Sabtu, 12 Oktober 2024 – MANIS DI BIBIR JAUH DI HATI
NYANYIAN PEMBUKA
NKB 133 –
SYUKUR PADAMU, YA ALLAH
Syair: Thanks to God!; August Ludvig Storm,
Terjemahan Inggris: Norman Johnson,
Terjemahan: Tim Nyanyian GKI,
Lagu: John Alfred Hultman
Syukur padaMu, ya Allah, atas s’gala rahmatMu;
Syukur atas kecukupan dari kasihMu penuh.
Syukur atas pekerjaan, walau tubuhpun lemban;
Syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.
Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak
terp’ri.
Syukur atas awan hitam dan mentari berseri.
Syukur atas suka-duka yang ‘Kau b’ri tiap
saat;
Dan FimanMulah pelita agar kami tak sesat
Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra;
Syukur atas perhimpunan yang memb’ri
sejahtera.
Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah;
Syukur atas pengharapan kini dan selamaNya!
DOA PEMBUKA
BACAAN
ALKITAB
MATIUS 15:1-9
RENUNGAN
“I Love you, mama (papa)”
“Aku siap bertanggungjawab”
Kata-kata ini sering diucapkan. Namun kata-kata tidak semanis sikap. Ada
situasi kekerasan kadang terjadi pada pasangan atau anak-anak. Bsai dibilang
manis di bibir namun jauh di hati. Kata-kata selalu baik di depan orang, namun
tidak ditunjukkan dalam tindakan dan sikap sehari-sehari sebagai wujud cinta
kepada keluarga. Bahkan juga bisa kepada Tuhan. Ibadah ritual ditunjukkan
dengan terlihat saleh, tetapi menyimpan kemunafikan. Ia mengabaikan Firman
Tuhan dalam laku sehari-hari. Hanya tampak baik di tampilan, dan jauh dari
Tuhan.
Matius 15:1-9, Yesus berhadapan dengan para ahli Taurat dan orang Farisi yang mempertanyakan yang mempertanyakan kebiasan murid-murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan. Dalam tradisi Yahudi, mereka memegang teguh mencuci tangan sebagai tanda kesucian. Di satu isi bahwa mencuci tangan sebelum makan adalah alasan yang baik demi higienis dan kesehatan. Namun pertanyaan para ahli Taurat dan Orang Farisi merupakan pertanyaan munafik. Mereka memberlakukan adat secara secara tidak konsisten, hanya demi membenarkan pendirian mereka.
Yesus mengkritik mereka dengan mengutip nubuat Yesaya “Bangsa ini memuliakan Aku dengna bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beirbadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia”. Mereka melanggar Firman Tuhan demi adat istiadar. Yesus menyampaikan contoh: mereka mengabaikan pemeliharaan orangtua dengan dalih memberikan persembahan kepada Allah. Padahal, memelihara orangtua adalah perintah Allah, sehingga perintah itu seharusnya dilakukan lebih daripada tradisi. Hal ini untuk menunjukkan kepada mereka yang menuduh murid-murid bahwa mereka hanya menjalankan perintah manusia dan bukan perintah Allah. Mereka memuliakan Allah dengan manis di bibir, namun hatinya jauh dari Tuhan karena tidak dilakukan FIrman-Nya. Bukankah ini munafik?
Ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki kesungguhan dan ketulusan hati mencintai Tuhan dan keluarga. Godaan dan tantangan dalam kelauraga adalah kepura-puraan dan kemunafikan. Apakah cinta dan tanggungjawab sungguh dilakukan dalam ketulusan atau kepura-puraan? Manis di bibir, jauh di hati. Oleh karena itu butuh membangun relasi yang saling percaya satu sama lain. Membangun relasi juga dengan membangun komunikasi yang jujur dan terbuka dalam keluarga. Komunikasi tidak hanya yang memanjakan telinga namun juga menguatkan hati.
Yesus mengajarkan kita bahwa yang terpenting adalah hati yang jujur dan tulus. Hal ini tercermin dalam setiap perkataan dan tindakan kita. Bukan hanya tampilan namun sikap hati yang sungguh mengasihi. Ibadah kita bukan hanya soal ritual semata, tetapi soal kesungguhan melakukan FIrman Tuhan di mulai kepada keluarga kita. Amin.
DOA SYAFAAT
·
Keluarga
yang saling menguatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar