(Senin, 18 Maret 2024)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
Kasih Setia-Mu
(PKJ 209: 1, 2)
Kasih setia-Mu sungguh lebih baik,
lebih berharga dari hidupku.
Maka bibirku megahkan Dikau;
kasih setia-Mu sungguh lebih baik.
Seumur hidup kupuji Engkau;
Kunaikkan doa dalam nama-Mu.
Kasih setia-Mu lebih berharga
dan lebih baik dari hidupku.
Pembacaan Mazmur 119: 9-16
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Yesaya 43: 8-13
Perjanjian Baru : 2 Korintus 3: 4-11
Renungan
Bacaan kita dalam kitab Yesaya 43: 8-13 menggambarkan tentang besarnya kesetiaan Allah terhadap umat-Nya. Sekelipun terkadang umat Israel hidup seperti orang yang tidak mau melihat dan menyadari kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup mereka, namun Allah tetap mengasihi mereka. Sekalipun mereka terkadang seperti orang yang "buta dan tuli", namun Allah tetap setia menjadi Allah yang menyelamatkan mereka. Bahkan di kala mereka tidak memperhitungkan peran serta Allah dalam hidup mereka, Allah tetap tidak berubah. Dia tetap mengasihi dengan setia umat Israel.
Penggambaran tentang kesetiaan Allah ini tentu menjadi pelajaran yang perlu untuk kita sadari dalam kehidupan kita di masa sekarang ini. Sebab terkadang sebagai umat Allah, kita pun berlaku seperti umat Israel di masa lalu. Kita seperti orang "buta dan tuli". Tidak mampu melihat dan merasakan kuasa Allah yang bekerja dalam kehidupan kita. Bahkan tak jarang kita menganggap bahwa Allah tidak berbuat apapun dalam kehidupan kita, terkhusus di kala kita menghadapi hal-hal yang sulit dalam kehidupan. Di tengah situasi yang demikian itu, kita diingatkan bahwa Dia adalah Allah yang setia dan tetap berkarya dalam kehidupan kita. Bahkan di kala kita tidak mampu untuk merasakan kehadiran karya-Nya dalam kehidupan kita.
Hal inilah yang juga diingatkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Paulus mengingatkan bahwa apa yang ia dan para pelayan Tuhan lakukan dalam kehidupan umat Tuhan, sejatinya bukanlah berasal dari kekuatan mereka sendiri. Apa yang disaksikan oleh umat melalui kepemimpinan mereka itu terjadi karena adanya kuasa Tuhan yang bekerja dalam diri para pelayan umat. Paulus mengakatan: "Dengan diri kami sendiri kamit tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." (2 Kor 3:5)
Belajar dari apa yang diberitakan oleh firman Tuhan hari ini, maka kita diingatkan bahwa sejatinya kita memiliki Allah yang begitu setia dalam berkarya di tengah kehidupan kita. Allah yang tidak melupakan kita, sekalipun terkadang kita melupakan Dia dalam kehidupan kita. Kesetiaan Allah kepada kita ini, seharusnya membuat kita sadar untuk membalasnya dengan berlaku setia juga terhadap-Nya. Supaya dalam kehidupan ini, relasi kita dengan Dia semakin intim dan dekat. Mari kita tunjukkan juga kesetiaan kita kepada Allah, sebab Ia telah lebih dahulu setia kepada kita. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah untuk masyarakat agar mulai bangkit dari keterpurukan pasca pandemi.
Nyanyian Penutup
Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara
(NKB 34: 1, 3)
Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara
di kala suka, di saat gelap.
Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah,
Kaulah Pelindung abadi tetap.
Refrain:
Setia-Mu Tuhanku, mengharu hatiku,
setiap pagi bertambah jelas.
Yang kuperlukan tetap Kau berikan,
sehingga akupun puas lelas.
Damai-Mu 'Kau beri, dan pengampunan
dan rasa kuatir pun hilang lenyap,
karna ku tahu pada masa mendatang:
Tuhan temanku di t'rang dan gelap.
(kembali ke refrain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar