Tataibadah Harian
Rabu, 19 Februari 2025
SOMBONG YANG JADI SENJATA MAKAN TUAN
Saat teduh
Umat berdiam diri
sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah
diterimanya
Nyanyian Umat
PKJ 29 – Patut
Segenap Yang Ada
Patut segenap yang ada
diam dan sujud menyembah,
mengosongkan pikirannya dari barang dunia,
kar’na Tuhan sungguh hadir, patut dipermulia.
Serafim menutup wajah,
kerubim sujud sembah,
sungkem di hadapan Dia dan menyanyi tak lelah:
Haleluya, Haleluya, Tuhan Mahamulia.
Bacaan I: Yeremia 22.11–17
Pesan yang penting dalam perikop ini
Tuhan mengingatkan
bahwa kekuasaan perlu dijalani dengan mendasarkannya pada kebenaran dan keadilan,
bukan pada kesewenang-wenangan yang mengarah pada penindasan dan ketidakadilan.
Tuhan mengingatkan
setiap pemegang kekuasaan (dalam perikop ini ditujukan kepada raja Salum) bahwa
kekejian dan kejahatan yang diberlakukan oleh penguasa akan mendatangkan
hukuman, serta keadilan akan ditegakkan.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang anggota keluarga
Mazmur 120
Bacalah bagian ini
dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Lukas 11.37-52
Pesan melalui
perikop
Yesus mengecam sikap orang Farisi yang lebih
mementingkan hal-hal luar seperti kebersihan cawan dan pinggan, namun mengesampingkan
kebersihan dalam, yang jauh lebih penting, yakni batiniah dan pikiran.
Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni
sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan
(motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
·
Seberapa
taatkah kita pada aturan yang mendatangkan ketertiban hidup bersama orang lain?
Kadang kita mengabaikan aturan karena merasa bahwa pusat hidup kita adalah diri
sendiri, dan karenanya tatanan kehidupan dijalani hanya berdasarkan keinginan
atau kehendak diri.
· Ketika
kita taat aturan, apakah kita juga memaksakan orang lain menaatinya seperti
kita menaatinya?
· Apakah
kita tidak sering menilai dan menghakimi orang lain berdasarkan standar kebenaran
yang kita pahami?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
· Bagaimana kita menghayati nilai-nilai kehidupan? Apakah kita
hanya berpegang pada teori-teori yang kita pelajari tanpa berusaha meresapi dan
merenungkannya serta kemudian menjadikannya bagian yang menyatu dalam diri?
· Ahli-ahli Taurat banyak yang menghalangi orang lain
memasuki kebenaran dengan menutup pintu kerajaan Allah bagi orang lain, dengan
asumsi merekalah yang akan menerima kerajaan Allah. Orang lain dianggap saingan
yang harus disingkirkan. Bagaimana kita melihat orang-orang lain dalam kehidupan
kita? Apakah mereka kita pandang sebagai saingan atau sahabat?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
·
Maukah
kita memiliki hati yang murni dan adil, menjalankan kebenaran agama dan ketentuannya
dalam semangat kasih dan keadilan, sehingga bisa menghadapi orang lain dengan
ketulusan ketimbang menegaskan ritual yang saklek – kaku – tanpa kebijaksanaan?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:
·
Anggota-anggota
GKI Serpong diharapkan memiliki semangat melayani dilandasi ungkapan syukur
·
Upaya
menemukan pelayan GKI Serpong dalam komisi-komisi untuk masa pelayanan periode
2025-2027
Nyanyian Umat
KJ 381 – Yang Mahakasih
Sabda dan Roh-Nya
penuh anug’rah;
Sabda dan Roh-Nya
mengundangku.
Aku selamatlah
oleh kasih-Nya,
oleh kasih-Nya
kepadaku.
Sabda kasih-Nya
penawar haus;
Sabda kasih-Nya
air hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar