TataIbadah
Rabu - 21 Februari
2024
Mau Diatur? Siapa Dulu yang
Ngatur...
Tenang
Berdiamlah selama semenit,
rasakan suasana di sekeliling Saudara. Dengarkanlah semilir angin yang bertiup,
tanpa kehilangan pendengaran terhadap suara-suara lain di sekitarnya.
Nyanyikanlah pujian dari
PKJ
219 – Di Saat Ini Kuangkat Tembang
Di
saat ini, kuangkat tembang,
kuangkat
tembang bagi Yesus.
Di
saat ini kuucap syukur,
kuucap
syukur pada-Nya.
Kukasihi
Engkau, kukasihi Engkau,
kukasihi
Engkau, Yesus, Tuhanku.
Di
saat ini, ‘ku datang, Tuhan
‘ku datang bersujud pada-Mu.
Di saat ini Engkau kusembah,
Engkau kusembah, ya Tuhan.
Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku.
Bacalah Mazmur
77
Pilihlah
satu bagian ayatnya dan cobalah mengingatnya sebentar. Resapilah bagian itu dan
jadikan sebagai pesan penting menjalani hari ini.
Perenungan Firman
Berdoalah sebelum membaca perikop
Matius 4.1-11
Renungan
Hidup tak pernah lepas dari godaan. Apa sebenarnya maksud godaan itu? Siapa
yang menggoda kita? Apa saja bentuknya?
Perikop
yang kita baca kali ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tentu
yang dituliskan dalam Alkitab bertujuan baik. Harapannya adalah agar kita
sebagai pembacanya dapat mengalami hidup yang semakin dipenuhi kebahagiaan. Bukan
yang semu, tentunya.
Penulis
Injil memperlihatkan Yesus yang sedang lapar karena berpuasa selama 40 hari.
Yang dimaksud puasa di sini bukanlah samasekali tidak memasukkan apapun ke
dalam tubuh-Nya, sebab diyakini Yesus juga tetap minum air dalam kurun waktu
itu, sekalipun tidak makan.
Dalam
keadaan lapar, Yesus didatangi iblis. Ia tahu Yesus diutus Allah Bapa ke dalam
dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Sebelum Yesus memasuki kancah
pertempuran di dunia, Ia harus memperlihatkan kemurnian diri-Nya. Terhadap hal
inilah godaan iblis dinyatakan.
Dalam
benaknya, iblis berpikir, tentu Yesus akan mudah menyerah jika fisiknya lemah. Oleh
karena itu pertama-tama ia menawarkan hal yang dapat memuaskan tubuh Yesus.
Pastilah seseorang akan memikirkan apa yang dibutuhkan tubuhnya jika sedang
lapar.
Namun
jawab Yesus mengejutkan iblis. Alih-alih membiarkan dirinya memuaskan keinginan
terhadap makanan, Yesus menunjukkan sikap iman kuat yang lebih mendahulukan
kehendak Bapa-Nya. Dia menolak! Dia memprioritaskan kebenaran firman ketimbang
hal-hal lain, termasuk yang sebetulnya merupakan kebutuhan dasar yang dapat
menopangnya melakukan berbagai kegiatan selanjutnya. Bagi Yesus, ketaatan pada
kehendak Bapa-Nya merupakan hal yang tak bisa ditawar.
Merasa
belum berhasil menggoda Yesus, iblis masuk ke tahapan berikutnya, yang diyakini
lebih sukar ditolak. Tantangan yang diberikan kepada Yesus adalah
memperlihatkan seberapa besar kuasa Allah bisa dinyatakan terhadap orang yang
dikasihi-Nya.
Yesus jelas memahami seberapa besar Bapa-Nya mengasihi
Dia. Tidak perlu melakukan eksibisi atau demonstrasi berlebihan demi
membuktikan hal itu. Sebab justru ketika seseorang mau menguji seberapa besar
kasih Tuhan atasnya dengan caranya sendiri – apa yang dia pikirkan –
sesungguhnya dia menunjukkan bahwa dia tidak mau menaati kehendak Bapa,
melainkan mau memerintah atas Bapa. Padahal Bapa lebih berkuasa daripada
siapapun, bukan? Lagipula hidup dan karya Yesus di dunia mesti didasari
ketaatan penuh pada Bapa, bukan sebaliknya.
Jadi, jelas godaan inipun ditolak-Nya. Betapapun kuatnya
iblis meyakinkan Yesus bahwa orang akan percaya pada kuasa-Nya jika melakukan
hal itu, Yesus bergeming. Dia bertahan dan menunjukkan integritas diri sebagai
pribadi yang siap tunduk pada perintah Bapa.
Tak mau menyerah begitu saja, iblis maju lagi. Tentu iming-iming godaannya semakin
besar. Kali ini ia datang dengan tawaran kekuasaan tanpa batas. Tanpa sungkan,
ia membujuk Yesus mengikuti dia, dan imbasnya adalah segala sesuatu yang
diinginkan Yesus akan didapatkan-Nya.
Ini merupakan ajakan menentang Allah Bapa secara
langsung, frontal dan tegas! Iblis meminta Yesus mengikutinya dan menjadi
pembantunya. Tentu saja kita tahu apa jawab Yesus. Bukan karena Ia harus
menjawab seperti itu, melainkan karena kecintaan-Nya yang besar terhadap
Bapa-Nya.
Level
atau tingkatan godaan yang dialami Yesus semakin lama semakin meningkat. Artinya
jika Ia bisa mengatasi godaan terakhir, maka Ia sudah diakui sebagai pribadi
yang layak menyandang gelar Juruselamat. Syukurlah, Yesus berhasil melewati
semuanya itu dan membuat kita memiliki sosok yang layak diandalkan sebagai
Juruselamat.
Bagi
kita, perikop ini membelajarkan sikap taat pada Tuhan perlu disadari dengan:
1. Menjadikan Tuhan prioritas, di atas
segala kepentingan kita yang lain, semacam pekerjaan, uang, bahkan keluarga,
apalagi kalau hanya soal makanan
2. Menempatkan Tuhan di atas diri
sendiri, sehingga kita tidak mengatur Tuhan, apalagi dengan ancaman, “Kalau
Engkau tidak bisa melakukan hal semacam itu, aku tidak akan menganggap-Mu
Tuhan!” Memangnya Tuhan bakal terpengaruh pada ancaman kita? Enggak lah yaaa..
3. Dalam hidup kita selalu bisa tegas
mengatakan, “Saya mau ikut setiap perintah Tuhan!“ namun dalam kenyataannya,
ketika kita dihadapkan pada situasi sulit, tak jarang kita memilih jalan yang
sebetulnya salah, namun menguntungkan bagi kita. Sebetulnya di situ kita sudah
memilih jalan iblis ketimbang jalan Tuhan. Namun jangan khawatir, Tuhan
menyediakan kesempatan bertobat (secara sungguh-sungguh) bagi kita.
Doa Permohonan
Mari
mendoakan agar
1. setiap
pelayan gereja menjalankan pelayanannya berdasarkan hikmat Tuhan
2. setiap
pelayan bersedia bercermin agar semakin memahami panggilannya terhadap
pelayanan di tengah kebutuhan umat yang beragam dan ekspektasi yang
bermacam-macam
Menutup
ibadah hari ini, mari menyanyikan
PKJ 154 – Setiakah Diriku
Padamu
Setiakah diriku
pada-Mu, Tuhanku?
Dan siapkah hatiku mengiring-Mu terus?
‘ku harus mengaku tidak tekun, semangat pun rentan
dan jiwaku yang rapuh membuatku bercela
Kau panggil aku, Tuhan, ‘ku datang pada-Mu
dengan rendah hatiku kut’rima tugasku.
Kobarkan semangat di hatiku, kuatkan imanku
dan tuntun aku, Tuhan, arahkanlah niatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar