(Senin, 24 Maret 2025)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
TUHANKU, BILA HATI KAWANKU
(KJ 467: 1-3)
Tuhanku bila hati kawanku,
terluka oleh tingkah ujarku,
dan kehendakku jadi panduku,
ampunilah.
Jikalau tuturku tak semena
dan aku tolak orang berkesah,
pikiran dan tuturku bercela,
ampunilah.
Dan hari aku bersembah
serta pada-Mu Bapa berserah,
berikan daku kasih-Mu mesra.
Amin, Amin.
Pembacaan Kitab Mazmur 39
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Yeremia 11: 1-17
Perjanjian Baru : Roma 2: 1-11
Renungan
Namanya Surti. Suatu hari tanpa disengaja, ketika sedang berjalan di selasar gereja dan hendak menaiki anak tangga menuju lantai dua, tiba-tiba terpeleset dan badannya terhuyung jatuh ke belakang. Untunglah ada pendeta Sarto yang juga hendak naik ke lantai dua dan berjalan persis di belakang Surti. Melihat kejadian itu, maka pendeta Sarto segera saja mendekap tubuh Surti dari belakang untuk menyelamatkannya. Namun, dari arah atas berjalan ibu Darti dan melihat kejadian saat pendeta Sarto mendekap tubuh Surti tanpa tahu kejadian sebelumnya. Saat itu juga, pendeta Sarto melepaskan dekapannya, karena dirasa Surti telah aman. Ketika ibu Darti melintas di samping mereka, maka mereka berdua kemudian melemparkan senyum sambil menganggukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat mereka kepada ibu Darti.
Selang beberapa hari dari peristiwa itu, ketika Surti kembali mengunjungi gereja, tiba-tiba beberapa orang yang selama ini mengenalnya menunjukkan sikap yang aneh. Mereka memandang Surti dengan tatapan penuh kecurigaan. Ketika berpapasan dengan Surti, mereka memberikan senyum kepada Surti, namun sesudah Surti melewati mereka, maka mereka mulai berbisik-bisik. Melihat peristiwa itu, Surti menjadi tidak nyaman. Dia berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Saat bertemu dengan teman sepelayanannya yang selama ini cukup dekat dengan dia, maka dia memberanikan diri menceritakan apa yang dialaminya tadi dan mempertanyakan sebenarnya ada apa? Apakah ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
Seketika itu juga, temannya bercerita tentang apa yang telah dia dengar sebelum Surti datang tadi. Ada kabar yang beredar di kalangan teman-teman gereja bahwa Surti dan pendeta Sarto punya hubungan khusus. Katanya, ada yang memergoki mereka berdua sedang berpelukan di bawah tangga pada waktu gereja sedang sepi. Orang itu bahkan mengatakan bahwa pendeta Sarto dan Surti sebenarnya sudah tidak layak untuk melayani di gereja ini. Sebab, mereka tidak mampu menunjukkan sikap hidup yang memberi teladan yang baik bagi orang lain.
Medengar apa yang disampaikan oleh temannya itu, maka Surti menjadi sangat sedih dan malu. Dia berusaha menjelaskan kepada temannya itu tentang apa yang sebenarnya terjadi hari itu. Temannya pun mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh Surti kepadanya. Namun, dia juga menyampaikan bahwa dia tidak tahu sudah berapa banyak orang di gereja ini yang telah mendengar cerita itu. Dia sendiri tidak yakin bahwa orang-orang itu akan dapat menerima penjelasan Surti tersebut, sebab orang yang menyampaikan berita itu adalah orang yang cukup dipandang di gereja ini. Selama ini, apa yang dia sampaikan selalu didengar dan dipercaya oleh banyak orang di gereja ini. Sebab itulah, setelah hari itu, Surti tidak pernah lagi terlihat di gereja. Dia tidak kuat menghadapi "penghakiman" dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Begitulah kuatnya dampak "penghakiman" yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain. Penghakiman bisa membuat orang yang dihakimi menjadi sangat terpukul dan menarik diri dari komunitas. Padahal belum tentu penghakiman yang kita kenakan pada diri orang itu benar adanya. Sebab itulah, firman Tuhan hari ini mengingatkan kepada kita untuk tidak menghakimi sesama kita. Roma 2: 1-11 dengan jelas memperingatkan kepada kita untuk tidak menghakimi orang lain.
Kita diajak untuk mempercayakan penghakiman itu kepada Allah. Biarkan Allah yang menghakimi hidup umat-Nya. Sebab, Allah jauh lebih tahu apa yang sebenarnya ada dalam diri orang itu. Dia juga tahu apa yang terjadi sesungguhnya dalam hidup orang itu. Kita tidak boleh menghakimi sesama kita, karena pengetahuan kita tentang seseorang sangatlah terbatas. Kita tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dari awal sampai akhir jalan hidup orang itu. Yang kita tahu hanyalah apa yang kita lihat. Sementara yang tidak kita lihat, kita tidak mengetahuinya. Kita juga tidak pernah bisa tahu isi hati seseorang dengan jelas sebagaimana Allah mengetahuinya. Oleh karena itu, jangan karena pengetahuan kita yang terbatas tentang seseorang membuat kita merasa layak untuk menghakimi orang itu.
Percayalah, bahwa jika di mata Allah, kehidupan orang itu adalah kehidupan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan kehendak-Nya, Dialah yang akan menghakimi orang itu dengan kuasa dan keadilan-Nya. Allah kita adalah Allah yang tidak pandang bulu. Bahkan ketika umat pilihan-Nya melakukan kesalahan dan hidup dalam ketidaksetiaan di mata-Nya, Dia sendirilah yang akan bertindak untuk menegur dan menghakimi mereka. Bacaan kita dalam Yeremia 11: 1-17 memberitakan tentang hal itu. Bagaimana Allah memperingatkan dengan keras umat Israel yang tidak lagi menunjukkan hidup dalam kesetiaan kepada-Nya. Dia berfirman: "Mereka sudah jatuh kembali kepada kesalahan nenek moyang mereka yang dahulu telah menolak mendengarkan firman-Ku. Mereka mengikuti ilah lain dan beribadah kepadanya. Kaum Israel dan kaum Yehuda telah mengingkari perjanjian-Ku yang telah Kuikat dengan nenek moyang mereka. Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mendatangkan ke atas mereka malapetaka yang tidak daapt mereka hindari, dan apabila mereka berseru-seru kepada-Ku, maka Aku tidak akan mendengarkan mereka." (Yer. 11:1-11)
Oleh karena itu, di dalam hidup ini, marilah kita terus belajar untuk menahan diri dari sikap menghakimi orang lain. Biarkan penghakiman itu menjadi milik Allah sendiri. Sebab memang Dia-lah yang layak menghakimi umat-Nya. Bukan kita yang tebatas ini! Janganlah kisah "Surti yang Malang" menjadi kisah yang terus terulang pada orang lain dalam kehidupan kita saat ini. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
- Berdoalah untuk keadaan ekonomi di negara kita ini. Mohonkanlah berkat Tuhan agar kita dimampukan untuk melewati situasi ekonomi yang sulit saat ini.
- Berdoalah untuk orang-orang yang terkena dampak pengurangan tenaga kerja agar Tuhan menolong mereka dan menuntun mereka kepada masa depan yang jauh lebih baik.
Nyanyian Penutup
SERIKAT PERSAUDARAAN
(KJ 249: 1, 3)
Serikat persaudaraan berdirilah teguh,
sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
Bersama-sama majulah dikuatkan iman,
Berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan.
Dan masing-masing kamu pun dib'ri anugerah,
supaya kamu bertekun dan rajin bekerja.
Hendaklah hatimu rendah, tahu: Tuhan berpesan
Jemaat menurut firman-Nya berkasih-kasihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar