Tataibadah Harian
Rabu, 23 Agustus 2023
Sikap
Terhadap Tuhan
Saat Teduh
Nyanyi Bersama
PKJ 14 – Kunyanyikan
Kasih Setia Tuhan
Kunyanyikan kasih
setia Tuhan
selamanya,
selamanya.
Kunyanyikan kasih
setia Tuhan
selamanya,
kunyanyikan selamanya.
Kututurkan tak jemu
Kasih setia-Mu,
Tuhan
Kututurkan tak jemu
Kasih setia-Mu,
turun temurun
Kunyanyikan kasih
setia Tuhan
selamanya,
selamanya.
Kunyanyikan kasih
setia Tuhan
selamanya,
kunyanyikan selamanya.
Mazmur 87
Di
gunung-gunung yang kudus
ada kota
yang dibangunkan-Nya:
TUHAN
lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion
dari
pada segala tempat kediaman Yakub.
Hal-hal
yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.
Aku
menyebut Rahab dan Babel
di
antara orang-orang yang mengenal Aku,
bahkan
Filistea, Tirus dan Etiopia:
"Ini
dilahirkan di sana."
Tetapi
tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan
di dalamnya,"
dan Dia,
Yang Mahatinggi, menegakkannya.
TUHAN
menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa:
"Ini
dilahirkan di sana."
Dan
orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai:
"Segala
mata airku ada di dalammu."
Persiapan
merenung
PKJ 103 – Carilah
Dahulu Kerajaan Allah
Carilah dulu
kerajaan Allah
beserta
kebenaran-Nya
maka semua ditambah
padamu.
Halelu, haleluya!
Bukan makanan saja
kau perlu;
paling perlu firman
Allah
yang merupakan
jaminan hidupmu.
Halelu, haleluya!
Pembacaan
Alkitab
Seorang
membacakan Yesaya 66.18-23
Seorang
lain membacakan Matius 8.1-13
Ayat 1-4
Setelah Yesus
turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Seorang
penderita penyakit kulit yang menajiskan datang kepada-Nya, lalu sujud
menyembah Dia dan berkata, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menahirkan aku.“
Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata, “Aku mau,
jadilah tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari sakit kulitnya. Lalu Yesus
berkata kepadanya, “Ingatlah, jangan memberitahukan hal ini kepada siapa pun,
tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah
persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka. (TB2, LAI)
Ayat
5-13
Ketika
Yesus masuk ke Kapernaum, seorang perwira datang kepada Dia dan memohon
pertolongan-Nya. Ia berkata, “Tuan, hambaku di rumah terbaring lumpuh dan ia
sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Namun
jawab perwira itu kepada-Nya, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam
rumahku. Tetapi, katakan saja sepatah kata, dan hambaku itu akan sembuh.” Sebab,
aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku
ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!
maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang! maka ia datang, ataupun kepada
hambaku: Kerjakanlah ini! maka ia mengerjakannya. Mendengar hal itu, Yesus
heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu: Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara
orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari timur dan
Barat dan duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam
Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam
kegelapan di luar; di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” Lalu Yesus
berkata kerpada perwira itu, “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang
engkau percaya.” Pada saat itu juga sembuhlah hambanya. (TB2, LAI)
Renungan: Sikap
Terhadap Tuhan
Peristiwa
kehidupan penuh dengan ujian. Sebab tidak selamanya hidup ini dilalui dengan
perasaan yang senang dan tenang. Kita pasti pernah diliputi kegelisahan,
kegundahan, atau kekecewaan. Pun kegetiran dan kegalauan.
Dua cerita
dalam Injil yang kita baca hari ini memperlihatkan bagaimana 2 orang yang
memercayai Yesus bersikap terhadap kehidupan. Di tengah pergumulan akibat
sakit, keduanya berhadapan dengan Yesus.
Orang
pertama menunjukkan sikap sopan kala meminta tolong agar dirinya disembuhkan. Kata-katanya,
“Jika Engkau mau ..” samasekali tidak menunjukkan keraguan Yesus akan
menyembuhkannya. Dia yakin Yesus baik dan akan menolongnya. Sikap ini
membelajarkan pembacanya agar bersikap tidak teriak-teriak, memaksakan
keinginan, melainkan berserah pada kehendak Tuhan.
Orang
kedua menunjukkan sikap menganggap Yesuslah yang lebih penting karena ia memposisikan
dirinya di bawah Yesus. Sebagaimana alegori yang dinyatakannya tentang
kedudukan dalam lingkungan kerjanya, Yesus dianggap sebagai ‘atasan’ yang tidak
perlu repot-repot melakukan ini dan itu bagi ‘bawahan’ seperti dirinya. Hanya dengan
mengatakan sebuah perintah saja cukuplah bagi dirinya.
Sikap kedua
orang ini, yang sebetulnya bukan pengikut langsung dari mahzab Yesus,
memperlihatkan kerendahan hati sekaligus keyakinan mereka terhadap kuasa Yesus.
Mereka – walau tidak melihat – sungguh mengimani pekerjaan Yesus dalam hidup
ini. Pergumulan – dalam hal ini sakit yang diderita – tidak menjadi halangan
bagi mereka mengalami kehadiran Tuhan, yang memberi dampak baik terhadap hidup
mereka.
Bagi kita
yang sudah percaya Yesus, sudahkah perbuatan Yesus kita alami dalam pergumulan kita?
Tidakkah sikap kedua orang ini patut jadi cermin bagi kita di tengah berbagai
peristiwa hidup yang kita jalani?
Doa
Syafaat
Mari
mendoakan:
-
Kesungguhan dan ketulusan para pelayan Tuhan
-
Kehidupan gereja Tuhan, agar bersemangat menghadirkan upaya-upaya
memperjumpakan umat dengan Tuhan
Nyanyi
Bersama
NKB 87 – Junjungan
Yang Kupilih
Junjungan yang
kupilih: Yesusku Penebus.
Yang bangkit dari
mati, berkuasa seterus.
Kendati banyak orang
mengejek, mencela,
kuikut suara-Nya,
lembut mesra.
Benar, benarlah hidup Yesusku.
Bersamaku di jalanku, suara-Nya
kudengar.
Benar, benarlah hidup Yesusku.
Di mana Dia kudengar? Di dalam hatiku!
Menyanyilah umat-Nya,
memuji Tuhanmu!
Nyanyikan Haleluya,
agungkan Rajamu.
Harapan bagi orang
yang mau mencari-Nya,
sebab Yesusmu hidup
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar