(Sabtu, 5 Oktober 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
TUHAN, PENCIPTA SEMESTA
(KJ 289: 1-3)
Tuhan, Pencipta semesta,
Kaulah yang mahamulia;
sungguh besar karunia
yang Kauberi.
Kasih-Mu nyata terjelma
di sinar surya yang cerah,
di sawah dan tuaiannya
yang Kauberi.
Puji syukur terimalah
atas berkat anugerah
di rumah yang sejahtera
yang Kauberi.
Pembacaan Kitab Mazmur 8
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Kejadian 23: 1-20
Perjanjian Baru : Lukas 16: 14-18
Renungan
Popularitas dan jabatan terkadang membuat seseorang dapat terjatuh pada sikap hidup yang jauh dari kehendak Tuhan. Tak jarang kita mendengar berita tentang bagaimana orang yang memiliki popularitas dalam hidupnya justru menggunakan hal itu untuk memanfaatkan orang lain. Demikian juga dengan orang yang memiliki jabatan tertentu di tengah komunitas masyarakat. Ada banyak dari mereka yang menggunakan jabatannya untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dan keluarga. Mereka tidak menggunakan popularitas dan jabatan mereka untuk memberi contoh hidup yang baik dan benar kepada orang lain.
Hal itulah yang juga dilakukan oleh orang-orang Farisi pada jaman Tuhan Yesus. Mereka adalah orang-orang yang di dalam lingkungan sosialnya dipandang sebagai orang yang terhormat dan memiliki jabatan yang baik. Mereka adalah orang-orang yang dipandang memahami dan menguasai hukum-hukum Tuhan. Namun, semuanya itu ternyata tidak membuat mereka dapat menjadi teladan yang baik bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Mereka justru menggunakan kehormatan dan kemampuan mereka itu untuk mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka sering memanfaatkan pemahaman mereka tentang hukum-hukum Tuhan itu untuk memperoleh uang bagi diri mereka sendiri. Sejauh apa yang mereka sampaikan dapat menghasilkan uang untuk memperkaya diri mereka, maka mereka akan menyampaikan dan menekankan hal itu dalam setiap percakapan mereka dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebab itulah dalam Lukas 16:14 mereka disebut sebagai hamba-hamba uang.
Apa yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi ini, jauh berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh Abraham dalam hidupnya. Jika orang-orang Farisi suka memanfaatkan popularitas mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka, tidak demikian dengan Abraham. Sekalipun Abraham adalah seorang yang pada waktu itu sangat dihormati oleh bani Het, namun dia justru tidak mau memanfaatkan hal itu untuk kepentingan dirinya. Dalam Kejadian 23: 1-20 dikisahkan bahwa ketika dia membutuhkan sebuah gua untuk menguburkan Sara, istrinya yang telah mati, dia memilih untuk membayar kepada si pemilik lahan dengan uang yang dia miliki. Padahal pada waktu itu, Efron, si pemilik lahan, telah menyatakan di hadapan banyak orang bahwa dia secara sukarela memberikan lahan itu dengan cuma-cuma kepada Abraham. Namun Abraham tetap meminta agar dia diijinkan untuk membayar lahan milik Efron, agar ia bisa menguburkan Sara di sana. Apa yang ditunjukkan Abraham ini adalah sebuah sikap yang mulia. Sekalipun dia seorang yang memiliki kehormatan, dipandang sebagai raja, dan merupakan orang yang sangat terkenal di lingkungan bani Het, namun dia tetap memilih untuk tidak memanfaatkan hal itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia tetap bertanggungjawab dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya. Dia tidak menggunakan jabatan dan popularitas yang dimilikinya saat itu untuk memanfaatkan orang lain yang ada di sekitarnya.
Apa yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi dan oleh Abraham adalah dua sikap yang sangat bertolak belakang. Orang-orang Farisi menggunakan popularitas dan jabatannya untuk memperkaya diri, sementara Abraham, sekalipun memiliki popularitas pada masanya, tetap memilih untuk tidak menggunakan hal itu untuk kepentingan pribadinya. Bagaimana dengan kita selama ini dalam menjalani hidup? Apakah kita menjadi seperti Abraham atau orang Farisi? Bagaimana sikap kita tatkala Tuhan mengijinkan kita memiliki popularitas dan jabatan dalam hidup kita? Apakah kita menjadi bagian dari orang-orang yang tetap menggunakannya sebagaimana yang Tuhan kehendaki atau kita menggunakannya untuk memenuhi kepentingan diri serta mencari keuntungan bagi diri sendiri? Marilah kita merenungkannya. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah agar setiap keluarga dapat tetap bersatu dalam suka dan duka.
Nyanyian Penutup
JANGANLAH KUMPULKAN HARTA
(PKJ 271: 1, 3)
Janganlah kumpulkan harta dunia fana.
Ngengat merusak, pencuri membongkarnya.
Harta sorga kumpulkanlah kar'na tak semu:
di mana hartamu di situlah hatimu.
Yang kumpulkan banyak takkan kelebihan
dan yang sedikitpun takkan kekurangan.
Burung yang di langit, bunga bakung di lembah
tetap dipelihara Tuhan selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar