RENDAH HATI YUK! - 25 Juni 2025

 

Tataibadah Harian

Rabu, 25 Juni 2025

 

RENDAH HATI YUK!

 

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

“Selamat Pagi Bapa“ (dinyanyikan 2x)

 

Selamat pagi Bapa
Selamat pagi Yesus
Selamat pagi Roh Kudus
Terima kasih atas anugerah-Mu
Semalam telah berlalu

Kumemuji, kubersyukur
Memuliakan nama-Mu
Allah Bapa, Putra, Roh Kudus

terima kasih


Bacaan I: Yehezkiel 32.1-10

Pesan yang penting dalam perikop ini

Keperkasaan dan kehebatan manusia tidak boleh menjadi dasar menyombongkan diri. Raja Mesir yang menunjukkannya, dibuat tak berdaya di hadapan Tuhan, yang tidak menyukai kepongahan dan kecongkakan. Segala bentuk kesombongan memang tidak berkenan di mata Tuhan.  

 

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 64

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

 

1.    Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan

2.    Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan

3.    Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Lukas 9.37–43a

Pesan melalui perikop 

 

Kisah seorang ayah yang membawa anaknya ke depan Yesus agar disembuhkan, memperlihatkan bahwa di dalam diri sang ayah ada pengharapan yang besar. Pengharapan itu tentu dilandasi oleh keyakinan bahwa Yesus memiliki kuasa dan kasih untuk menyembuhkan anaknya. Hal ini juga dilandasi oleh pengakuan bahwa dirinya sendiri tidak berdaya menyembuhkan anaknya. Dia butuh kekuatan lain yang sanggup melakukannya. Sang ayah tidak menyangkali ketidakmampuannya tersebut, dan menyambut uluran tangan Yesus yang akhirnya menyembuhkan anaknya.

 

Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

·      Seberapa seringkah kita berpikir seperti pemikiran sang ayah, yang mengandalkan Tuhan sebagai sumber pertolongan pertama dan utama dalam hidup?

·      Jika kita melihat Tuhan sebagai sumber kekuatan yang menyembuhkan kita, bagaimana sebaiknya kita bersikap di depan Dia?

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

·      Apakah Saudara merasa diri sombong? Atau rendah hati?

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

·      Kerendahan hati bukanlah sebuah pengakuan yang disampaikan oleh orang lain kepada kita. Ia merupakan bukti dari pengakuan kita terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan, yang mendorong kita melakukan segala sesuatu sebaik-baiknya. Sudahkah kita melakukan hal ini? (bdk. Kolose 3.23)

 

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:

·      Agar umat yang rindu melayani dalam badan pelayanan gereja sungguh-sungguh melandaskan motivasinya berdasarkan rasa syukur

·      Agar pelayan gereja dikaruniakan kesehatan dan semangat menjalani pelayanannya dengan bergairah

 

Nyanyian Umat

”Kasih Setia-Mu”

 

Kasih setia-Mu yang kurasakan
Lebih tinggi dari langit biru
Kebaikan-Mu yang t’lah Kau nyatakan
Lebih dalam dari lautan

Berkat-Mu yang telah kuterima
Sempat membuatku terpesona
Apa yang tak pernah kupikirkan
Itu yang Kau sediakan bagiku

Siapakah aku ini Tuhan
Jadi biji mata-Mu
Dengan apakah kubalas Tuhan
S'lain puji dan sembah Kau

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...