(Selasa, 4 Juni 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
TUHANKU, BILA HATI KAWANKU
(KJ 467: 1-3)
Tuhanku, bila hati kawanku
terluka oleh tingkah ujarku,
dan kehendakku jadi panduku,
ampunilah.
Jikalau tuturku tak semena
dan aku tolak orang berkesah,
pikiran dan tuturku bercela,
ampunilah.
Dan hari ini aku bersembah
serta padaMu, Bapa, berserah,
berikan daku kasihMu mesra.
Amin, amin.
Pembacaan Mazmur 99
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : 1 Samuel 2: 18-21
Perjanjian Baru : 1 Kisah Para Rasul 15: 1-5, 22-35
Renungan
Dalam kehidupan kita bersama dengan orang lain, beda pendapat adalah sebuah keniscayaan. Sebab, kita dan orang lain adalah dua pribadi yang memiliki cara pandang yang berbeda, pertimbangan yang berbeda, tujuan yang berbeda, dan nilai perjuangan yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan itulah yang mempengaruhi kita dalam melihat sesuatu atau berpendapat atas sesuatu yang ada di sekitar kita, sehingga hasilnya pendapat kita belum tentu sama dengan pendapat orang lain yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki sikap yang tepat di kala kita berbeda pendapat dengan orang lain. Jangan sampai perbedaan pendapat itu justru membuat relasi kita yang tadinya baik menjadi rusak.
Lalu, bagaimana cara kita dalam menyikapi perbedaan pendapat supaya relasi kita tetap baik? Dalam hal inilah kita diajak belajar dari Kisah Para Rasul 15:1-5, 22-35. Dalam bacaan kita ini digambarkan bahwa pada waktu ada perbedaan pendapat tentang bagaimana cara memperlakukan orang yang bukan Yahudi di tengah komunitas umat Tuhan. Apakah mereka harus mengikuti tradisi orang Yahudi atau tidak? Apakah mereka harus melakukan sunat seperti orang Yahudi atau tidak?
Ada dua pendapat yang berkembang dalam kehidupan umat Tuhan. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa jika mereka mau bergabung dengan komunitas umat Tuhan, maka mereka harus disunat, sekalipun mereka bukan orang Yahudi. Sementara pendapat yang kedua mengatakan bahwa mereka tidak harus melakukan sunat, sebab sunat itu bukan keharusan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan oleh orang-orang yang hendak percaya kepada-Nya. Cukuplah mereka percaya dan menerima Yesus melalui baptisan. Perbedaan inilah yang kemudian berkembang dalam kehidupan umat Tuhan waktu itu.
Melihat perbedaan itu, maka para Rasul kemudian mengajak dua kelompok yang berbeda itu untuk duduk bersama dan membicarakannya dengan baik-baik. Mereka dikumpulkan di Yerusalem untuk membuat keputusan bersama dengan mendengarkan sudut pandang masing-masing. Pertemuan itulah yang kemudian menghasilkan keputusan yang mempertimbangkan pendapat kedua belah pihak. Melalui pertemuan itu dihasilkan langkah-langkah bersama yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Mereka bersepakat untuk memberi perhatian kepada keduanya dan memberi ruang kekhasan dari masing-masing pendapat. Keduanya diakomodir dengan baik, sehingga pemberitaan Injil tetap dapat dilakukan dengan baik.
Belajar dari pengalaman ini, maka kita diingatkan ketika terjadi perbedaan pendapat di antara kita, maka langkah yang terbaik adalah dengan duduk bersama dan mencari solusi bersama, dengan mempertimbangkan semua pendapat yang ada. Dengan cara seperti inilah perbedaan pendapat tidak menjadi hal yang merusak persekutuan. Oleh karena itu, marilah kita belajar mengelola perbedaan pendapat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para Rasul dalam kehidupan kita di masa kini. Tuhan memberkati kita. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah untuk gereja dan masyarakat agar agar tetap memiliki kepedulian pada kesehatan lingkungannya.
Nyanyian Penutup
JADILAH TUHAN KEHENDAKMU
(NKB 14: 1, 4)
Jadilah, Tuhan kehendak Mu!
‘Kaulah Penjunan, ‘ku tanahnya.
Bentuklah aku sesuka Mu,
‘kan ‘ku nantikan dan berserah.
Jadilah, Tuhan kehendak Mu!
S’luruh hidupku kuasailah.
Berilah Roh Mu kepadaku,
agar t’rang Kristus pun nyatalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar