Cari Keuntungan Pribadi di Rumah Tuhan - 6 Maret 2024

 

 TataIbadah

Rabu - 06 Maret 2024

Cari Keuntungan Pribadi di Rumah Tuhan

 

 

 

Tenang

Berdiamlah selama semenit, rasakan suasana di sekeliling Saudara. Dengarkanlah semilir angin yang bertiup, tanpa kehilangan pendengaran terhadap suara-suara lain di sekitarnya.

Nyanyikanlah pujian dari

BAGIMU, TUHAN, NYANYIANKU

Kidung Jemaat 8

 

Bagi-Mu, Tuhan, nyanyianku,

kar’na setara-Mu siapakah?

Hendak kupuji Kau selalu ;

padaku Roh Kudus berikanlah,

supaya dalam Kristus, Putra-Mu

kidungku berkenan kepada-Mu

 

O tuntun aku ke Putra-Mu,

agar pada-Mu ’ku dituntun-Nya ;

dan Roh-Mu diam dalam rohku,

membuat mata hatiku cerah,

sehingga kurasakan damai-Mu

dan kuungkapkan dalam kidungku.

 

Bacalah Mazmur 84

Pilihlah satu bagian ayatnya dan cobalah mengingatnya sebentar. Resapilah bagian itu dan jadikan sebagai pesan penting menjalani hari ini.

 

 

Perenungan Firman

Berdoalah sebelum membaca perikop

Markus 11.15-19

                                

Renungan

 

Apa yang kita cari di rumah Tuhan? Apa yang kita lakukan di dalamnya?

 

Pertanyaan semacam itu tentu bukanlah sesuatu yang sukar dijawab. Banyak akan mengatakan, “memuji Tuhan”, “berdoa”, atau “mendengarkan firman Tuhan” dan bermacam kalimat bernada rohani lainnya. Namun, sungguhkah itu yang kita rindukan?

 

Ada sebuah lagu yang syairnya menuturkan, “Lebih baik satu hari di pelataran-Mu, daripada s’ribu hari di tempat lain”. Lagu itu seakan memberi pesan bahwa rumah Tuhan merupakan tempat yang paling diinginkan. Tidak ada yang sebanding dengan itu di dunia ini.

 

Walau demikian, sebagai manusia tentunya godaan tetap menghampiri kita. Yang namanya godaan, tidak pandang tempat. Di mana saja ia datang, termasuk di rumah Tuhan! Oleh karenanya tak mengherankan, justru saat kita rindu memuliakan Tuhan di rumah-Nya, malah yang terjadi adalah kita menistakan atau mengecewakan Dia!

 

Lho, kok bisa begitu? Menilik cerita dalam perikop ini, Yesus marah (atau mungkin lebih tepatnya murka?) melihat aktivitas yang terjadi di sana. Penulis Injil Markus menggambarkan ada orang-orang yang sedang berjual beli di halaman Bait Allah. Apa yang diperdagangkan di sana? Apakah makanan hasil UMKM, seperti yang biasa kita jumpai di bagian parkir gereja kita setiap hari Minggu?

 

Oh, bukan! Mereka menaruh sebuah meja besar di situ. Fungsinya adalah untuk menukar uang. Di situ ditaruh uang hasil penukaran mata uang asing dari para pendatang yang tidak mempunyai uang untuk dipersembahkan ke Bait Allah. Selain itu juga ditempatkan binatang-binatang yang dipakai untuk kurban.

 

Aktivitas yang mereka lakukan adalah menjual binatang untuk kurban dengan harga yang diketok, alias jauh lebih mahal ketimbang harga pasaran. Demikian pula mata uang yang mereka tukarkan, juga kursnya jauh di atas harga yang sewajarnya. Mereka mencoba mencari keuntungan pribadi di rumah Tuhan.

 

Adakah yang salah di situ? Pertama, marjin atau selisih keuntungan masuk kantong pribadi. Padahal itu komoditas Bait Allah. Kedua, mereka menipu orang lain dan memanfaatkan status mereka sebagai ‘penjaga’ rumah Tuhan dengan mencatut keuntungan sebesar mungkin. Mereka menari di atas kesulitan orang lain, yang harus membayar mahal demi mendapatkan barang dan uang yang akan dipersembahkan ke rumah Tuhan. Ketiga, mereka yang melakukannya, tidak merasa bersalah samasekali. Mereka seperti sudah terbiasa dengan hal yang mencemari Bait Allah tersebut.

 

Jelas, Yesus murka. Meja penukar uang itu Ia gulingkan dan robohkan. Ia tidak menyukai praktek yang dilihat-Nya di lingkungan Bait Allah itu. Kutipan perkataan Yesus yang dicatat penulis Markus menyebut, “… rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” (ayat 17) Perilaku yang sungguh mengecewakan Yesus.

 

Bait Allah merupakan lambang atau simbol kekudusan, di mana Allah berdiam (tinggal). Semestinya setiap aktivitas di dalamnya juga mewakili sikap dan tindakan Allah, yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur yang mulia.

 

Kita sering berujar, “ … mau memuliakan Tuhan“ apalagi ketika ada di gereja. Namun sesungguhnya, apakah kita melakukannya? Pelayanan yang kita lakukan, sungguhkah didorong kerinduan mempersembahkan diri dan segala yang lain (uang, waktu, tenaga, pemikiran, dan banyak lagi) demi memuliakan Tuhan? Ataukah kita masih cari kompensasi yang menguntungkan diri sendiri – untuk kepuasan kita, kesenangan kita, selagi orang-orang memaklumi apa yang kita lakukan sebagai sebuah pemuliaan terhadap Tuhan, padahal …

 

Semoga saja tidak!

 

 

Doa Permohonan

Mari mendoakan agar

1.      setiap pelayan gereja berupaya memperhatikan motivasi dan makna pelayanannya, yang didorong oleh ucapan syukur karena menyadari anugerah dan rahmat Tuhan bagi dirinya, dan memampukannya menunjukkannya dengan sikap menghamba

2.      setiap pelayan bersedia terus menggumuli panggilannya demi buah yang dihasilkannya dari pelayanannya tersebut, supaya ia tidak berpuas diri dengan apa yang sudah ada melainkan mau terus membenahi diri dan pelayanannya ke depan, sehingga menghadirkan harapan bagi orang yang dilayaninya

 

Menutup ibadah hari ini, mari menyanyikan

HIDUP YANG JUJUR

Nyanyikanlah Kidung Baru 130 

 

Hidup yang jujur hendak kuserah

pada Yesusku yang aku sembah.

Persekutuan mesra dan kudus,

ingin kuikat dengan Penebus.

 

            Ya Yesus, Kaukurbankan darah-Mu bagiku;

            kub’ri masa depanku dan hidup bagi-Mu.

            Hatiku kuserahkan menjadi takhta-Mu.

            Kuminta, kuasailah seluruh hidupku.

 

Bagiku Yesus memb’ri nyawa-Nya

menanggung dosaku di Golgota.

Terdorong kasih begitu mulia,

seluruh hidup kub’ri pada-Nya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TATA IBADAH HARIAN Jumat, 19 Desember 2025     Pujian P e mbukaan KJ 25 : 1 – 3 – YA ALLAHKU DI CAH’YAMU   Ya Allahku, di cah’...