajak untuk merenungkan sebuah pertanyaan, di manakah sebenarnya hati kita berlabuh? Dalam Injil Matius, kita berjumpa dengan seorang muda yang kaya yang datang dengan pertanyaan yang tepat, "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Namun, Yesus melihat bahwa di balik pertanyaan yang saleh itu, terdapat sebuah hati yang terikat erat pada pelabuhan yang lain, yaitu kekayaannya. Ketika Yesus mengetuk pintu hatinya dengan undangan, "Juallah segala milikmu... kemudian ikutlah Aku," sang pemuda itu pergi dengan sedih. Ia menginginkan hidup kekal sebagai sebuah tambahan, tanpa harus melepaskan tuhan sejatinya, yaitu harta yang menjadi sandaran dan identitasnya. Ia ingin memiliki dua pelabuhan. Namun, Yesus menawarkan satu saja yang sanggup menahan badai kehidupan, yaitu Dia sendiri.

Kisah pemuda kaya ini bukanlah cerita yang terisolasi. Nabi Hosea menggemakannya dalam skala yang lebih besar, yakni sebuah bangsa. Tuhan melalui Hosea menegur Israel, keturunan Yakub yang dahulu bergumul dalam ketergantungan penuh pada Allah. Namun, setelah menjadi makmur, mereka berkata, "Semakin kayaku, semakin banyak dosaku." Mereka telah berpaling. Kesuksesan dan kekayaan mereka telah membuat mereka lupa diri, mengandalkan kekuatan sendiri, politik kotor, dan persekutuan yang curang. Hati bangsa itu telah berlabuh pada berkat, dan bukannya pada Pemberi Berkat itu sendiri. Mereka, seperti pemuda kaya itu, telah mengganti kemuliaan yang tidak fana dengan yang fana, meninggalkan kesetiaan mereka yang pertama.

Lalu, di tengah kebingungan antara keinginan rohani dan ketergantungan duniawi, Mazmur 62 hadir bagai es kelapa muda yang menyejukkan. Daud, seorang yang juga kaya dan berkuasa, berseru dengan keyakinan yang bulat, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku, keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." Kata kuncinya adalah "hanya." Daud tidak berkata "terutama" atau "sebagian," tetapi "hanya." Dia dengan tegas menolak untuk meletakkan harapannya pada kekayaan atau manusia, yang semuanya digambarkannya sebagai embusan nafas dan tipu daya. Dalam ketenangan imannya, Daud menemukan jawaban atas kegelisahan pemuda kaya dan dosa bangsa Israel: bahwa ketenangan sejati hanya ditemukan ketika jiwa kita berlabuh secara eksklusif pada Sang Gunung Batu yang tidak tergoyahkan.

Oleh karena itu, firman Tuhan hari ini adalah undangan yang lembut namun tegas untuk melakukan pemeriksaan batin. Apakah kita, seperti pemuda itu, hidup dalam ketegangan antara mengikut Yesus dan melekat pada harta kita? Apakah kita, seperti Israel, perlahan-lahan menjadikan kesuksesan dan keamanan kita sebagai berhala, sambil melupakan kasih karunia Tuhan yang adalah sumber segala sesuatu? Mari kita menanggapi undangan kasih ini untuk memutuskan tali yang mengikat hati kita pada pelabuhan-pelabuhan semu yang rapuh, dan membiarkan seluruh hidup kita berlabuh hanya pada Kristus, Sang Gunung Batu Kekal. Hanya dekat Dia, jiwa kita menemukan ketenangan yang sesungguhnya, keselamatan yang kekal, dan hidup yang berkelimpahan. Amin. @vals.13

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
  • Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia

NYANYIAN PENUTUP

https://youtu.be/xwnBvaqC8DM?si=INsJ8insSBn1W1uQ

Satu-Satunya Yang ku Andalkan

Engkau Tuhan yang setia
Waktu-Mu s'lalu yang terbaik
Engkau Tuhan sandaranku
Dan ku hanya kan berharap pada-Mu

Satu-satunya yang kuandalkan
Satu-satunya yang kupercaya
Engkau sumber kekuatan
Sumber pengharapan, sumber kedamaian

Satu-satunya yang kuandalkan
Satu-satunya yang kupercaya
Engkau Tuhan memberkati
Tuhan penyembuhku, Tuhan pemulihku

KENYAMANAN YANG TUMPULKAN NURANI - Selasa, 30 September 2025

Selasa, 30 September 2025 – KENYAMANAN YANG TUMPULKAN NURANI

 

NYANYIAN PEMBUKA
KJ 260 – Dalam Dunia Penuh Kerusuhan
Syair dan lagu: H. A. Pandopo, 1980
 
Dalam dunia penuh kerusuhan,
di tengah kemelut permusuhan
datanglah KerajaanMu;
di Gereja yang harus bersatu,
agar nyata manusia baru,
datanglah KerajaanMu!
Refrein:
Datanglah, datanglah,
datanglah, KerajaanMu!
 
Memerangi gelap kemiskinan,
menyinarkan terang keadilan
datanglah KerajaanMu;
di lautan, di gunung, di ladang
dan di bandar, di pasar, di jalan
datanglah KerajaanMu! Refrein:

 

DOA PEMBUKA

BACAAN ALKITAB      

Yakobus 5:1-6

 

RENUNGAN

Memiliki kenyamanan dan ketentraman adalah dambaan semua orang. Berbagai hal diusahakan dan diperjuangkan untuk mendapatkanya. Menjadi nyaman tentu menenangkan dan membahagiakan. Namun ada bahaya yang mungkin jarang disadari. Hidup dalam kenyamanan bisa membuat kita lalai. Lalai untuk bersyukur, lalai berbagi, lalai untuk melihat hak orang lain untuk hidup layak, dan lalai untuk tetap mengusahakan dengan cara yang benar. Karena upaya dan hasrat berlebihan untuk mendapatkan kekayaan, bisa saja menjadi ketidakadilan dan membuat hak orang lain tercabut. Hal inilah yang bisa menumpulkan nurani, dan empati yang pelan-pelan mati.

Surat Yakobus 5:1-6 adalah teguran keras bagi orang kaya yang hanya mencari kenyamanan diri sendiri, menimbun harta, hidup dalam kemewahan dan menahan upah pekerja. Yakobus menggambarkan harta mereka sudah berkarat, pakaian mereka dimakan ngengat, dan teriakan pekerja sudah sampai di telinga Tuhan. Dosa mereka adalah kelalaian untuk bertindak adil. Kegagalan mereka adalah tidak peduli. Mereka lebih sibuk menumpuk harta untuk diri sendiri daripada memperhatikan hak hidup orang lain. Mereka mengamankan posisi nyaman namun membiarkan ketidakadilan terus berlangsung. Yakobus mengingatkan bahwa harta adalah alat. Kekayaan dan kenyamanan adalah kesempatan untuk menegakkan keadilan dan damai sejahtera bersama. Tentu pesan ini bukan hanya ditujukan kepada “orang kaya” secara harafiah, tetap kepada siapa saja yang menggunakan posisi dan sumber daya untuk kepentingan diri sendiri, sambil mengabaikan penderitaan orang lain.

Yakobus mengajak kita berefleksi:

1.      Kelalaian apa yang terjadi pada saya yang membuat orang lain menderita?

2.    Apakah memilih bersuara atau berdiam ketika melihat ketidakadilan atas hak orang lain yang direnggut?

3.      Apa bentuk kepedulian saya bagi kebutuhan orang lain?

 

DOA SYAFAAT

·         Bersyukur untuk setiap berkat Tuhan yang dipercayakan dan belajar untuk memperhatikan kebutuhan orang lain.

·         Para buruh, karyawan, pedagang UMKM, guru honorer, tukang ojek yang berjuang untuk keluarga namun seringkali mendapatkan ketidakadilan.

·         Gereja dan masyarakat bekersama menghadapi masalah lingkungna.

 

NYANYIAN PENUTUP
PKJ 103 – Carilah Dahulu Kerajaan Allah
Syair dan lagu: Seek Ye First, Karen Lafferty, berdasarkan Matius 6:33; 7:7,
Terjemahan: Yamuger, 1998
 
Carilah dulu Kerajaan Allah
beserta kebenaranNya,
maka semua ditambah padamu.
Haleluya, Haleluya!
 
Mintalah, Tuhan pasti memberi,
carilah kau pasti dapat.
Pintu dibukaNya bila kau ketuk.
Haleluya, Haleluya!
 
Bukan makanan saja kau perlu;
paling perlu firman Allah
yang merupakan jaminan hidupmu.
Haleluya, Haleluya!

 

Allah Kok Marah Sih

(Senin, 29 September 2025)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

MARILAH KITA SIAPKAN HATI KITA

(PKJ 22: 1-2)

 

Marilah kita siapkan hati kita

menghadap Allah, Tuhan semesta alam,

kar’na besarlah perbuatan tanganNya.

Muliakan Allah dengan puji-pujian.


Refrain:

Mari bernyanyi memuji Maha kuasa,

puji kasihNya sekarang dan s’lamanya.


Bersorak-sorailah, hai seluruh dunia,

mazmurkanlah kemuliaan namaNya.

Keajaiban serta perbuatanNya

sungguh benar dan besar tak terucapkan.

(kembali ke refrain)


Pembacaan Kitab Mazmur 62

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : Amos 6: 8-14

Perjanjian Baru    : Wahyu 3: 14-22


Renungan 

    Jika Anda punya pemahaman iman bahwa karena kasih--Nya yang besar kepada umat-Nya, maka Allah tidak pernah bisa marah kepada umat-Nya. Maka ini sebuah kekeliruan besar. Kasih Allah tidak serta merta menghilangkan dimensi ketegasan Allah terhadap umat-Nya. Sekalipun Allah penuh kasih, bukan berarti Allah tidak bisa marah kepada umat-Nya. Yohanes Calvin (1509-1564), salah seorang teolog reformasi, berpandangan bahwa kemarahan Allah merupakan ekspresi keadilan-Nya terhadap dosa dan kejahatan. Kemarahan itu menunjukkan sifat-Nya yang kudus dan menjamin bahwa tidak ada kejahatan yang akan dibiarkan tanpa penghukuman. Kemarahan Allah berfungsi sebagai peringatan bagi manusia bahwa setiap kejahatan akan dipertanggungjawabkan. Allah tidak mentolerir dosa dan kemarahan-Nya adalah bukti bahwa Dia tidak akan membiarkan kejahatan berlalu tanpa hukuman. 

    Dalam kitab Amos 6: 8-14, nabi Amos menyatakan: kemarahan Allah dipicu oleh tindakan umat yang mengubah "keadilan menjadi racun" dan "hasil kebenaran menjadi ipuh" (ay.12). Gambaran tindakan yang tidak menghargai keadilan dan kebenaran dalam hidup. Selain itu, mereka juga menunjukkan keangkuhan diri dan tidak menghargai peran serta Allah dalam perjalanan hidup mereka (ay.8, 13). Meminjam pemikiran Calvin, maka kita dapat menilai bahwa tindakan yang tidak menghargai keadilan dan kebenaran, serta keangkuhan diri dan melupakan peran serta Allah dalam hidup merupakan tindakan yang dipandang jahat di mata Allah. Sebab itu, Ia tidak akan membiarkan itu berlalu tanpa penghukuman. Hal ini tentu menjadi sebuah peringatan bagi kita yang hidup sebagai umat Allah di masa sekarang ini.

    Kita hidup di tengah tantangan zaman. Kita berhadapan dengan godaan mengandalkan materialisme dalam hidup. Tanpa kita sadari, kita terjebak menjadi manusia yang merasa tidak lagi membutuhkan Allah. Kita mengesampingkan pentingnya hubungan kita dengan Allah. Kita sibuk mengejar kekayaan yang menurut kita bisa memberi jaminan hidup. Kita menghalalkan segala cara sehingga tidak lagi menghargai keadilan dan kebenaran. Kita melakukan korupsi, mengambil keuntungan berlebih dari yang sewajarnya, dan mengekploitasi orang yang bekerja bersama kita. Ketika kita mulai nyaman dengan semua itu dan makin terseret ke dalamnya, maka peringatan ini menjadi hal yang sangat penting untuk kita perhatikan. 

    Peringatan ini diberikan bukan untuk membuat kita takut. Peringatan ini diberikan sebagai wujud nyata kasih Allah kepada kita, sebagaimana dinyatakan dalam Wahyu 3: 19, "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar, sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" Karena itu, jangan bersedih jika Allah menyatakan peringatan-Nya dengan keras tentang kemarahan-Nya. Semua diberikan-Nya, karena Ia mengasihi kita. Dia tidak mau kita terjerembab ke dalam lobang kesalahan dan kejahatan yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita. Kalau Dia masih bisa marah kepada kita, itu berarti Dia masih mengasihi kita.

   

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk masyarakat Indonesia agar dimampukan untuk gigih memperjuangkan kesejahteraan hidup dengan cara-cara yang berkenan kepada Allah.


Nyanyian Penutup

 

SEMUA ORANG INGINKAN KEBENARAN

(PKJ 279: 1, 3)

 

Semua orang inginkan kebenaran 

berada di pihaknya,

namun sedikit yang sungguh mau 

berada di pihak kebenaran.

Semua orang seakan-akan tampil

menjunjung kebenaran,

namun sedikit yang sungguh mau 

berkorban membela kebenaran.


Semua orang yang cari kebenaran 

menjadi salah jalan;

tak tahu lagi harus pilih yang mana,

semuanya serupa.

Setiap hari semuanya berubah, 

oh sungguh membingungkan;

hanyalah Yesus terang dan kebenaran 

yang tak pernah berubah.

Kerendahan Hati Jalan Menuju Hidup

Sabtu, 27 September 2025

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

NKB. 164 – Kidung yang Merdu di Hatiku

 

Kidung yang merdu di hatiku, Yesus membisikkannya.
“Jangan takut, ‘Ku bersamamu dalam kancah dunia.”

 

Reff

Yesus nama Yesus indah dan merdu,
memberikan kidung yang mengisi hidupku.

 

Nada-nada sumbang dan sendu disebabkan dosaku;
Yesus sudah menggantikannya jadi kidung yang merdu.

 

Riang atas limpah rahmatNya, dalam kasihNya teduh,
sambil t’rus memandang wajahNya ‘ku nyanyikan kidungku.

 

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 146

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

PEMBACAAN ALKITAB 
Ams. 28: 11-28 Luk. 9: 43-48 

RENUNGAN

Kerendahan Hati Jalan Menuju Hidup

 

Dunia sering mengukur keberhasilan dari harta, status, dan kekuasaan. Namun, Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ukuran Allah berbeda dengan ukuran manusia. Tuhan berkenan kepada orang yang rendah hati, setia, dan percaya kepada-Nya. Sementara itu, kesombongan dan ketidakadilan membawa kebinasaan. Yesus pun mengajarkan murid-murid bahwa yang terbesar justru adalah yang mau merendahkan diri seperti seorang anak kecil.

 

Renungan yang bertemakan “Kerendahan Hati Jalan Menuju Hidup”, sangatlah tepat untuk direnungkan agar kehidupan yang dijalani menjadi kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu bacaan-bacaan hari ini memberikan pedoman sebagai berikut:

 

Mazmur 146 – Allah Penolong Sejati
Pemazmur menegaskan bahwa berbahagialah orang yang berharap kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Tuhan menegakkan keadilan, memberi roti kepada orang lapar, membebaskan orang yang tertindas, dan menjaga orang asing, janda, serta anak yatim.

 

Amsal 28:11–28 – Kebijaksanaan dan Kesombongan
Amsal memperingatkan bahwa orang kaya yang sombong sering kali buta terhadap kebenaran, tetapi orang miskin yang mengerti kehendak Tuhan lebih berharga. Kesombongan, ketidakadilan, dan penyembunyian dosa membawa kejatuhan, tetapi orang yang rendah hati, jujur, dan takut akan Tuhan akan mendapat kasih setia-Nya.

 

Lukas 9:43–48 – Siapa yang Terbesar?
Murid-murid masih sibuk membicarakan siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus menegaskan: yang terbesar adalah yang mau menerima anak kecil, simbol kerendahan dan ketidakberdayaan. Artinya, jalan menuju kebesaran di mata Allah adalah kerendahan hati dan pelayanan, bukan kekuasaan.

 

Adapun aplikasi yang dapat direnungkan agar kehidupan semakin menyenangkan hati Tuhan sebagai berikut:

1.    Percaya hanya kepada Tuhan → Jangan andalkan manusia, harta, atau diri sendiri, tetapi andalkan Tuhan yang menegakkan keadilan dan memelihara hidup.

2.    Hidup rendah hati dan jujur → Dunia menghargai kesombongan dan keberhasilan, tetapi Tuhan menghargai hati yang tulus, jujur, dan takut akan Dia.

3.    Belajar melayani seperti Yesus → Ukuran kebesaran bukan seberapa tinggi kedudukan kita, melainkan seberapa rendah kita mau melayani orang kecil, lemah, dan tak berdaya.

 

Firman hari ini mengajak kita untuk hidup dalam kerendahan hati, menjauhi kesombongan, dan selalu menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan.

 

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Keluarga yang saling terbuka dan percaya kepada Tuhan. 

 

NYANYIAN PENUTUP

NKB. 164 – Kidung yang Merdu di Hatiku

 

Bila ‘ku dirundung kemelut, pencobaan yang berat;
hatiku tak takut dan kecut, kar’na Tuhanku dekat.

 

Reff

Yesus nama Yesus indah dan merdu,
memberikan kidung yang mengisi hidupku.

 

Nanti Dia ‘kan menyambutku dalam kerajaanNya;
‘ku bersama-sama Tuhanku memerintah s’lamanya.

TATA IBADAH HARIAN

Jumat, 26 September 2025

 

 

Pujian Pembukaan

NKB 212 : 1 – 2 – SUNGGUH INGINKAH ENGKAU LAKUKAN

 

Sungguh inginkah engkau lakukan hal besar?

Jangan tunggu tiba saatnya.

Kini tugasmu kerjakan dengan baik benar.

Jadilah suluh dunia!

 

Refrein :

Jadilah suluh dunia! Jadilah suluh dunia!

Mungkin ada yang terhibur karena sinarnya;

Jadilah suluh dunia!

 

‘Kau pun dapat mengenyahkan awan yang gelap

bagi hati susah dan resah.

‘Kan dirasakannya penghiburan yang sedap.

Jadilah suluh dunia!

 

 

PEMBACAAN Mazmur

Salah Seorang anggota persekutuan membacakan Mazmur 146

 

 

Doa Pembukaan dan Perenungan Firman

Oleh Salah Seorang Anggota Persekutuan

 

 

Pembacaan dan perenungan Firman

 

·       Amsal 28:3-10 

·       Efesus 2:1-10

 

Lakukan Perbuatan Baik

 

Penulis kitab Amsal menulis suatu kesia-siaan yang justru terjadi dalam kehidupan manusia;

 

Orang miskin yang menindas orang-orang yang lemah adalah seperti hujan deras, tetapi tidak memberi makanan. (Amsal 28:3 (TB)) 

 

Padahal umat diajak untuk selalu memiliki hikmat dan didikam sehingga mereka melakukan kebajikan dalam hidup.

 

Orang yang mengabaikan hukum memuji orang fasik, tetapi orang yang berpegang pada hukum menentangnya. Orang yang jahat tidak mengerti keadilan, tetapi orang yang mencari TUHAN mengerti segala sesuatu. Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya. Orang yang memelihara hukum adalah anak yang berpengertian, tetapi orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya. (Amsal 28:4-7 (TB))

 

Amsal-amsal di atas adalah suatu lagu yang mengajak orang melakukan kebenaran dalam Tuhan.

Tuhan adalah tempat bersandar yang tak akan goyah sebaliknya jika bersandar kepada manusia akan rapuh.

 

Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. (Mazmur 146:1-3 (TB)) 

 

Paulus mengingatkan dan menegaskan hal itu. Kuasa Tuhanlah, bukan manusia yang menyelamatkan dunia (Ef. 2:4-7).

 

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Efesus 2:8-9 (TB)) 

 

Oleh karena itu unat diajak untuk mewartakan kasih Allah dalam hidup dengan karya di dunia dalam kehidupannya.

 

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10 (TB)) 

 

Mari, sebagai umat diajak untuk mengerjakan bagian kita; perbuatan baik yang disiapkan untuk umat lakukan.

 

 

SAAT HENING

 

Doa syafaat dan Penutup
Berdoa untuk :

·       Pemerintah yang menjamin kebebasan berpendapat.

·       Kesehatan keluarga

·       (Bisa ditambahkan sendiri oleh anggota keluarga)

·       Penutup

 

 

Pujian Penutup

NKB 212 : 3 – SUNGGUH INGINKAH ENGKAU LAKUKAN

 

Tiap talentamu pasti ada artinya

bila mencerminkan kasih-Nya.

Barang yang kecil pun sungguh ada gunanya;

Jadilah suluh dunia!

 

Refrein :

Jadilah suluh dunia! Jadilah suluh dunia!

Mungkin ada yang terhibur karena sinarnya;

Jadilah suluh dunia!

 

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025