Hati Seorang Pemimpin - 4 September 2024

 

Tataibadah Harian

Rabu, 4 September 2024

 

Hati Seorang Pemimpin

 

Saat teduh

Tenangkan diri selama sekitar satu menit. Jika mau, putarlah sebuah nyanyian dari youtube atau semacamnya, atau bisa juga memainkan alat musik seperti gitar agar bisa mendapatkan suasana yang syahdu. Persiapkanlah hati menjumpai Tuhan.

 

Bacaan Alkitab I

Bacalah Ulangan 4.21-40 secara perlahan. Temukan bagian yang berharga yang bisa diingat setidaknya untuk sehari ini.

 

Nyanyian bersama

“KU INGIN BERPERANGAI”

Nyanyikanlah Kidung Baru 122 bait 1 dan 3

 

‘Ku ingin berperangai laksana Tuhanku,

lemah lembut dan ramah, dan manis budiku.

Tetapi sungguh sayang, ternyata ‘ku cemar.

Ya Tuhan b'ri ‘ku hati yang suci dan benar.

 

Ya sungguh, Jurus'lamat, cemarlah hatiku,

dan hanya Kau yang dapat menghapus dosaku,

supaya k'lak di sorga kupandang wajah-Mu

dan aku jadi sama laksana diri-Mu.

 

 

Pembacaan Mazmur

Bila memungkinkan, bacalah Mazmur 106.1-6 secara bergantian bersama anggota keluarga. Bila tidak, bacalah bagian ini, kemudian cobalah pilih satu kata yang menarik dan renungkan makna kata itu sebentar saja.

 

Renungan

Bukalah Markus 7.9-23

Berdoalah dahulu sebelum membacanya.

 

Si Badu berusia 9 tahun. Setiap pulang sekolah ia selalu merasa takut sebab selalu bertemu si Ubad, tetangganya yang seumur dengan dia. Ubad berperangai kasar, sering memukul Badu, sampai luka dan benjol.

 

Ketakutan Badu terhadap Ubad terus berlangsung bertahun-tahun. Dalam ketakutannya Badu kerap berpikir kalau suatu saat nanti ia akan menghajar Ubad, bahkan kalau bisa, sampai mati.

 

Niat Badu tidak pernah kesampaian, sebab setelah kuliah, ia hijrah ke kota lain, dan sampai akhir hidupnya ia tak pernah sekalipun bertemu Ubad lagi. Namun hasrat membalas perlakuan Ubad senantiasa menggelora dalam dirinya, tak pernah pupus dari benaknya.

 

Apakah keinginan semacam itu dianggap benar dalam iman Kristen? Meski tak pernah terlaksana, keinginan itu merupakan hal yang tak berkenan di hadapan Tuhan! Mengapa demikian? Bukankah yang tidak dikehendaki Tuhan adalah hal yang dilakukan oleh manusia? Jika tidak sampai dilakukan, apakah itu juga dimurkai Tuhan?

 

Perikop Injil yang kita baca ada dalam konteks Yesus ditanyai oleh orang Farisi dan ahli Taurat, yang heran pada murid Yesus yang makan tanpa mencuci tangan sebelumnya. Padahal itu merupakan tradisi yang diajarkan nenek moyang mereka (orang Yahudi) turun-temurun. Bagi mereka, apa yang dilakukan murid-murid Yesus itu tergolong najis.

 

Rupanya bukan itu isu yang dipersoalkan Yesus. Orang-orang Farisi itu sebenarnya ingin mempermasalahkan Yesus yang dianggap mengajarkan hal yang salah kepada murid-murid-Nya. Mereka ingin menjatuhkan Yesus dengan mempersalahkan kelakuan murid-Nya, supaya Yesus tidak lagi dipercaya orang. Hal ini dilakukan karena orang-orang Farisi dan ahli Taurat itu menganggap Yesus sebagai pesaing mereka dan mereka membenci Dia.

 

Apa yang ditanyakan oleh mereka sekilas tidak memperlihatkan ada yang buruk dalam diri orang-orang tersebut. Pertanyaan mereka wajar, dilandasi alasan yang jelas. Bagi orang yang tidak mengerti, ucapan mereka terlihat biasa-biasa saja. Namun Yesus yang mengerti pikiran dan isi hati mereka, tahu bahwa ada kebencian dalam diri mereka, dan itu salah di mata Tuhan!

 

Dalam dasatitah atau dekalog (Keluaran 20.1-17), salah satu titah yang dituliskan di situ berbunyi, “Jangan menginginkan ... (ayat 17)” . Di situ perintah Tuhan adalah jangan memiliki keinginan! Namun kalimat itu belum berobjek, dan karenanya harus dilengkapi. Lebih lengkapnya, perintah itu dapat dibunyikan seperti ini, “Jangan memiliki keinginan buruk (atau yang merusak kehidupan)!”

 

Meskipun belum dibuahi sehingga menjadi kenyataan, memiliki keinginan buruk merupakan hal yang tidak mulia. Sebab suatu saat, jika kesempatan tiba, bukan tidak mungkin keinginan itu diwujudkan bukan?  

 

Kita masing-masing adalah pemimpin yang dikaruniai hati dan pikiran oleh Tuhan. Meski bukan pemimpin kelompok yang besar, seperti propinsi atau negara, namun setidaknya kita adalah pemimpin terhadap diri sendiri. Bukankah segala sesuatu yang kita lakukan – makan, minum, pergi ke tempat kerja, berlibur, dan lain-lain – dikendalikan oleh diri kita sendiri?

 

Jika ingin bisa menuai hal yang baik, hindarkanlah diri kita dari keinginan yang jahat. Jangan mau kalah oleh godaan iblis, yang terus merongrong kita agar jatuh ke dalam pencobaan. Tekunilah permohonan kepada Tuhan agar bisa menjadi sosok yang terus menerus hidup dalam kebaikan, sekarang sampai selamanya!  

 

 

 

 

Doa Syafaat

Mari doakan anggota jemaat melayani dengan syukur dan pengabdian kepada Tuhan

 

 

Nyanyian bersama

“HIDUP YANG JUJUR“

Nyanyikanlah Kidung Baru 130 bait 1 dan 2

 

Hidup yang jujur hendak kuserah

pada Yesusku yang aku sembah.

Persekutuan mesra dan kudus,

ingin kuikat dengan Penebus.

 

            Ya Yesus, Kaukurbankan darah-Mu bagiku;

            kub’ri masa depanku dan hidup bagi-Mu.

            Hatiku kuserahkan menjadi takhta-Mu.

            Kuminta, kuasailah seluruh hidupku.

 

Bagiku Yesus memb’ri nyawa-Nya

menanggung dosaku di Golgota.

Terdorong kasih begitu mulia,

seluruh hidup kub’ri pada-Nya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025