Tataibadah Harian
Sabtu, 2 November 2024
Di Manakah Hatimu?
Saat teduh
Tenangkan diri selama sekitar satu menit.
Jika mau, putarlah sebuah nyanyian dari youtube atau semacamnya, atau bisa juga
memainkan alat musik seperti gitar agar bisa mendapatkan suasana yang syahdu.
Persiapkanlah hati menjumpai Tuhan.
Bacaan Alkitab I
Bacalah Rut 2.10-14 secara perlahan. Temukan
bagian yang berharga yang bisa diingat setidaknya untuk sehari ini.
Nyanyian bersama
Nyanyikanlah Kidung Baru 6 bait 1 dan 4
Patut segenap yang ada diam dan sujud sembah,
mengosongkan pikirannya dari barang dunia,
kar’na
Tuhan sungguh hadir, patut dipermulia.
Serafim
menutup wajah, Kerubim sujud sembah
sungkem
di hadapan Dia dan menyanyi tak lelah:
Haleluya,
haleluya, Tuhan Mahamulia!
Pembacaan Mazmur
Bila
memungkinkan, bacalah Mazmur 146.1-10 secara bergantian bersama anggota
keluarga. Bila tidak, bacalah bagian ini, kemudian cobalah pilih satu kata yang
menarik dan renungkan makna kata itu sebentar saja.
Renungan
Bukalah Lukas
10.25-37
Berdoalah dahulu
sebelum membacanya.
Cerita Injil hari
ini menggambarkan perbandingan sikap tiga orang yang berbeda. Perbedaan yang
ditampakkan oleh penulis cerita ini adalah profesi atau keseharian yang dijalani
oleh tokoh-tokohnya.
Tokoh pertama
adalah seorang imam. Sehari-harinya ia bertugas menjalankan peribadahan di Bait
Allah. Membuat tataibadah, memimpin ibadah itu, sekaligus juga upacara-upacara
keagamaan seperti perayaan hari besar agama, adalah bagian dari kerutinan yang
dijalaninya. Ia tentu banyak berhadapan dengan umat, yang tidak sedikit meminta
perhatian darinya.
Kala berhadapan dengan
seorang yang terluka di pinggir jalan, ia membayangkan orang itu hendak meminta
perhatian darinya. Apakah ia harus memberi perhatian kepada orang itu? Kalau ia
mendiamkannya, akankah hal buruk menimpanya? Misalnya, akankah ia kehilangan
keimamannya?
Tentu tidak. Barangkali
karena tidak ada risiko yang ditanggung akibat mendiamkan orang itu, ia tidak
mengacuhkannya. Akhirnya ia melewatinya tanpa melakukan apapun terhadap orang
itu. Baginya, tidak ada kewajiban menolong orang yang terluka itu.
Kebaikan bukanlah
soal kewajiban. Namun bukankah seorang imam yang biasanya menyampaikan ajaran tentang
kebaikan perlu menunjukkan kebaikan yang lebih dibanding orang lain?
Tokoh berikutnya
adalah seorang Lewi. Ia juga bertugas di Bait Allah, dan kerjanya pemelihara
kehidupan di Bait Allah. Mungkin karena sudah terlalu sering berurusan dengan
hal-hal yang ‘suci’, ia merasa menolong orang di pinggir jalan merupakan perbuatan
yang ‘kecil’ dan seakan tak berarti. Itulah sebabnya ia juga melengos dan
meninggalkan orang terluka itu sendirian, tetap tak tersentuh.
Tokoh terakhir
adalah seorang Samaria. Dia bukanlah orang terpandang di mata orang lain. Bahkan
bagi orang Yahudi, dia bagaikan orang yang tidak penting. Namun ketika melihat
orang yang terluka, ia tergerak. Turun dari keledainya dan mengangkat orang itu
menaiki keledainya serta membawanya ke tempat penginapan serta meminta pemilik
penginapan itu merawat luka-lukanya.
Sikap sang
Samaria yang menunjukkan kepedulian terhadap orang luka itu merupakan tanda
orang yang hidupnya diterima oleh Tuhan. Sikapnya dipengaruhi oleh hati yang
mau menggerakkan tubuhnya melakukan hal yang baik bagi orang lain. Sama seperti
Kristus, yang seluruh diri-Nya dipakai untuk menghadirkan kebaikan bagi orang
lain, kita juga diajak melakukannya agar dunia dipenuhi cinta kasih dan
merasakan hidup yang seutuhnya.
Doa Syafaat
Mari doakan anggota jemaat agar memiliki kerendahan
hati untuk memperhatikan orang lain dan berbuat baik kepada mereka.
Nyanyian bersama
Kidung Jemaat 466 bait 4 dan 6
Biar seluruh hidupku pujian bagi-Mu,
sehingga dari akupun terpancar kasih-Mu
Maka setiap saatku mulia dan kudus
dan hidupku seluruhnya bersama-Mu terus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar