Sabtu, 19 Oktober 2024
NYANYIAN PEMBUKA
https://youtu.be/t3zg-5F-wrA?si=W1lAUsw65yJ7mn0k
RENUNGAN
Relasi antara mertua dan menantu seringkali diwarnai dengan dinamika yang unik. Terkadang, ada ekspektasi dan tuntutan yang tidak terucapkan dari kedua belah pihak.
Mertua, sebagai pihak yang lebih tua dan berpengalaman, dapat meneladani Yesus dengan melayani menantu mereka. Ini bukan berarti mertua harus menjadi pelayan bagi menantu, melainkan menunjukkan kasih dan perhatian dengan tulus, memberikan dukungan dan bimbingan tanpa menghakimi atau menuntut. Mertua dapat berperan sebagai mentor dan penasihat bagi menantu, membantu mereka beradaptasi dengan keluarga baru dan menghadapi tantangan hidup bersama.
Menantu, di sisi lain, juga dapat menunjukkan sikap melayani terhadap mertua mereka. Ini dapat diwujudkan dengan menghormati dan menghargai mertua, mendengarkan nasihat dan masukan mereka, serta membantu mereka dalam kebutuhan sehari-hari. Menantu juga perlu bersikap terbuka dan komunikatif terhadap mertua, membangun kepercayaan dan kedekatan emosional.
Cerita Ibu Ani dan menantunya, Rini, yang tinggal di BSD, dapat menjadi contoh konkret. Ibu Ani, seorang ibu rumah tangga, selalu berusaha membantu Rini, yang bekerja sebagai karyawan swasta. Ia sering menjaga cucunya ketika Rini dan suaminya sedang bekerja, membantu pekerjaan rumah, dan bahkan memasak untuk mereka. Rini, di sisi lain, selalu menghormati Ibu Ani dan meminta nasihat kepadanya dalam berbagai hal, termasuk dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Meskipun terkadang ada perbedaan pendapat, mereka selalu berusaha menyelesaikannya dengan baik melalui komunikasi yang terbuka dan saling menghargai.
Relasi antara mertua dan menantu yang dibangun di atas fondasi pelayanan akan menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan penuh kasih. Marilah kita belajar dari teladan Yesus dan menjadikan prinsip pelayanan sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan mertua atau menantu kita. Dengan demikian, kita dapat mengalami kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga kita, bahkan di tengah kesibukan dan tantangan hidup di tengah kota.
Lukas 22:24-30 memberikan panduan yang berharga bagi kita semua untuk membangun relasi yang harmonis berdasarkan prinsip pelayanan. Bacaan kita hari ini mencatat percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Dalam budaya kita, terutama di lingkungan sosial masa kini, posisi dan jabatan seringkali dipandang sebagai ukuran kesuksesan seseorang. Kita mudah terjebak dalam persaingan untuk mendapatkan pengakuan dan kedudukan yang lebih tinggi. Namun, Yesus mengajarkan suatu prinsip yang berbeda, yaitu kepemimpinan melalui pelayanan.
Yesus menegaskan bahwa yang terbesar di antara mereka adalah yang melayani, bukan yang dilayani. Ia mencontohkan diri-Nya sendiri yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Prinsip ini menantang kita untuk mengubah pola pikir kita tentang kebesaran dan kesuksesan. Kedudukan dan jabatan hendaknya dipandang sebagai kesempatan untuk melayani orang lain dengan lebih baik, bukan sebagai alat untuk memuaskan ambisi pribadi.
Kiranya kita semua ditolong untuk menjadikan Yesus sebagai teladan dalam berelasi di tengah keluarga. Amin.
DOA SYAFAAT
- Keluarga yang mengasihi dan bersedia mengampuni
- Kesehatan seluruh keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar