Tataibadah Harian
Rabu, 5 Februari 2025
DAMAI YANG SUNGGUH MENEDUHKAN HATI
Saat teduh
Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala
bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya
Nyanyian Umat
NKB 164 – Kidung Yang Merdu di Hatiku
Kidung yang merdu di hatiku,
Yesus membisikkannya.
“Jangan takut, ‘Ku bersamamu
dalam kancah dunia.”
Yesus nama Yesus indah
dan merdu,
memberikan kidung yang mengisi hidupku.
Riang atas limpah rahmat-Nya,
dalam kasih-Nya teduh,
sambil t’rus memandang wajah-Nya
‘ku nyanyikan kidungku.
Bacaan I: Yeremia 1.11–19
Pesan yang penting dalam perikop ini
Melalui Yeremia,
Tuhan ingin memberitahukan kepada umat Israel bahwa mereka harus
sungguh-sungguh menaati firman-Nya. Ada konsekuensi tegas jika mereka abai dan
tidak peduli pada apa yang disabdakan Tuhan.
Ada orang yang tidak
menyukai isi pesan yang disampaikan Yeremia ini, sehingga mengancam Yeremia. Akan
tetapi Tuhan meneguhkan Yeremia agar tetap berpegang pada suara kenabiannya. Tujuannya
tak lain agar umat dapat tetap terpelihara dalam kebenaran dan merasakan berkat
dari kebenaran firman Tuhan yang dipraktekkannya.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang
anggota keluarga
Mazmur 56
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
1. Seorang
membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
2. Seorang
membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang
mengarah ke kanan
3. Kaum
laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan
membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Lukas 19.41-44
Pesan melalui
perikop
Bagian ini menekankan peringatan tentang pentingnya
memahami dan menerima kunjungan Tuhan. Yesus menunjukkan belas kasihan dan
kepedulian-Nya terhadap manusia, namun juga mengingatkan bahwa ada konsekuensi
atas ketidakpercayaan dan penolakan terhadap anugerah dan damai sejahtera yang
ditawarkan oleh Tuhan.
Mari kita melihatnya melalui 3 sisi hidup kita, yakni
sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan
(motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
· Yesus menawarkan damai bagi manusia. Sebetulnya dalam
berbagai kesempatan, misalnya dalam doa, kita sering memohon damai terwujud di hati
manusia dan di bumi. Akan tetapi tak jarang pula manusia menolak hidup
dalam damai. Contohnya ketika diajak berdamai dengan orang yang menyakiti
hatinya. Coba kita telaah lagi sikap kita. bukankah terasa tidak sesuai dengan apa
yang kita minta?
Selain itu, kita
juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
· Kalau melihat sikap orang lain yang tidak mau berdamai
dengan orang lain, katakanlah ketika ada orang kaya menghina orang miskin dan
melecehkannya (seperti yang sering diperagakan dalam social experimen di reels
atau tiktok), bukankah hati kita berontak dan mencerca sikap orang kaya itu?
· Sungguhkah kita sendiri mengalami kesedihan ketika kita yang
tidak sanggup berdamai dengan orang lain? Bukankah itu merupakan sebuah ironi?
Kedua sisi itu tentu
akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis.
Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
·
Maukah
kita hidup dalam damai, sebagaimana difirmankan Tuhan kepada kita?
·
Apakah
kita berusaha memaklumi keadaan orang-orang yang melakukan kesalahan di tengah
kehidupan, dan berusaha menegur mereka dengan kasih yang lemah lembut,
ketimbang menghakimi mereka?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa sebagai berikut:
·
Kadang
kita tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan seseorang di gereja. Namun apakah
kita pernah berpikir bahwa hal yang membuat kita tidak puas itu terjadi di
tengah pergumulan hidup mereka? Dapatkah kita berusaha memahami mereka dan memaklumi
kekurangan pelayanan mereka?
·
Doakan
mereka agar dalam situasi yang tidak selalu ideal, pelayanan mereka boleh
dilakukan dengan sepenuh hati, sehingga tetap menyentuh hati orang-orang yang
dilayani, dan menghadirkan berkat, baik bagi sang pelayan maupun yang dilayani.
Nyanyian Umat
NKB 196 – Ku Beroleh Berkat
‘Ku beroleh berkat yang tak kunjung lenyap,
yang tidak dib’ri dunia;
Di relung hatiku, walau sarat beban,
ada damai sejaht’ra baka.
Yesus yang selalu
tinggal serta;
Ia di dalamku, ‘ku dalam-Nya.
“Aku
senantiasa menyertaimu”
Itulah janji-Nya kepadaku.
Saat damai penuh
masuk di hatiku,
dunia menjadi cerah.
Kesusahan lenyap, g’lap berganti terang:
Yesus Tuhan, agung, mulia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar