Jika Aku Bermegah, maka ...

(Senin, 8 Juli 2024)

 

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

TUHAN ALLAH HADIR

(KJ 17: 1, 3)

 

Tuhan Allah hadir pada saat ini

Hai sembah sujud di sini

Diam dengan hormat, tubuh serta jiwa

tunduklah menghadap Dia.

Marilah umat-Nya, hatimu serahkan

dalam kerendahan.


Kami menanggalkan hasrat sia-sia,

keinginan manusia;

jiwa raga kami, hidup seluruhnya,

Tuhan, Kaulah yang empunya.

Dikaulah, Yang Esa, patut dimuliakan

seberhana alam.


Pembacaan Mazmur 21

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama : 2 Samuel 5:1-10

Perjanjian Baru : 2 Korintus 11:16-33


Renungan 

    Dalam dunia ini, seringkali kita mendengar orang membanggakan segala sesuatu yang ada padanya. Kebanggaan mereka biasanya didasarkan pada keberhasilan, kekuatan, kelebihan, dan kekayaan yang ada pada mereka. Namun, tidak demikian dengan Paulus. Bacaan kita dalam 2 Korintus 11:16-33 mengungkapkan bahwa Paulus membanggakan dirinya bukan karena berbagai-bagai kelebihan dan kekayaan yang ada pada dirinya. Juga bukan karena kekuatan-kekuatan atau keberhasilan-keberhasilan yang dia capai atau raih. Paulus justru membanggakan segala bentuk penderitaan yang telah dialaminya selama ia memberitakan Injil Tuhan. Dalam bahasanya, Paulus mengatakan: "Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku." (2 Kor. 11:30) 

    Mengapa hal itu dilakukannya? Mengapa dia tidak bermegah atas kekuatan dan kelebihannya sebagai seorang rasul Tuhan? Hal ini tidak dapat dilepaskan dari penghayatannya akan kuasa dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Bagi Paulus, justru dalam kelemahannya itu, kuasa Tuhan menjadi nyata dan sempurna. Dia mengatakan hal itu dalam 2 Kor. 12:9 "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." Keyakinan inilah yang membuat Paulus tidak malu dan ragu untuk bermegah dalam kelemahannya. Bahkan dia tidak malu jika orang lain menyebutnya sebagai orang yang bodoh. 

    Bukankah apa yang dihayati oleh Paulus itu secara nyata juga kita alami dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan? Ketika kita menyadari bahwa diri kita lemah dan tak berdaya, lalu kita berseru kepada Tuhan, maka Dia bertindak bagi kita. Dalam banyak kelemahan yang kita alami, justru di sana kita merasakan kuasa Tuhan bekerja dengan begitu nyatanya dalam kehidupan kita. Ketika kita sedang takut dan berseru kepada Tuhan, maka kita diberikan keberanian untuk menghadapi segala yang kita takutkan itu. Ketika kita sedang merasa tidak berdaya menghadapi tekanan hidup, di sana kita mengalami kekuatan yang Tuhan hadirkan dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa tak ada lagi jalan yang dapat kita tempuh, di sana Tuhan menghadirkan jalan keluar yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Jadi justru dalam kelemahan dan ketidakberdayaan kita, di sana kita berjumpa dengan kuasa dan karya Tuhan yang benar-benar nyata. 

    Hal inilah juga yang dialami oleh Daud dalam kehidupannya. Sebagai seorang muda yang masih lemah dan belum memiliki banyak pengalaman, Tuhan berkenan untuk membentuk dan mempersiapkannya menjadi seorang raja. Bahkan ketika Dia telah menjadi raja, Tuhan tetap menunjukkan kuasa-Nya di tengah kelemahan Daud. Hal ini tergambar dalam 2 Samuel 5:1-10. Ketika Daud harus menhadapi orang Yebus, Tuhan menolongnya sehingga ia dimampukan untuk menguasai Yerusalem. Ketika seakan-akan tidak ada jalan yang mampu dilakukan Daud, Tuhan bertindak baginya dan Tuhan terus menyertainya. Dalam kelemahan Daud, kuasa Tuhan terjadi secara nyata dan sempurna.

    Oleh karena itu, jika Paulus bermegah dalam kelemahannya, sejatinya yang dia megahkan bukanlah dirinya sendiri, melainkan Tuhan sendirilah yang sedang dia megahkan dalam hidupnya. Dia mengakui bahwa tanpa Tuhan, dia bukanlah apa-apa. Jika dia mampu untuk melewati dan menghadapi segala kelemahan yang selama ini dia alami, maka itu semata-mata karena kuasa dan karya Tuhan yang nyata dalam kehidupannya. Jika Paulus telah menggunakan kesempatan hidupnya untuk memegahkan Tuhan. Bagaimana dengan kita selama ini, apakah kita juga telah memegahkan Tuhan dalam kehidupan kita? Marilah kita merenungkannya. Tuhan memberkati. Amin.


Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan penghematan energi listrik dengan mematikan lampu dan alat-alat elektronik yang tidak digunakan.


Nyanyian Penutup

 

KASIH SETIAMU

(PKJ 209: 1-2)


Kasih setia-Mu sungguh lebih baik,

lebih berharga dari hidupku.

Maka bibirku megahkan Dikau;

kasih setia-Mu sungguh lebih baik.


Seumur hidup kupuji Engkau;

kunaikkan doa dalam nama-Mu.

Kasih setia-Mu lebih berharga

dan lebih baik dari hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TATA IBADAH HARIAN Jumat, 19 Desember 2025     Pujian P e mbukaan KJ 25 : 1 – 3 – YA ALLAHKU DI CAH’YAMU   Ya Allahku, di cah’...